Sabtu, 24 Desember 2016

Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Menulis ?

tips menulis, tulisan, panduan menulis, mengarang, tips membuat cerpen, cerpen
Malam hari? Ketika bintang di langit bertaburan? Duduk di atap rumah, secangkir kopi panas di meja sambil duduk lesehan dan laptop di pangkuan? Sepertinya ini bukan pilihan bijak. Kalau kita tinggal di pinggiran kota atau sedang di pedesaan, jam 9 malam sudah turun embun. Tentu tak nyaman bila di tengah-tengah menulis layar laptop berair.
Siang hari? Di tengah-tengah pekerjaan yang menumpuk? Tak mungkin rasanya. Kecuali, kalau hari minggu. Namun, hari minggu kan waktunya keluarga?  Masa 5/6 hari kerja, hari Minggunya kerja lagi. Anak istri pasti demo bila anda bersibuk-sibuk ria di hari minggu.
Atau kita ikuti saja gaya para pemusik? Tak ada ketentuan kapan menulis. Yang kita lakukan hanya bawa sebuah buku saku kemana pun kita pergi. Begitu ada ide langsung ditulis. Hanya butuh lima menit untuk corat-coret ide. Namun, setelah sampai rumah. Buku saku dibuka lagi. Dan ternyata ide dan mood sudah hilang. Pernahkah anda mengalami hal itu.?
Ada lagi cara “militer”. Sesuai dengan namanya, cara ini butuh disiplin tinggi dan fokus seratus persen (kalau perlu lebih) pada tujuan dan target yang kita tentukan. Dengan cara ini kita tentukan jam dan tempat kita harus menulis setiap harinya. Misalnya, setiap jam 5 pagi kita harus menulis. Maka, meskipun Merapi meletus atau Jakarta banjir, setiap jam lima pagi anda harus menyibukkan diri menulis. Godaannya adalah ketika anda sedang lelah, ngantuk atau sedang ada acara ke luar kota dimana anda bangun di tempat berbeda dari biasanya dengan suasana berbeda pula. Mampukah anda?
Proses kreatif memang seperti mancing di selokan. Kadang ada ikannya. Kadang tidak ada. Bahkan kadang yang ada cuma sampah bau. Tak heran banyak orang melakukan hal-hal aneh demi ide kreatif. Ada yang mengguyur kepalanya dengan es, ada yang melamun atau tidur di WC, ada yang mandiin kucingnya baru dapat ide. Dan ratusan cara gila lainnya. Tapi, bagi saya adalah dengan menjaga antusiasme. Antusiasme yang terjaga membuat ide akan dengan nakal keluar dari batok kepala. Oleh karena itu, variasi kegiatan – kalau perlu ekstrim – akan menjaga antusiasme kita dalam melakukan pekerjaan atau proses kreatif yang kita cari-cari.
Dan ada satu jawaban yang amat kreatif. Menulislah hanya ketika anda menginginkan untuk menulis. Sedikit menyederhanakan, tapi ada benarnya juga. Bila anda sampai ngga ingin menulis, berarti menulis bukan pacar sejati anda. Anda tidak mencitainya dan dia pun (menulis) tidak mencintai anda. Sudah sepantasnya anda putuskan dia. Daripada pacaran anda tidak menghasilkan sesuatu yang jelas. Ya, putuslah dengan dia. Ini demi kebaikan anda juga.
 Karya-karya monumental para penulis legendaris bertebaran di toko-toko buku. Sekian ribu orang berusaha mengikuti jejak langkah mereka. Namun, para pengikut terjebak pada proses kreatif. Mereka “mati” mencari cara beternak ide segar, teknik menulis orisinil dan – tentu saja – kapan waktu yang tepat untuk menulis. Saran saya, daripada kita “mati” jadi penulis karena kesulitan mencari ide atau gaya menulis yang orisinil, lebih baik kita tak mencari apa-apa. Menulislah kalau anda ingin saja dan suka melakukannya. Lebih baik tidak jadi apa-apa dalam kebahagian, daripada “mati” untuk menggapai bintang yang terlalu tinggi.
Mungkin kalimat terakhir saya di atas agak sentimentil dan pesimistis. Sekali lagi, saya tak mencari optimis atau menjauhi pesimis. I just write it down. Bagus? Ikuti. Tidak? Biarkan saja. Toh kalimat itu tak merebut apa pun dari saya dan anda bukan?

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons