Akhir tahun 2010 diakhiri dengan evoria sepakbola. Setelah sekian lama tv-tv memajang kisah, intrik dan 'prestasi' politisi giliran para pemain sepakbola yang menjadi head lines. Bukan nama SBY, Budiono, Sri Mulyani, Aburizal Bakrie, Anas Urbaningrum atau Hatta Rajasa yang muncul, namun nama Irfan Bachdim, Cristian Gonzales, Firman Utina dan Alfred Riedl. Setahun lalu nama-nama itu hanya akrab di komunitas tertentu.
Yang menarik, para politisi ikut ber-evoria sepakbola pula. Sekian orang politisi muncul di GBK, beberapa lagi dengan "pede" mengeluarkan statemen di media mengenai sepakbola dan tak segan mengadakan nobar di halaman rumahnya. Namun, ada politisi yang lebih kreatif dengan mengundang Timnas makan dan dengan bangga mengumumkan pada khalayak menghibahkan tanahnya yang luas untuk PSSI. Saat Timnas bertanding di KL pun ada bendera Parpol yang dengan gagah berkibar di antara sekian kaos timnas dan bendera merah putih.
Kita tinggalkan sejenak sepakbola dan para politisi yang semakin cerdas dan kreatif. Kita lihat hukum selama setahun ini. Pertama, ada kasus penegak hukum yang bermasalah dengan hukum. Kita lupakan rakyat jelata yang tak tahu apa-apa. Mereka banyak bermasalah dengan hukum. Namun, menurut saya tak terlalu penting bila dibanding dengan penegak hukum yang bermasalah hukum. Jadi, "wajar saja" kalau rakyat biasa bermasalah hukum. Untuk sekadar mendaftar mereka yang bermasalah a.l :
Yang menarik, para politisi ikut ber-evoria sepakbola pula. Sekian orang politisi muncul di GBK, beberapa lagi dengan "pede" mengeluarkan statemen di media mengenai sepakbola dan tak segan mengadakan nobar di halaman rumahnya. Namun, ada politisi yang lebih kreatif dengan mengundang Timnas makan dan dengan bangga mengumumkan pada khalayak menghibahkan tanahnya yang luas untuk PSSI. Saat Timnas bertanding di KL pun ada bendera Parpol yang dengan gagah berkibar di antara sekian kaos timnas dan bendera merah putih.
Kita tinggalkan sejenak sepakbola dan para politisi yang semakin cerdas dan kreatif. Kita lihat hukum selama setahun ini. Pertama, ada kasus penegak hukum yang bermasalah dengan hukum. Kita lupakan rakyat jelata yang tak tahu apa-apa. Mereka banyak bermasalah dengan hukum. Namun, menurut saya tak terlalu penting bila dibanding dengan penegak hukum yang bermasalah hukum. Jadi, "wajar saja" kalau rakyat biasa bermasalah hukum. Untuk sekadar mendaftar mereka yang bermasalah a.l :
- Antasari Azhar (Ketua KPK)
- Susno Duadji (Kabareskrim POLRI)
- Bibit dan Candra ( KPK)
Masalah yang mereka hadapi sudah dibahas panjang lebar oleh media. Namun, yang belum dibahas adalah latar-belakang fenomena ini.
Kemudian masalah ekonomi. Tahun 2010 diakhiri dengan Rencana Penyesuaian Subsidi BBM. Pemerintah tak rela dengan subsiidi BBM yang ternyata di nikmati orang-orang kaya saja. Luar biasa...! Tiba-tiba pemerintah begitu perduli dengan rupiah-rupiah yang ia keluarkan. Tiba-tiba menjadi pembela rakyat kecil dan seolah-olah benci orang kaya. Pemerintah lebih dari sekadar menjauhi pilih kasih tetapi mengedepankan kepentingan orang miskin yang harus tetap disubsidi.
Lupakanlah benar-tidaknya subsidi telah salah sasaran. Tak perlu berburuk sangka karena toh kita tak akan pernah tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kecuali, aad akses publik ke dalam Pertamina dan Kem. Energi dan gas. Kita syukuri saja kecerdasan mencari kata yang lebih halus dan cerdas untuk kenaikan BBM.
Itu saja ulasan tahun 2010. Tak perlu di bahas masalah TKI, semrawutnya haji, ibu kota yang makin banyak macet dan bus way-nya. Karena anda bukan pemerintah dan pemegang kebijakan. Anda hanya rakyat jelata yang bosan dan iseng-iseng buka internet. Siapa tahu ada yan menarik. Iya kan ? Ngaku sajalah....!
Kemudian masalah ekonomi. Tahun 2010 diakhiri dengan Rencana Penyesuaian Subsidi BBM. Pemerintah tak rela dengan subsiidi BBM yang ternyata di nikmati orang-orang kaya saja. Luar biasa...! Tiba-tiba pemerintah begitu perduli dengan rupiah-rupiah yang ia keluarkan. Tiba-tiba menjadi pembela rakyat kecil dan seolah-olah benci orang kaya. Pemerintah lebih dari sekadar menjauhi pilih kasih tetapi mengedepankan kepentingan orang miskin yang harus tetap disubsidi.
Lupakanlah benar-tidaknya subsidi telah salah sasaran. Tak perlu berburuk sangka karena toh kita tak akan pernah tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kecuali, aad akses publik ke dalam Pertamina dan Kem. Energi dan gas. Kita syukuri saja kecerdasan mencari kata yang lebih halus dan cerdas untuk kenaikan BBM.
Itu saja ulasan tahun 2010. Tak perlu di bahas masalah TKI, semrawutnya haji, ibu kota yang makin banyak macet dan bus way-nya. Karena anda bukan pemerintah dan pemegang kebijakan. Anda hanya rakyat jelata yang bosan dan iseng-iseng buka internet. Siapa tahu ada yan menarik. Iya kan ? Ngaku sajalah....!
0 comments:
Posting Komentar