Selasa, 29 Maret 2016

Bocah Ingusan Dan Cinta Monyet

Flashback saat ini menjadi kegiatan yang menyenangkan. Aku bisa melihat sisi lain dari diriku yang tersembunyi atau terlupakan oleh peranku saat ini. Peran yang dipengaruhi status, posisi pekerjaan dan tuntutan lingkungan.

Aku pernah jadi bocah ingusan yang sok paham cinta monyet. Tulisanku yang menjadi saksi "peranku" sebagai bocah ingusan yang jatuh cinta (monyet) terbilang cukup sukses. Aku bisa tersenyum membacanya.
Semoga orang lain pun bisa tersenyum dan terhibur oleh tulisanku. Ini dia tulisanku.

Berikut tulisan lengkapnya :

Selamat Mengenang 

Apa yang terbaik untuk kita ? Bila ada yang bertanya seperti itu aku akan menjawab, ‘yang terbaik adalah apa yang telah terjadi dan apa yang ada sekarang” 

Ya, kehilangan tempo hari adalah yang terbaik yang menimpaku. Memiliki kenangan adalah yang terbaik bagiku. Coba pikir ? Kalau hubungan masa SMP ku terus dipelihara sampai sekarang, belum tentu kenangan yang terbentuk menyenangkan. Kalaupun kisah cintaku berjalan lancar sampai sekarang, rasa yang sebenarnya ada padaku dan padanya mungkin hanya jadi rahasia. Intinya, kenangan ini adalah anugrah. 

Intinya, ini yang terbaik terjadi pada kita. Intinya, sekerang aku mengetahui siapa dirimu. Harus diakui, rasa ini adalah ‘kehilangan’. Namun, siapatah diriku menentukan ia adalah milikku ? hehehe3x. aku hanya berhak memilikimu sebagai kenangan hikhik…2x Kan kenangan gratis dan ga ada surat izin memiliki kenangan (SIMK). Meski suatu saat aku ingin bertemu, namun sebisa mungkin keinginan ini tak di tumbuh kembangkan (tanaman kali).

Posisi kami masing-masing sudah tepat dan cukup baik. Ibarat tim sepakbola, pelatih sudah menempatkan aku diposisi yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan tim. Dan aku tak ingin merusak tim. Minimal aku tahu kau di sana-sampai suatu saat nanti aku melupakanmu. Ibarat superman yang kadang merindukan planet kelahirannya. Aneh memang bila seorang superman ‘homesick’, tetapi itulah manusia seutuhnya (superman kan manusia juga kan??).

Maka ijinkanlah barang sebentar aku menikmati apa yang berhak aku miliki yaitu ‘kenangan’.

Selamat Mengenang . . . .

Purwokerto  030809

Minggu, 27 Maret 2016

Tuhan Aku Berguru KepadaMu

Bahkan jadi murid Tuhan pun aku gagal
Tapi aku yakin ia menerima muridnya yang tinggal kelas
Kelasnya terbentang sejauh mata memandang
Nilainya dibagi selama nafas masih mengedari paru-paru

Memasuki sekolahMu pun aku terbentur gerbang
Hendak bagaimanakah aku akan mendaftar di sekolahMu

Aku tak akan mengaku binatang jalang, seperti Chairil
Atau menyatakan cinta bak kayu kepada api yang menjadikannya abu, seperti Sapardi

Teman-temanku penyair tak terkenal
Kisah hidupku tertulis di koran bungkus nasi
Mukaku jelaga yang menempel di langit kotor penjara

Tuhan aku berguru kepadaMu
Karena aku tahu Kau akan menerimaku kapan pun, dimana pun....

Minggu, 20 Maret 2016

Bekerja, Berusaha, Berbisnis

Apa arti dari ketiga kata itu?
Sama-sama mencari penghidupan. Itu kata saya yang tidak pernah sekolah bisnis. Sama-sama mencari uang. Kata anak-anak sekolah dan mahasiswa yang tengah merancang dimana akan bekerja nanti. Sama-sama kewajiban manusia hidup di dunia. Itu kata para ustad, kiai, pendeta, moralis dll. Sama-sama harus dimiliki oleh sang pacar. Kata mahasiswi yang berharap tahun ini dilamar sang kekasih. Sama-sama syarat gengsi dan harga diri. Kata mahasiswa tingkat akhir yang berencana bertemu calon mertua tahun depan.
Itulah definisi. Kata Tan Malaka dalam Madilog, definisi menentukan apa dan bagaimana sesuatu itu akan dibahas, dipahami dan kemudian -kalau tidak malas- dipraktekan. Begitu juga pekerjaan, usaha dan bisnis tadi. Bagaimana kita memilih, menjalankan, memamerkan atau menyembunyikan ketiga hal tadi adalah tergantung definisi mana yang kita ambil.
Lalu definisi mana yang paling benar? Jangan jangan semuanya benar!
Kalau memang kebenaran bersifat subjektif, maka empati, lapang dada dan kesedian untuk bernegosiasi secara adil adalah landasannya. Kalau memang kebenaran bersifat objektif, maka kebersamaan dan saling memahami dalam pencarian adalah landasannya.

Minggu, 13 Maret 2016

Bingkai Waktu

Dahulu orang yakin manusia bisa menjelajah waktu. Namun, saya salah satu yang berpikir waktu tidak bisa dijelajahi. Karena tidak ada "masa lalu" atau "masa depan". Tidak ada detakan misterius entah dimana pun yang menjadi patokan waktu hari demi hari.

Setiap masa lalu adalah sekarang. Setiap masa depan adalah sekarang. Dimensi waktu bukan lah kejadian bingkai demi bingkai (frame by frame). Dia adalah perubahan yang senantiasa terjadi di selembar bingkai. Masa lalu, saat ini dan masa depan ada di lembaran bingkai itu. Koordinatnya saja yang berbeda.

Saya membayangkan getaran macam apa yang ada di hati Einstein kita ia membayangkan dimensi waktu yang belum ada orang lain yang membuktikan dan membayangkan.

Seharusnya lebih dahsyat dari manusia pertama melihat gerhana matahari. Seharusnya seperti itu. Tapi tidak ada orang yang pernah tahu. Einstein sudah terlanjur meninggal.

Biarkan saya saja yang menunduk dan mengibarkan bendera putih di kaki kemenangan dan kemahakuasaan Tuhan.

13 Maret 2016

Senin, 07 Maret 2016

Melepas Materai Yang Terlanjur Ditempel

Apakah teman-teman pernah atau sering menggunakan Materai dalam segala hal ?. Tentu saja hampir semua orang pernah dan sering menggunakannya, baik untuk pribadi, kedinasan ataupun bisnis.
   
     Dan apakah teman-teman pernah salah atau sering keliru menempel materai tersebut, sehingga teman-teman merasa menyesal, kesal dan merasa rugi ?. Tentunya teman-teman akan merasakan hal yang demikian. Lalu, tindakan  apa yang teman-teman lakukan ?, kemungkinan besar teman-teman akan membuang Materai tesebut, karena materai yang sudah ditempelkan sulit akan dilepas, kalaupun bisa dilepas kemungkinan besar pasti materai itu akan robek dan tidak bisa digunakan lagi.
   
      Nah, teman-teman tidak usah khawatir tentang masalah itu. Sekarang saya akan memberitahu bagaimana melepaskan materai tanpa sobek. Tolong simak secara seksama langkah kerja di bawah ini:

1.     Teman-teman ambil Materai yang salah tempel.
2.    Lalu teman-teman balik kertas yang sudah di tempel materai.
3.    Ambil air dengan menggunakan jari teman-teman, lalu oleskan secara merata dan perlahan.
4.    Biarkan meresap sebentar, kemudian lepaskan materai perlahan-lahan, niscaya materai tersebut akan lepas dengan mudah dan silakan gunakan lagi.

Bagaimana teman mudah bukan ?, Selamat Mencoba
By : Permadi, SP

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons