Sabtu, 22 Januari 2011

Empat (4) Alasan Mengapa Gayus Bukan Penjahat “Kelas Teri”

Banyak orang bilang, Gayus Tambunan – tersangka penyuapan kasus pajak, hanya penjahat kelas teri mengingat golongannya yang hanya 3A. Tetapi, fenomena-fenomena yang terus berkembang mengindikasikan bahwa “paus” dan “big fish” itu adalah Gayus sendiri.

Argumentasi berikut dibangun dari pernyataan Gayus pasca pembacaan vonis atas dirinya pada hari Rabu 19 Januari 2011 :
  1. Katakanlah pernyataan Gayus bahwa John Jerome mengaku bahwa dirinya anggota CIA dan Deny Indrayana men-supervisi aktivitasnya adalah benar, berarti posisi Gayus sama pentingnya dengan Jerome dalam misi CIA di Indonesia. Seorang anggota CIA tak akan begitu saja mengaku identitas dirinya pada sembarang orang. Dalam keadaan tidak tertekan anggota CIA tidak akan mengakui identitasnya kecuali pada koleganya, atasannya atau agen pendukungnya.
    Setahu saya amat jarang sekali anggota CIA terbongkar identitasnya atau terendus gerakannya dengan gampang. Keterlibatan CIA pada peristiwa-peristiwa tertentu biasanya terbongkar ketika “masa urgensi”-nya telah lewat dan minimal efeknya terhadap kepentingan pihak-pihak terkait; misalnya : indikasi keterlibatan CIA dalam peristiwa G-30S atau turunnya Presiden Soekarno baru muncul ketika Indonesia memasuki masa reformasi – tahun 2000an.

  2. Katakanlah Gayus akan tetap dihukum 7 tahun penjara, maksimal 10 tahun penjara maka kemenangan ada di tangan Gayus. Tidak ada jaminan selama 7 tahun atau 10 tahun itu Gayus tidak akan jalan-jalan semasa ditahan. Atau minimal mendapat perlakuan khusus. Apalagi kalau hanya harus membayar denda 300 juta. Padahal, penyuapan yang sudah terbukti ia lakukan saja mengeluarkan uang $150.000 (Rp 1,2 M lebih). Kalau hitungan saya tidak salah, sebelum usia 40 (sekarang umurnya 31 tahun) Gayus telah bebas dan punya aset Milyaran. Sedangkan para guru dan pegawai negeri lain menjadi pegawai hingga usia 60-an untuk akhirnya frustasi, geram dan pensiun. Ini artinya Gayus adalah pegawai gol. 3A paling cerdas dalam urusan korup-mengkorup dan mengumpulkan uang. Para bupati dan gubernur saja yang korupsinya terendus harus repot-repot pura-pura sakit dan berobat ke Singapura untuk menghindari hukuman. Sementara Gayus tak se-jam pun merasa sakit dan pusing sama sekali menghadapi sidang, bahkan masih sempat piknik ke Bali. Kemarin saja Gayus kelihatan agak terharu dan stres ketika mengadukan Deny Indrayana yang ia klaim mengintimidasi istrinya kepada wartawan.

  3. Katakanlah kasus Gayus “happy ending” dengan hukuman 7 atau 10 tahun (mengingat masih banding) dan tak ada “big fish” yang dihukum, maka Gayus telah berhasil menjalankan tugas sebagai “teri fish” yang baik. Ia mampu menyelamatkan “big fish-big fish” lain yang korupsi lebih banyak. Atas prestasinya itu, posisi-posisinya menjadi amat penting bagi para “big fish” dan diam-diam posisi Gayus menjadi sejajar dengan para “big fish” itu. Dan tak ada jaminan para “big fish” tidak bertepuk tangan atas kinerja Gayus dan tak mustahil pula mereka akan menggelarkan karpet merah bagi Gayus bila ia keluar penjara 7 atau 10 tahun lagi.

  4. Katakanlah pernyataan Gayus pasca pembacaan vonis sekaligus benar dan salah (mungkin ga yah?). Kalau itu mungkin, apapun kebenarannya efek yang muncul adalah ribut politis. Para politisi akan membuat pernyataan-pernyataan yang menguntungkan kelompoknya. Demokrat akan mendukung mati-matian dibelakang Satgas dan Presiden sementara oposisi termasuk Golkar (yang jam terbang politisnya di Indonesia paling tinggi dibanding partai lain) akan dibelakang Gayus karena apa yang disampaikan Gayus amat menguntungkan mereka. Mengingat rakyat gampang jatuh hati pada politisi yang dizalimi (ingat bagaimana kemenangan Demokrat tahun 2004 diawali dengan dikeluarkannya SBY dari kabinet Megawati)
    Coba perhatikan saja pernyataan para anggota DPR di tv. Pola pernyataan yang disampaikan cenderung sama dan sebangun sesuai dengan partainya. Dengan mengetahui asal partainya anda akan bisa menebak argumentasi apa yang akan diberikan. Makanya, talk-show di tv sekarang cenderung membosankan.
    Dan satu orang yang pasti untung adalah Gayus. Kasus penyuapan, kasus kepergiannya ke Bali dan vonis 7 tahun yang ia nikmati menjadi kabur dan tenggelam oleh hingar bingar politis. Ini artinya, betapa cerdasnya gayus membaca situasi politis masa kini.
****
Kalau sudah begini tak perlu terjebak dengan pertanyaan “Siapa yang benar ? Bagaimana akhirnya ?”
Dan tak perlu bertanya kapan saya, anda, Pak Dasiman, Mbok Darmi, Mbok Tijah, Kang Karno, Yu Dasinah, Yu Sarti, Yang Limah, Mbah Tarji dan Mbah Dar diperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan dasarnya oleh pemerintah ?

Percayalah pada hati nurani anda sendiri yang paling dalam.


The Journey, 20 January 2011

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons