Sabtu, 26 Desember 2009

Paul Coelho : Mengejar "Legenda Pribadi"

Saya sudah membaca sebuah buku karya Paul Coelho, seorang penulis novel dari Brazil. Buku itu berjudul ‘Sang Alkemis’. Bercerita tentang seorang bocah gembala daratan Spanyol mencari ‘legenda pribadi’ ke daratan Mesir. Sempat saya mengira Paul Coelho punya latar belakang Islam, atau paling tidak pernah intens berinteraksi dengan Islam. Namun, ia hanya penulis biasa yangtinggal di Brazil. Di biografi singkatnya -yang saya baca di wikipedia, tidak disebut-sebut Islam atau negeri timur tengah.
Saya sekarang tidak begitu tertarik dengan legenda ‘legenda pribadi’ versi Paul Coelho. Karena sekarang saya sedang mencari ‘legenda pribadi’ku. Kata para trainer motivasi, setiap harus punya visi hidup. Sesuatu yang benar-benar saya inginkan dan amat berarti dalam hidupku.
Sebuah nama mengganggu pikiranku. Seperti Fatima mengganggu pikiran Santiago dan hampir membuat ia mengurungkan niatnya mencari ‘legenda pribadi’. Toh, akhirnya ia meninggalkan oasis itu dan sekaligus meninggalkan Fatima sendiri. Bagiku, karakter Fatima adalah seseorang yang kuat dan memahami posisinya sebagai wanita padang pasir. Itu terlihat ketika ia tidak menghalangi kepergian Santiago ke Pyramid, meski itu membuatnya seperti wanita padang pasir lain. Menunggu suami mereka pulang dari lautan pasir selama bertahun-tahun. Sebagian dari mereka mendapati apa yang mereka nantikan. Sebagian masih menanti. Mungkin sampai mati. Namun, itulah wanita padang pasir dan itulah dirinya, pikir Fatima. Siapakah dia ? Diakah ‘Fatima’ sebagaimana dalam kisah hidup Santiago ? Kalau iya, saya bisa kembali kepadanya kapan saja ? Seperti domba-domba gembalaan Santiago, mereka bisa mencari rumput di lapangan manapun toh pada akhirnya mereka akan kembali pada Santiago dan menuntun mereka ke kandang dan kemudian mencari padang rumput lain esok hari.
Humbeto Coelho adalah seorang sastrawan yang cukup mumpuni. Bisa dilihat dari peredaran bukunya yang lintas benua. Di Indonesia saja salah satu bukunya menjadi best seller. Sayang saya belum membaca buku terbarunya yang beberapa waktu lalu dipajang di Gramedia.
Gaya Menulis

Seperti apa gaya menulisnya, terutama dalam novel “Sang Alkemis”. Seperti sebagaimana penulis besar menuturkan kisahnya, Coelho mampu menghidupkan karakter Santiago sebagai gembala yang telah bertahun-tahun mengitari daratan Spanyol. Ia tahu bagaimana musim berubah, daerah mana yang ada rumput, kebiasaan domba-dombanya hingga keadaan kota-kota yang disinggahinya. Sebagaimana perilsaya kesehariannya, hati Santiago pun adalah seorang pengelana. Sebagai penggembala, ia beruntung bisa membaca. Bila badan Santiago berkelana di daratan Eropa, sementara hatinya berkelana ke benua-benua yang jauh lewat buku yang ia baca. Bisa dikatakan kegiatan Santiago selain menggembalakan kambing dan menjual bulunya adalah membaca buku. Begitu buku yang ia baca selesai dibaca, ia tukarkan dengan buku lainnya. Begitu seterusnya. Hingga dari bacaannya itulah akhirnya ia memulai perjalanan mencari “legenda pribadi” yang menjadi ’tulang’ novel ini.
Latar belakang Paul Coelho sebagai penulis sukses amat mempengaruhi cerita novelnya. Kesuksesan yang diraihnya, membawa kepada pertanyaan, apakah kesuksesan yang ia rasakan benar-benar yang ia dambakan ? Bisa jadi yang ia cari adalah jati diri - sebagai mana dikutip di ensiklopedi bebas wikipedia. Namun, apapun yang ia cari; apa yang sekarang di dapat bukanlah apa yang ia cari.
Mungkin, novel “Zahir” bisa lebih menggambarkan perjalanannya mencari ‘legenda pribadi’ atau ‘jati diri’ atau apapun itu. Dengan sudut pandang orang pertama, dapat kita rasakan sulitnya perjalanan ‘aku’ (dalam karakter novel) menemukan kehidupannya.
Bagi saya, mencari ‘legenda pribadi’ adalah sebuah permasalahan, dan mencari apa yang seharusnya menjadi ‘legenda pribadi’ juga sebuah persoalan lain.

Sabtu, 14 November 2009

Mahasiswa Saksi Perubahan

Lupakan dahulu slogan mahasiswa sebagai agen perubahan, mahasiswa sebagai iron stock dsb. Kita kilas balik dahulu peristiwa 5 tahun sebelum dan sesudah millenium. Kita lihat peristiwa-peristiwa penting pada masa itu. Peristiwa-peristiwa penting ini tentu dalam konteks Indonesia, namun ada juga peristiwa regional ataupun internasional yang dimasukkan karena efeknya yang mempengaruhi Indonesia juga. 1) Pertengahan 90-an muncul internet yang masih belum jelas potensinya, namun satu dekade kemudian teknologi ini amat mempengaruhi dunia, 2) tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis. Sejak saat itu mata kita sedikit lebih terbuka kepada permasalahan ekonomi, moneter dan perekonomian regional karena itu adalah pukulan yang cukup telak dan tak ada yang menginginkan hal itu terulang. 3) Ada hubungannya atau tidak dengan krisis ekonomi, tahun 1998 Soeharto turun. Mulailah budaya perpolitikan yang baru. Lebih terbuka namun tidak ada jaminan terhadap transparansi serta intervensi politik terhadap hukum, ekonomi dan pemerintahan. 4) Isu Y2K, menjelang pergantian milenium memberikan sinyal terhadap permasalahan baru yang mungkin muncul dari menyebarnya teknologi, khususnya internet. 5) Hancur gedung kembar WTC, telah memberikan peringatan masih mungkinnya terjadi Perang Dunia ke 3. Konstelasi politik dan keamanan ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan pasca berakhirnya perang dingin. Bahkan kian hari kian menjadi rumit. 6 ) Dalam konteks Indonesia, saat ini kita tersadar reformasi ’98 adalah reformasi yang tak terkawal. Saat ini reformasi dulu terjadi, ternyata sekadar pergantian pucuk pimpinan. Korupsi dan rekayasa yang kian terekspos dalam perseteruan antara KPK-POLRI-Kejagung, adalah bukti reformasi tidak menyentuh hukum, penegakan hukum dan KKN.
Mahasiswa di kampus terkungkung dengan sekat-sekat kependidikan. Suara mereka saat ini terdengar hanya sampai di boulevard depan kampus. Karena disitulah mereka biasa berdemo. Di dalam kampus suara-suara mereka tertempel di dinding mading atau tembok-tembok kantin kampus. Lain itu tidak. Persatuan antar kampus menjadi barang yang terlalu langka. Entah karena persoalan teknis, seperti jarak, jumlah aktifis yang berkurang atau pun alasan yang lebih sistemik seperti artikulasi isu yang lemah, dukungan kampus (baca: rektorat, dosen dll) yang sekarang ke pemerintah dan pusing mikirin BHP, budaya hedonis yang menggerogoti gerakan mahasiswa dari dalam dll.
Sekarang mereka menjadi saksi. Saksi dalam arti harfiah. Menonton peristiwa. Dan ketika ditanya tentang peristiwa yang terjadi, mereka hanya mampu menganalisis kulit permasalahan. Berbeda bila ditanya tentang perkembangan musik. Siapa band yang sedang nge-tren ? Lagu apa yang sedang menduduki ranking pertama ? Gosip terpanas apa yang menimpa selebriti penyanyi kita ? Bagaimana sejarah dan permulaan gosip itu ? dan pertanyaan lain akan mereka jawab lancar. Mereka bak BJ Habibie sedang menerangkan keunggulan teknologi yang dimiliki CN-250 (ngomong-ngomong bagaimana kabar PT. DI).
Generasi abad 21
Tanggal 11 November, SCTV menayangkan para pemimpin muda Asia Pasifik membahas tren abad 21. Pembicara tamu yang berbicara antara lain Abdullah Yunus (peraih nobel ekonomi 2008, pendiri Grameen Bank Bangladesh yang selama 23 tahun memberikan pinjaman lunak pada wanita-wanita miskin di sana), Dr. Surin (Sekjen ASEAN) dan Tony Fernandes (CEO AirAsia, perusahaan penerbangan revolusioner termurah di dunia). Forum itu terdiri dari pemimpin muda Asia-Pasifik dari Selandia Baru, Australia, Indonesia, Myanmar hingga negara Asia Timur seperti Cina dan Korea. Dari Indonesia antara lain di wakili diplomat muda Dino Pati Djalal (sekarang menjadi juru bicara kepresidenan) dan aktifis pendidikan rakyat miskin Butet Manurung.
Berbagai masalah dibicarakan. Mulai dari isu regional, seperti peran ASEAN dalam kerja sama negara-negara ASEAN, serta bagaimana mengangkat negara ASEAN dalam percarturan dunia. Sampaiisu yang sistemik, seperti kemiskinan, pengaruh teknologi. Ada satu polling yang diadakan diantara mereka. Pertanyaannya adalah “Apakah kemiskinan dapat dihilangkan hingga nol?”. Hasil poling menunjukkan perbedaan yang tipis. Persentase perbedaan di bawah 5 persen. Labih banyak yang mengatakan “tidak” atas pertanyaan tadi.
Pertanyaan tadi, menurut saya sebenarnya masih mengambang. Mereka dipaksa menjawab isu kemiskinan yang definis ‘kemiskinan’ itu sendiri masih belum jelas. Maka saya angkat jempol untuk Butet Manurung yang mengartikulasikan kemiskinan dengan mat bagus. Pengalaman Butet berkelana di hutan Sumatra, menggambarkan apa itu kemiskinan dan kekayaan bagi suku pedalaman. Bagi suku pedalaman tak ada gunanya di beri uang Rp 100.000 per hari, karena mereka tidak mengenal mata uang dan perdagangan. Mereka tidak tahu apa itu kemiskinan, mereka mengira TBC adalah kutukan iblis. Yang jelas mereka amat perduli dengan hutan mereka. Mereka krisis ketika kijang hanya dapat mereka temukan sekali setahun, padahal biasanya 1 bulan sekali. Komentar Butet mendapat applaus dari para peserta.
Dari Indonesia, Dino Pati Djalal, ketika ditanya tentang apa yang akan terjadi di abad 21 yang tidak ditemukan di abad 20, dia melihat dari perspektif politik kenegaraan. Dia mengatakan abad 21 akan terjadi lebih banyak transformasi politik. Dia memberi ilustrasi bagaimana dahulu, ekspansi negara-negara dilakukan dengan senjata dan penjajahan. Dia tidak mengatakan sekarang cara itu tidak dipakai lagi, karena pada kenyataannya memang masih dilakukan (dengan cara yang lebih halus dan diplomatis). Sayangnya, dia tidak menjelaskan ke arah mana transformasi akan terjadi, apa pendorongnya, apakah regional juga akan mempengaruhi bentuk dan arah transformasi dsb. Dia hanya mengakhiri dengan kalimat pendek, bahwa “(transformasi) itu akan mempengaruhi konektifitas (negara-negara)”.
Dari negara lain lebih melihat dari perspektif perkembangan teknologi. Mungkin, karena di negara mereka opini teknologi telah amat kuat dan merata. Saya sepakat dengan mereka bahwa dengan teknologi gerakan perubahan bisa lebih cepat. Dan - sayangnya, karena teknologi netral, teknologi bisa sekaligus positif dan negatif. Tergantung bagaimana mengarahkannya. Bagi saya, mereka terlihat kuat dalam mengartikulasikan teknologi sebagai hardware perubahan, namun terlupa software-nya yang bisa jadi berada di luar teknologi. Namun, secara umum teknologi berperan penting dalam perubahan dan merupakan faktor - meski bukan faktor utama.
Para peserta bukanlah mahasiswa. Bisa jadi perubahan yang akan mereka bawa terbentur sekat-sekat birokrasi dan sistem pemerintahan, karena mereka telah berada di dalamnya. Berbeda dengan mahasiswa yang masih bisa bergerak bebas. Akan tetapi, siapapun mereka ada satu prinsip yang bagus untu dipegang. Hal ini dikatakan peserta dari Korea yang mengatakan bahwa penentuan agenda perubahan adalah penting. Dan memang selama ini penentuan agendalah yang sulit diwujudkan untu perubahan. Karena penentu agenda perubahan selama ini adalah negara-negara maju dan kuat.
Bagaimana mungkin konferensi untuk lingkungan hidup membahas yang membahas tentang penurunan emisi berusaha diarahkan untuk membahas kebolehan meningkatkan emisi ?
Inilah mungkin yang harus segera diambil keputusannya. Agenda apa yang krusial dan urgen bagi negeri ini. Atau mahasiswa tetap menjadi saksi sampai entah kapan.

Anak Para Politisi : Berlindung dalam Bayang-bayang

Di Indonesia wilayah politik bak ladang bercocok tanam bagi para anak-anak politisi. Mulai dari Puan Maharani,Inggrid Kansil hingga Agus Yudhoyono dengan nyamannya duduk di gedung dewan. Karier kepemimpinan seperti ini mengingatkan pada teori kepemimpinan Weber, yaitu kepemimpinan kharismatik (otoritas kharismatis).

Sejak zaman Soekarno, atau bahkan sejak zaman kerajaan dan kesultanan, kharisma pemimpin menjadi variabel berpengaruh dalam kancah kekuasaannya. Ambil contoh SOekarno, sampai sekarang masih banyak pengagumnya yang membesarkan bagaimana beliau berpidato, berpikir dan berkata. Bahkan Soeharto, Gus Dur, Megawati dan Yudhoyono adalah pemimpin bercorak kharismatik. Dalam kepemimpinan Kharismatik faktor keturunan hingga faktor tindak-tanduk menjadi faktor yang menciptakan kekaguman hingga akhirnya ketaatan.

Fenomena ini ternyata berbeda dengan apa yang terjadi di Amerika. Anak-anak para politisi lebih tertarik dunia jurnalistik dibanding sibuk silat lidah di parlemen.

John F. Kennedy Jr.
Anak mendiang Presiden JFK Sr. ini meluncurkan majalah politik "George". Tagline-nya cukup menarik, "Bukan Politik Seperti Biasa". Dengan cover yang 'sexy', 'George' inginmeraih perhatian berbekal 'seleberitas politik'. Sayangnya, pada tahun 2001 majalah ini ditutup. JFK Jr sendiri - yang pada tahun 1995 dinobatkan sebagai "Sexiest Man of the Year", meninggal 2 tahun sebelumnya dalam sebuah kecelakaan pesawat.

Meghan McCain
Nama McCain menarik perhatian di seluruh dunia ketika pemilihan presiden Amerika yang mempertemukan Barack Obama melawan John McCain-ayah Meghan. Perempuan berusia 24 tahun ini memiliki blog di 'The Daily Best' dan pernah muncul di jaringan tv dan tv kabel Amerika seperti "The View", "The Rachel Maddow Show" dll. Blog milik McCain mengulas berbagai hal mulai dari 'primadona' Kongres sampai gaptek internet di kalangan KOngres. McCain terjun langsung di blognya dengan menulis sendiri headline. Sejauh ini ia cukup mendapat perhatian, terutama berkaitan dengan 'perang tulisan' antara dirinya dengan kalangan konservativ.

Alexandra Pelosi
Perempuan berumur 38 tahun ini adalah anak dari Nancy Pelosi, juru bicara kepresidenan Amerika. Alexandra aktif membuat dokumenter politik. Pada tahun 200 ia mendapat pengahargaan Emmy Award atas karya dokumenter yang ia buat, "Journeys with George". Dokumenter itu menguapas sepak terjang George W. Bush dalam kampanye pemilihan presiden hingga meraih kemenangan. Karya-karya lain mendapat perhatian cukup baik antara lain,"Right America: Feeling Wronged," "The Trials of Ted Haggard" dan "Friends of God: A Road Trip with Alexandra Pelosi."

Maria Shriver
Nama ini kurang dikenal di Indonesia bahkan di dunia. Tetapi, suaminya - "Sang Terminator" - Arnold Scwarzneger adalah Gubernur California tidak perlu dipertanyakan lagi popularitasnya.
Meski menjadi perempuan no.1 di California, karier Shriver bukanlah hadiah dari popularitas sang suami. Ia telah bekerja di dunia jurnalistik selama lebih dari 20 tahun. Pada tahun 1977 ia sudah menjadi penulis berita dan memproduseri KYW-TV di Philadelphia. Pada tahun 1989 hingga 2003 Shriver menjadi reporter untuk program "Dateline NBC" di jaringan televisi NBC.

Keluarga Reagen
Sebagai seorang aktor, anak-anak Reagen juga terbiasa dengan aktifitas ayahnya yang biasa berakting di depan kamera. Michael Reagen misalnya, menjadi host program radio di 'Radio Amerika' yang ditayangkan secara nasional. Sementara adiknya, Ron Reagen juga menjadi host di 'Air Amerika'. Kegiatan Ron yang lain adalah analis politik untuk MSNBC, menulis di media-media nasional dan menjadi host untuk program berita "Front Page" di jaringan televisi Fox.

Lain Amerika lain Indonesia. Dalam satu dekade ke depan, peluang para keluarga politikus untuk bisa berprestasi akan lebih diarahkan ke dunia politik. Mungkin, karena budaya sungkan dan memandang 'bibit' lebih diutamakan daripada 'bobot' ataupun 'bebet'.

Purwokerto, 14 Nov 2009

Minggu, 08 November 2009

Percayalah Pada Polisi ?

Sebagai seorang mahasiswa ekonomi, saya tentu mempercayakan permasalahan hukum pada rekan saya yang mahasiswa hukum. Slogan-slogan mengenai hukum juga saya terima dengan terbuka. Tanpa terlalu banyak mempertanyakan. Misalnya, ‘hukum adalah panglima’. Yang seorang teman menafsirkan, tanpa peraturan atau hukum yang ditaati maka kegiatan bisnis, politik, sosial dst tidak akan berjalan dengana benar. Oleh karena itu, saya mulai berpikir “apa tidak sebaiknya kita mulai percayakan pada Polisi untuk menyelesaikan kasus Bibit - Chandra yang sekarang sedang ramai ?” Karena merekalah yang punya otoritas, perangkat dan pengalaman.

Polisi - bersama militer, merupakan 2 lembaga yang mewarisi ‘gaya’ orde baru. Sudah mafhum bagi kita yang pernah hidup di masa orde baru betapa strategis posisi polisi dan militer. Baik secara ekonomis maupun politis. Artinya, bila anda punya keluarga polisi atau militer bisa jadi bisnis anda bisa lebih lancar. Begitu juga bagi mereka yang punya kepentingan politik tingkat tinggi, akan langgenglah kekuasaan mereka bila bisa mengendalikan polisi dan militer.

Era reformasi, menempatkan militer (termasuk di dalamnya polisi) menjauh dari “induk semang” (baca: penguasa orba). Di era reformasi inilah tak ada yang benar-benar “menguasai” mereka. Justru, para suhu-suhu militer bertarung satu sama lain. Akibatnya, kekuatan militer terpecah-pecah. Ini bisa dilihat dari pemilihan presiden tahun ini yang menempatkan para tokoh militer dalam posisisaling berhadapan. Sementara polisi lebih tidak jelas posisinya. Secara politik mereka tentu di bawah pemerintah, namun reformasi di tubuh penegak hukum terhormat yang belum juga terjadi menimbulkan pertanyaan “kemana mereka mendedikasikan kesetiannya ?”

Rupanya, bisnis telah masuk begitu rupa di tubuh penegak hukum terhormat. Para pebisnislah yang akhirnya dekat dengan kepolisian. Kepolisian punya “pistol” sementara pengusaha punya uang untuk membeli makanan bagi penegak yang “kelaparan”. Rekaman percakapan yang tempo hari diperdengarkan di KPK menjadi buktinya. Dan amat kuat diduga itu baru puncaknya. Simbiosis mutualisme yang memuakkan. Sudah jelas dan bisa jadi pengalaman pribadi kita juga menguatkan argumen bahwa anti-hukum dan anti-peraturan berkembang di tubuh kepolisian. Buktinya, suap, pungli dst masih terjadi di sana.

Sayangnya, polisi hanya punya satu bahasa. Bahasa hukum dan kekuasaan yang selama orde baru terbiasa dimanipulasi. Bahasa keprihatinan masyarakat, tak mereka pahami meski jelas terdengar. Komjen Pol Nanan Sukarna dalam press release ketika menerangkan mengapa Agd W tidak jadi tersangka mengatakan, “kita tidak melakukan berdasar tekanan”. Polisi memang tidak boleh bergerak karena tekanan masyarakat semata, tetapi seharusnya moral dan pesan dari tekanan masyarakat terbaca oleh polisi. Seperti ketika kita kecil, kita mungkin pernah diceramahi orang tua agar belajar, menjadi orang cerdas dan punya pekerjaan bagus. Ini adalah tekanan bagi kita yang waktu itu masih pelajar. Akan tetapi, pelajar yang baik akan memahami ‘ceramah’ tadi bukan sebagai tekanan dan akhirnya menemukan nilai-nilai di balik ‘ceramah’ itu bahwa itulah nilai-nilai dan prinsip hidup.

Maka, percayalah pada polisi mereka sedang menggali kuburannya sendiri.

Sabtu, 31 Oktober 2009

Kabinet Baru : Pilih Komandan atau Tentara ?

Saya teringat kisah sebuah pohon yang masing-masing bagiannya berebut pengakuan; jasa siapa yang lebih menentukan. Akar merasa dirinya paling karena pohon tidak akan berdiri kokoh menantang angin tanpa adanya akar. Namun, daun tak mau kalah. Tanpa dirinya - ujar daun, pohon tak bisa tumbuh besar dan menghasilkan buah, karena daunlah yang ‘memasak’ bahan makanan melalui proses fotosintesis. Buah tak tinggal diam. Buah merasa paling penting karena adanya akar, batang, daun atau yang lain, pohon ‘hanya’ sebatang pohon. Buahlah yang membuat pohon bermanfaat dan dilirik manusia. Maka pada buahlah nilai sebuah pohon ditentukan - pikir buah.
Moral dari cerita ini ‘sederhana’, semua bagian sebenarnya penting. Tak ada yang lebih penting satu daripada yang lain.
Kisah di atas mirip dengan kisah serdadu dan komandan. Siapa yang paling berperan dan memenangkan peperangan. Indentik juga dengan kisah ‘presiden’ dan ‘menteri’ yanghangat dibicarakan di negeri ini.
Siapa yang lebih menentukan kesejahtraan negeri ini ? Presiden ataukah menteri ?
Jawabannya juga ‘simpel’, semua penting. Semua berperan dan menentukan keberlangsungan bangsa ini menghadapi tantangan.
Bila semua berperan dan semua baik, lalu terjaminkah kesuksesan dan kesejahtraan ? Bila tidak apalagi yang kurang, wahai rakyat Indonesia ? Inikah hasil dari 40an trilyun biaya Pemilu tempo hari ? Ataukah Pemilu kemarin sekadar agar Indonesia disebut demokratis ? Atau lebih daripada itu mencari kesejahtraan yang selama ini dinanti ?
Kepada siapa lagikah harapan kemenangan itu disandarkan ? Kepada serdadu atau kepada komandan ? Atau malah kepada musuh ?
Anda yang jawab.
Purwokerto, 271009


Jumat, 09 Oktober 2009

MENGINTIP DAPUR KAPITALIS : Resep Menguasai Ekonomi Dunia

Oleh : Adi Rahman Nur Ibnu
Masalah ekonomi yang selama ini populer adalah “kebutuhan tidak terbatas dan barang (alat pemuas kebutuhan) terbatas”. Sehingga maksimasi produksi menjadi isu penting. Kelangkaan (scarcity) juga menjadi isu populer ekonomii modern. Kelangkaan (scarcity) yaitu kondisi ketika barang yang dibutuhkan tidak tersedia.

Padahal bila kita melihat sekitar, Allah SWT telah mendesain alam ini bukan untuk kesejahtraan satu atau segelintir orang saja. Bila kita menanam pohon jambu, buahnya pasti lebih banyak dari yang kita butuhkan. Bila jambu buatan manusia, bisa jadi kita jumlah buah yang tumbuh sesuai dengan kapasitas perut kita atau minimal keluarga kita saja.

Islam memandang kebutuhan manusia telah dijamin oleh Allah SWT. Bumi dan segala isinya telah diamanahkan oleh Allah SWT untuk kehidupan manusia sehingga sumber daya tidak diartikan sebagai alat pemuas kesenangan dunia namun merupakan sarana mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Sehingga isu utama ekonomi Islam adalah pengelolaan dan distribusi sumber daya untuk kesejahtraan dunia akherat.

Ketimpangan Ekonomi
Ada fakta mencengangkan yang mengatakan bahwa, bila seluruh uang yang ada di dunia dikumpulkan dan di bagikan kepada seluruh penduduk dunia maka satu orang akan memiliki uang sebesar $ 3 juta (Rp 24 M1). Sulit dipercaya memang. Tetapi kita tak akan heran dengan fakta ini jika mengetahui penghasilan orang-orang terkaya di dunia saat ini. Ambil contoh Bill Gates yang sudah tidak lagi ‘menjabat’ sebagai orang terkaya di dunia, penghasilannya adalah US$ 250 per detik. Artinya, bila sebagian penduduk bumi miskin dantermarjinalkan itu terjadi bukan karena kurangnya daya dukung ekonomi dunia tetapi karena ada masalah dengan pengaturan ekonomi dunia, pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur peredaran uang.

Saat ini pengaturan peredaran uang dipengaruhi 2 sistem utama :
1.Sistem perbankan dan
2.Sistem pemerintahan.

Sistem perbankan diwakili oleh Centrally Controlled Banks (CCB) atau bank-bank yang terkontrol secara terpusat. Bank-bank di kontrol oleh segelintir keluarga. Sedangkan pemain kedua yang mewakili sistem pemerintahan adalah US Federal Reserve (bank sentral di Amerika). Di Indonesia, bank sentrall populer sebagai bagian dari pemerintah. Sedangkan The Fed (sebutan untuk US Federal Reserve) adalah murni organisasi non-pemerintah.
Banyak orang mengira bahwa uang yang ada di dunia ini dibuat atau dicetak hanya oleh pemerintah. Ini ada benarnya. Pemerintah memang mencetak sebagian kecil uang itu. Namun yang mengejutkan adalah fakta bahwa perbankanlah yang membuat 99 % uang yang saat ini beredar di dunia.

Sistem perbankan yang menguasai 99 % peredaran uang dunia ini ternyata dikuasai segelintir orang. Mereka terdiri dari beberapa keluarga kaya. Keluarga Roschild misalnya, awal tahun 1900an bersama dengan sekutu-sekutunya mampu mendominasi bank sentral Amerika, Inggris dan Prancis.

Bagaimanakah 99 % uang dunia bisa dikuasai segelintir orang ?

Ilustrasinya seperti ini :
Misalnya kita menabung Rp 1 juta di bank. Bank kemudian boleh meminjamkan lebih dari 1 juta dari tabungan kita. Sejak tahun 1984, bank dagang komersial bisa meminjamkan 18 kali dari jumlah tabungan nasabah yang ada di bank. Sedangkan untuk bank tabungan biasa bisa meminjamkan sampai 32 kali. Ini artinya, dari 1 juta uang kita, bank bisa meminjamkan (uang kartal) senilai 32 juta. Bila bunga pinjaman 10 %, bank akan mendapat 3,2 juta. Dan bila bunga tabungan 7 %, maka bank hanya akan kehilangan 70,000 dari 3,2 juta miliknya. Memang tidak semua bank melakukan ini. Biasanya bank-bank besar yang melakukannya.

Lalu siapa yang menetapkan rasio pinjaman ini ? Masyarakat tentu melihat pemerintah telah membuat peraturan yang menguntungkan mereka dan berusaha menjaga hak mereka. Sayangnya, dengan potensi uang yang begitu besar tentu menarik perhatian CCB. Dan mereka punya kepentingan dan kemampuan untuk mempengaruhi para politisi dan pemerintah membuat peraturan sesuai keinginan mereka.

Bagaimana The Fed didiriakn pada tahun 1913 menggambarkan bagaimana lembaga ini dibentuk tergesa-gesa dan penuh tipu muslihat. Rancangan Undang-undang yang mengatur the Fed (US Federal Reserve Act) direncanakan di bahas dalam pertemuan Komite Konverensi Kongres (Congressional Conference Committee). Anehnya, pertemuan dijadwalkan pada waktu yang tak lazim yaitu pukul 01.30 pagi sampai pukul 04.30 pagi, tanggal 22 Desember 1913 hari Minggu. Dalam jangka waktu 3 jam tersebut 20 s/d 40 poin perbedaan di The House2 dan Senat3 dibahas, didiskusikan, diperdebatkan dan akhirnya dilakukan voting untuk masing-masing item. Ini artinya tiap item dibahas antara 5 sampai 9 menit.

Beberapa orang sempat bereaksi. Salah satunya Senator Bristow dari Arkansas yang juga pimpinan Partai Republik, mengatakan bahwa Komite Konverensi telah melakukan pertemuan tanpa sepengetahuan mereka sehingga Republikan tidak sempat hadir kecuali untuk membaca dan menandatangani laporan Komite Konverensi.

Pada pukul 18.02 tanggal 23 Desember 1913, ketika kebanyakan anggota kongres pulang untuk liburan Natal, RUU buru-buru di bawa ke the House and Senate. Dan Presiden Woodrow Wilson akhirnya mengesahkan RUU tersebut.

“UU itu telah memindahkan kontrol peredaran uang di Amerika dari Kongres ke pihak (bank) swasta. Maka tidak mengherankan UU yang memberikan kepada segelintir bankir monopoly atas uang itu dibuat dengan cara yang korup”. (Anthony C. Sutton).

Ini adalah bukti bahwa pemerintah (Amerika) hanyalah boneka CCB.

Jika pemerintah hanya mencetak 1 % uang dari uang yang sebenarnya beredar, darimana pemerintah mendapatkan uang untuk pembangunan dll ? Jawabannya tentu saja dari IMF atau Bank Dunia. Dan lagi-lagi dua lembaga dunia ini juga dibawah pengaruh CCB. Negara-negara yang berhutang pada IMF tidak perlu kaya atau punya kemampuan mengembalikan hutang, karena IMF memang tidak terlalu perduli. IMF sadar bilapun negara tersebut tidak mampu membayar, toh pajak bisa dinaikan untuk menaikan pendapatan negara. Dan bila pajak dan pungutan sudah maksimal, negara-negara pasti punya asset. Asset inilah yang nantinya di incar CCB yang bermain di belakang IMF dan Bank Dunia. Australia bisa menjadi contoh. Australia tercatat menjadi negara dengan tingkat pajak paling tinggi di dunia. Dengan pajak tinggi ini kini Australia menempati ranking 33 paling sejahtra, padahal dahulu pernah ranking pertama. Assetnya pun telah banyak dikuasai asing, tercatat kepemilikan asing di Australia pada tahun 20044 adalah 80 %. Salah satunya adalah Telstra (Telecom Australia) yang sahamnya di kuasai Singtel (Singapore Telecom).

Media juga lepas dari pengaruh CCB. Saat ini, pemegang saham terbesar di CNN, ABC, NBC dan CBS adalah bank. Laporan Kongres Amerika pada tahun 19175 menyebutkan : “ Pada bulan Maret 1915 JP Morgan tertarik dadalm (bisnis) baja, pembuatan kapal dan tepung. Sedangkan anak perusahaannya menempatkan 12 orang masuk ke bisnis media surat kabar di Amerika dan menugasi mereka mengidentifikasi koran apa saja yang paling berpengaruh di Amerika. Sebagian dari mereka dipekerjakan untuk mengontrol kebijakan harian-harian tersebut (sesuai kepentingan mereka -pent). Ternyata dari hasil identifikasi, hanya 15 koran yang perlu di beli. Kesepakatan (pembelian - pent) akhirnya terjadi, dan kebijakan baru untuk koran-koran tersebut efektif kurang dari 30 hari. Seorang editor ‘ditanam’ untuk mengawasi dan mengedit informasi berkaitan dengan pertanyaan kesiapan, militerisme, kebijakan finansial serta permasalah nasional dan internasional lainnya yang vital bagi kepentingan pembeli (JP Morgan - pent).”

John Swinton, mantan Kepala Staff New York Times mengatakan :
‘Tidak ada pers independen di Amerika, kecuali yang ada di kota-kota kecil. Anda tahu dan saya juga tahu hal ini. Tetapi tidak ada seorangpun diantara kita berani mengungkapkan ini dengan jujur. Bilapun anda mengungkapkannya, anda akan tahu sebelumnya bahwa itu tidak akan muncul dalam cetakan apapun. Saya dibayar $ 150 per minggu, sehingga tak pernah memasukan opini jujur saya di koran. Sekali saja saya menulis opini jujur saya, kolom saya - seperti Othello - akan segera hilang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Adalah tugas seorang jurnalis New York untuk berbohong, mendistorsi, mencerca, menjilat kaki penguasa dan untuk menjual negara dan kehormatannya untuk sekerat roti sarapan - atau, dengan nilai yang sama, gajinya.

Kami adalah alat dan permainan orang-orang kaya di belakang layar. Kami adalah marrionet6. Orang-orang ini menarik tali dan kami menari. Waktu, intelektualitas, hidup dan kapasitas kami menjadi milik orang-orang ini. Kami adalah pelacur intelektual’

Penutup
Para keluarga kapitalis telah menguasai semuanya. Dari pemerintahan hingga media. Dengan kondisi ini biaya hidup di negara-negara akan semakin meningkat. Pajak membumbung tinggi untuk membayar hutang. Fasilitas umum berbiaya mahal karena dijual ke swasta dan demi maksimasi laba. Sementara yang dimiliki negara juga menaikan harganya karena demi melunasi hutang. Dengan strategi seperti ini tak mengherankan tren uang akan terus berkumpul pada segelintir orang, mungkin sampai kiamat, bila tidak perubahan yang dilakukan.

Tentu saja system moneter internasional yang ada sekarang tidak boleh dipertahankan lagi. Bank Dunia, IMF dan WTO juga tidak boleh dipertahankan lagi. Dunia perlu tatanan ekonomi baru. Islam akan menjawab tantangan ini.

Senin, 28 September 2009

Elegi KPK

Elegi adalah cerita tentang kisah (biasanya cinta) yang sedih dan berisi curahan hati yang merana atau kehilangan yang mendalam. Sementara KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah lembaga tinggi negara yang (tentu saja) tugasnya memburu para koruptor, pelindung koruptor dan semua orang yang diuntungkan olehn tindakan merugikan negara dan masyarakat. Elegi dan KPK adalah dua kata yang jarang digunakan secara bersama-sama, karena kedua istilah tersebut berasal dari bidang yang berbeda. Elegi biasanya dipake para seniman, sastrawan, budayawan atau para pencipta lagu. Sedangkan KPK adalah lembaga tinggi negara yang sering disebut-sebut oleh para ahli hukum, politikus, pejabat negara dll.
Mengapa saya menyandingkan dua kata tersebut ?
Karena saat ini KPK sebagai lembaga sedang merana. Para pimpinannya sedang bermasalah dengan hukum. Dan menurut undang-undang, ketika pejabat KPK sedang bermasalah hukum mereka harus meninggalkan jabatannya. Tercatat empat orang pejabat KPK telah tidak aktif. Pimpinan KPK sekarang dipegang dua orang. Menurut Taufiqurrahman Ruqi, tanpa mengecilkan kapabilitas mereka, KPK perlu tembahan personel untuk menjalankan fungsi KPK secara maksimal.
Menurut saya, KPK telah dan sedang tertimpa 2 kesialan. 1) Personel KPK telah berkurang. Efeknya adalah kekuatan politis dan proses decision making yang dilakukan menurun kualitasnya. Kekuatan politis turun sebagai efek dari sikap POLRI yang berhadapan dengan KPK. Padahal seharusnya POLRI sebagai pendukung dan mitra. Sedangkan dari aspek decision making, 2 orang pengambil keputusan mendapat beban tambahan yang tentu saja akan mengurang stamina mereka. Dari aspek dinamisasi proses pengambilan keputusan juga menurun karena diskusi hanya terjadi antara 2 orang. 2) Opini bahwa POLRI di atas KPK tak terelakan. Kondisi seperti ibarat pasukan perang yang kelemahannya disebarluaskan oleh komandannya sendiri. Sekarang para koruptor tahu bahwa KPK bisa di “otak-otik” bila punya akses ke POLRI.
---
Saat ini para pejabat KPK mungkin sudah tidak merindukan kembali kehadiran Antasari Azhar dll yang beberapa kali berhasil menangkap koruptor. Mereka sudah tak terkenang-kenang lagi dengan nostalgia masa lalu. Meski saat ini KPK tenang, saya yakin sekarang mereka tak merasa sekuat dahulu. KPK tak merindukan personal tetapi mereka merindukan kewibawaan dan kekuatan yang dulu ampuh dan bangga mereka miliki. Semoga.

10 Hal Yang Tersembunyi Tentang Mahmoud Ahmadinejad

Meskipun dikenal sebagai politisi yang sering berbicara keras dan blak-blakan, latar belakang kehidupan Mahmoud tidaklah banyak diketahui orang. Berikut kisah hidup Ahmadinejad yang tersembunyi :Mahmoud Ahamadinejad lahir pada tahun 1956, tepatnya pada tanggal 25 Oktober. Dia adalah seorang shiah. Keluarganya adalah 'keluarga ilmuwan', Ahmadinejad dan istrinya sama-sama menyandang gelar profesor.

Saborjhian adalah nama keluarganya. Sewaktu bayi, keluarga Ahmadinejad pindah dari desa kecil, Aradan, ke Teheran. sejak itulah nama keluarganya berubah dari Saborjhian - yang berarti "tukang cat benang" (pekerjaan paling rendah dalam industri karpet di Iran), menjadi Ahmadinejad - yang berarti "keturunan Muhammad" atau "keturunan bangsawan".

Ahmadinejad memiliki 6 saudara. Dia sendiri adalah anak ke 4. Ayahnya, Ahmad, adalah seorang pandai besi di Teheran. Semasa di Aradan ayah Ahamadinejad memiliki kios sayur dan potong rambut.

Pada usia 19 tahun ia menjadi salah satu dari 130 pelajar yang lulus ujian masuk perguruan tinggi (UMPTN atau SNMPTN di Indonesia). Ia tercatat sebagai mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Sains dan Teknologi Teheran. Dengan cepat ia meraih gelar sarjana, kemudian secara berurutan meraih gelar master dan dan doktor di bidang teknik transportasi dan lalu lintas.

Ahmadinejad adalah mahasiswa sekaligus aktivis politik. Meski gerakan keagamaan di larang di masa Shah, Ahmadinejad dan kawan-kawannya membuat leaflet-leaflet protes dengan alat cetak yang disembunyikan di rumah. Kemudian Ahmadinejad bergabung dengan faksi ultra-konservatif. Pada tahun 1979, akibat Revolusi kelompok-kelompok mahasiswa radikal berkembang hingga berani merencanakan pengepungan kedutaan Amerika Serikat.

Pasca konfrontasi dengan Irak, Ia bergabung dengan Pasukan Khusus Brigade Revolusi, satuan milisi yang setia kepada Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin spiritual pada masa itu. Ia bekerja secara sembunyi-sembunyi.

Dia adalah pendiri Islamic Society of Students (Perhimpunan Mahasiswa Islam) dan juga menjadi instruktur di Basij. Basij adalah organisasi yang mengawasi pelaksanaan Undang-undang Republik Iran yang berkaitan dengan agama. Anggota Basij berkeliling kota di atas sepeda motor mencari wanita-wanita yang melanggar aturan berpakaian dan yang berduan dengan laki-laki non-muhrim.

Pasca peperangan, ia kembali ke almamaternya. Ia menjadi dosen dan profesor teknik. Pengalaman kerjanya antara lain pernah menjadi wakil gubernur dan gubernur provinsi Maku dan Khoy. Dia juga pernah menjadi penasihat Kementrian Penerangan Islam dan Budaya. Pada tahun 1993 sampai 1997 dia menjabat sebagai Gubernur Ardabil. Dan menjadi walikota Teheran di tahun 2003.

Pada saat menjadi walikota inilah ia mendapat reputasi sebagai pejabat yang dekat dan perhatian dengan penduduk Teheran kelas pekerja dan bawah. Ia dikenal dengan kebijakannya yang konservatif-religius dan populis. Ia memerintahkan penutupan pertunjukan-pertunjukan sekuler, restoran cepat saji serta penutupan cafe-cafe internet. Kemudian dia menyeragamkan apa yang ia pakai dengan para pekerja, yaitu dengan mengendarai Peugeot tua tahun 1977 dan meninggalkan kendaraan dinasnya yaitu limosin.

Ahmadinejad memenangkan pemilihan presiden pada bulan Juni 2005 dengan mengalahkan politisi kawakan Ali Akbar Hashemi Rafsanjani. Pada saat kampanye ia mengatakan, "Kita tidak melakukan revolusi untuk mencari demokrasi".

Minggu, 27 September 2009

11 KISAH PRIBADI BARACK OBAMA YANG MENJADI 'RAHASIA'

Meski mendapat selalu mendapat sorotan media, tidak banyak kehidupan Obama yang terungkap. Masa kecilnya yang pernah sekolah di Indonesia pun lewat dari perhatian media Berikut adalah sekelumit kehidupan pribadi Obama yang bisa menjadi akan merubah persepsi Anda terhadapa Presiden Amerika berkulit hitam pertama ini. Selamat membaca.
Obama dan istri memiliki sebuah rumah di selatan Chicago seharga $ 1,65 juta. Rumah yang dibeli pada bulan Juni 2005 ini memiliki 4 tungku perapian
Tiga orang yang menurutnya pahlawan adalah Martin Luther King Jr., Mahatma Gandhi, Pablo Picaso dan John Coltrane.
Nama depannya - barack - diambil dari bahasa Swahili yang berarti 'anugrah'. Nama ini juga merupakan nama sang ayah.
Hoby-nya adalah bermain scrable

Sebagai senator dari negara bagian Illinois, ia salah seorang yang mendukung UU mengenai wajibnya perekaman proses interogasi oleh kepolisian dalam kasus-kasus besar. Di Amerika, Illinois adalah negara bagian pertama yang menerapkan peraturan ini.
Istri Obama, Michelle Robinson, adalah rekan kerjanya saat ia kerja-musim panas di sebuah firma hukum di Chicago. Mereka berdua sama-sama lulusan Harvard Law School
obama adalah senator Afro-Amerika ke tiga setelah "Rekonstruksi'
Barry adalah panggilan di masa kecil
Ketika remaja ia bekerja di Baskin-Robbins. Sejak saat itulah dia tidak menyukasi es krim
Sebagai seorang Presiden Amerika ia amat menghormati negara Israel dan yahudi. Tak heran ia rela melakukan ritual khas yahudi.
Obama mendapat sejumlah 77% undi dari pengundi Yahudi. Berbanding John Kerry yang hanya mendapat 74% undi daripada pengundi Yahudi pada 2004. Pada tahun 2000, Al Gore paling banyak mendapat undi daripada pengundi Yahudi yaitu sejumlah 79%. Obama mendapat banyak undi dari pengundi Yahudi di Connecticut dan Massachusetts . Di Connecticut, 61% Yahudi menyokong Obama. Yahudi mulai suka pada Obama kerana banyak kenyataan Obama secara terbuka menyokong rejim Israel

Rabu, 16 September 2009

Kamus Saku Politik Z



Kamus Saku Politik Y



Kamus Saku Politik X



Kamus Saku Politik W



Kamus Saku Politik V



Kamus Saku Politik U



Kamus Saku Politik T



Kamus Saku Politik S



Kamus Saku Politik R



Kamus Saku Politik Q



Kamus Saku Politik Q



Kamus Saku Politik P



Kamus Saku Politik O



Kamus Saku Politik N



Kamus Saku Politik M



Kamus Saku Politik L



Kamus Saku Politik K



Kamus Saku Politik J



Kamus Saku Politik I



Kamus Saku Politik H



Kamus Saku Politik G



Kamus Saku Politik G



Kamus Saku Politik F



Kamus Saku Politik E



Kamus Saku Politik D



Kamus Saku Politik C



Kamus Saku Politik B



Kamus Saku Politik A

Kamus Saku Politik

A

Sabtu, 12 September 2009

Politik 7 x 24 : Budiono dan Rp 6 Trilyun


Pemerintah mengucurkan dana 6 trilyun rupiah untuk Bank Century. Bank ini muncul ke media setelah terjadi kasus yang membuat nasabahnya kehilangan uang jutaan rupiah. Ada yang milyaran. Saya sendiri mulai tahu ada bank bernama Century setelah di televisi melihat tingkah nasabahnya yang hampir gila karena kehilangan uang milyaran. Si nasabah melakukan berbagai cara mendapatkan kembali uangnya. Mulai dari demo, jualan rujak di lobi bank sampai ‘mengajak’ ormas pasang tampang (lugu tapi buas) di depan kantor bank.
Sekitar 10 tahun lalu pemerintah juga mengucurkan dana ratusan trilyun untuk menyelamatkan sekian bank. Katanya demi stabilitas ekonomi, nyatanya pasca program itu (tahun 1997 sampai sekitar tahun 2000) Indonesia masuk ke dalam salah satu krisis paling buruk sepanjang sejarah Indonesia. Saya masih ingat bagaimana Ginanjar Kartasasmita mengumumkan program itu bersama beberapa mentri lain di hadapan wartawan dan diliput secara langsung oleh TV. Sekarang, program itu terulang. Meski tidak diumumkan secara langsung di media.
Sebagian orang mempertanyakan keputusan ini, karena fakta sejarah yang tak menyenangkan. Sedangkan sebagian lain melihat 6 trilyun itu terlalu besar dan menganak tirikan anggaran militer yang tak sebesar itu. Anggaran untuk TNI AU dan AL tidak sampai 4 trilyun.

Budiono
Karena ini ulasan politik, akan menarik bila kita alihkan fokus ke Budiono. Keputusan ini diambil ketika Budiono menjadi Gubernur Bank Indonesia. Di luar bagaimana proses pengambilan keputusan waktu itu, kemunculan isu Bank Century tepat menjelang pelantikan SBY – Budiono menjadi pemimpin negeri ini. Bola panas ini, seperti tidak merelakan pasangan SBY Berbudi dilantik dengan mulus dan penuh simpati.
Pasca selesainya kisruh MK – KPU – MA dan diumumkannya SBY – Budiono menjadi pemenang Pemilu, publik kehabisan berita yang menggoyang posisi SBY – Budiono. Masyarakat lebih disibukkan berita mengenai terorisme. Rupanya, lawan politik SBY – Budiono telah menemukan amunisi baru untuk menyerang mereka. Mesk keputusan KPU telah final, para lawan main SBY – Budiono belum hilang sakit hatinya dan terus berusaha menyerang.
Inilah politik Indonesia yang terus mengedepankan kepentingan. Tak pelak saling serang seperti ini akan terus kita lihat lagi di kemudian hari. Inilah dilema negara demokrasi, di satu sisi check and balances antar lembaga tinggi atau antar kekuatan politik berjalan namun bentrok kepentingan pun tak terelakan.
Bila isu ini dipandang serangan terhadap SBY atau Partai Demokrat (PD), bisa jadi ini karena manuver SBY yang main api dengan mengadakan pertemuan dengan PDIP. Pengamat melihat manuver ini untuk menaikkan bargaining position PD di hadapan partai koalisi yang rewel minta jatah menteri. Justru, manuver ini menjadi pisau bermata dua bagi PD. Pertama, karena PD seolah-olah tak konsisten dengan koalisi dan menjegal partai koalisinya sendiri. Kedua, tingkah PD seperti gadis remaja flamboyan yang disukai banyak orang namun tidak ingin menjadi kekasih siapapun. Lama-lama PD bisa ditinggalkan partai-partai koalisinya. Meski PD adalah partai pemenang Pemilu, namun keunggulannya tipis. Sehingga, sikap arogansi dan eksperimen harus dikurangi.
Akan menarik bagaimana sikap SBY dan Budiono sendiri menanggapi isu ini. Apakah mereka akan menanggapinya secara politis atau secara ekonomis ? Secara ekonomis, biarkan itu dijelaskan oleh Menteri Keuangan. SBY nampaknya harus bisa mendinginkan isu ini secara politis. Rupanya, pilihan SBY memilih Budiono sebagai Wakil Presiden agar isu ekonomi tidak menjadi bahan serangan politik tidak bekerja. Justru, disitulah kelemahannya.
********
Sementara itu, saya membayangkan bagaimana perasaan para nasabah Bank Century yang merasa dirugikan. Mungkin, mereka sedang mereka-reka berapa persentase - dari 6 trilyun, ganti rugi yang akan mereka tuntut. Sepertinya 5 % cukup buat THR tahun ini.

Sabtu, 05 September 2009

POLITICS POCKET DICTIONARY Y

Y

--will be complete soon--

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY X

X

--will be complete soon--

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY V

V

--will be complete soon--

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY S

S

Sacred Cow :
Any principle or thing that is regarded as being beyond attack, or untouchable. For example, in (US) current political debate about balancing the federal budget, Social Security is considered a sacred cow, and no politician would dare risk proposing to cut it.
Sanctuary :
A place of refuge or protection, where a person is immune from punishment by the law.
Satellite Country :
A country that is in effect, although not in name, controlled by another, usually larger country.
Secession :
The act of seceding, or withdrawing (from some organized entity such as a nation), as when Slovenia and Croatia decided to secede from Yugoslavia in 1991.
Secondary Boycott :
A boycott in which one of the parties involved attempts to exert an influence over a third party. Usually this is when a labor union, in a labor dispute, attempts to put pressure on an employer who is not direcly involved in the dispute, in the hope that this will eventually produce pressure on the employer directly involved. Most secondary boycotts are illegal under the Taft-Hartley Act of 1947.
Secret Ballot :
A vote that takes place in secret, that is, one where the voter does not have to disclose for whom he voted.
Sect :
A religious group that breaks away from a mainstream church. The Branch Davidians, for example, are a sect. Can also refer to any group of people that have a common philosophy and common leadership.
Sectarian :
1. Characteristic of a sect; devoted to a sect.
2. The term is also often used to refer to conflicts where religious allegiances play a large factor, as in sectarian violence in Northern Ireland.
Secular :
Not connected with religion or the sacred, as, for example, a secular education would be one that is not based on religious teachings or principles.
Secularization :
The process of becoming secular; the separation of civil or educational institutions from ecclesiastical control.
Secularism :
The believe that laws, education, etc should be based on science, fact, etc rather than religion.
separatism :
A movement by a region or territory or ethnic group to break away from a country of which it is a part.
Servitude :
1. The state of being in slavery or bondage.
2. It can also mean compulsory service or labor, such as a prisoner may undergo as punishment.
Silk Stocking District :
An area where wealthy, aristocratic people live.
Silver-tongued :
Eloquent and persuasive. Used of politicians or others who have persuasive oratorical skills


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY R

R

Racism :
1. The discrimination against a person or group solely because of their race.
2. Any political doctrine that claims the superiority of one race over another
Radical :
Favoring fundamental change in society. Traditionally radicalism has been identified with the left, but radicals can be on the right too. Some would argue that in America today the radical agenda is that of the right rather than the left, although conservatives would say that special interest groups like feminists and gays are pushing a radical agenda
Raison d'etat :
French phrase meaning a reason of state. A reason of state is something that is of vital importance to the state, which justifies the action that a state may perform in regard to it, but which usually cannot be made public at the time.
Raison d'etre :
A French phrase meaning the reason for a thing's existence. The raison d'etre of the American civil rights movement was to secure equal rights for black people; the raison d'etre of the U.S. military is to defend the nation.
Ratification :
1. The formal adoption of a treaty by a state, by a vote of its legislators.
2. The term also applies to approval by the states of constitutional amendments.
Realism :
1. That which deals with the facts, with things as they are, not with idealistic notions of what they might or should be. Practical rather than visionary or imaginative.
2. In politics, realism is similar to realpolitik in meaning.
Realpolitik :
1. German term now used in English that means politics based on strictly practical rather than theoretical or idealistic notions, and practiced with a hard or cynical edge, without any sentimental illusions.
2. Real politik is power politics; the practitioner of realpolitik pursues the interests of his own group or country ruthlessly; he expects the other side to the same.
Red Herring :
Something irrelevant that is used to confuse or take the attention away from the something else. The term comes from the use of red herrings in hunting, to distract the hounds.
Redistribution :
Reallocation by a government of the wealth of a nation. This is usually done by taxes and welfare benefits-high taxes for the wealthy finance benefits for the poor. Redistribution is one of the central tenets of the welfare state, and of socialism.
Referendum :
A national or local vote on a single issue. Most U.S. states require referendums on amendments to the state constitution.
Reform :
A change or modification of something that already exists.
Regime :
Refers to a method or system of government; is often used to refer to a military government, or to a government that lacks legitimacy.
Regimentation :
Making people think and act in the same manner. Regimentation is a characteristic of totalitarian societies.
Regionalism :
Policies that recognize the distinctive character of different regions in a country, and allow them some autonomy over their own affairs. Regions, for example, can be distinctive due to language, culture, and history.
Repatriation :
The sending back of a person to his country of origin, as in the repatriation of prisoners of war.
Representation :
That which is performed by a representative, delegate, or agent, especially a representative in a legislature.
Representative gov :
A system of government in which the people elect agents to represent them in a legislature.
Repression :
In politics, refers to crushing of dissent, crackdown on a rebellion, or similar, as in writers and intellectuals fought against government repression.
Reprisals :
Retaliation taken in revenge for some injury suffered, as in, the government decided to take reprisals against the country responsible for terrorist acts.
Reprieve :
To delay the punishment of, particularly with reference to capital punishment; to give temporary relief to.
Republic :
the form of government in which ultimate power resides in the people, who elect representatives to participate in decision-making on their behalf. A republic is founded on the idea that every citizen has a right to participate, directly or indirectly, in affairs of state, and the general will of the people should be sovereign.
Retaliation :
1. Revenge or reprisal, on a tit-for-tat basis.
2. Retaliation is the repaying of an attack by an enemy with an attack on him.
Retroactive legislation :
legislation that applies to a specified period before the legislation was passed, as well as to the present and future.
Reverse discrimination :
the term is used by those who oppose affirmative action programs, who say that the effect of such programs is no longer to end discrimination against blacks but to discriminate against whites.
Revisionism :
The drastic reevaluation of an accepted theory or doctrine, or historical event or person. A revisionist historian for example, might offer a completely new view of a highly revered figure that shows him in a negative light, or vice versa.


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY Q

Q

--will be complete soon--A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY N

N

NAAFI :
abbr (Brit) Navy, Army and Air Force Institutes (an organization providing shops and places to eat for British soldier , etc in British and abroad).
Nation :
a large community of people, usually sharing a common history, culture, and language, and living in particular territory under one government.
Nationalism :
a strong feeling of love and pride in one’s own country. 2. desire for political independence by nation that’s controlled by another or is part of another. 3. a policy based on this


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY M

M

Machiavellian :
using clever and deceitful scheme to achieve what one wants, especially in politics. These expression of thought was found by Machiavelli in his book The Prince and Discourses, an Italian politician.
Manifesto :
a usually printed statement of principles and policies made by leader or a group, especially a political party, before an elections


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY K

K

Keynesianism :
The economic theories of John Maynard Keynes (1883-1946), and his followers
Kitchen Cabinet :
The closet advisors of a president or prime minister.


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY J

J

Jacobinism :
1. the political doctrines of the Jacobins, a society of revolutionary democrats in France during the time of the French Revolution (1789-1794).
2. The term can be used to refer to any political radicalism.
Judicial Review :
The power of the Supreme Court to decide whether a law is constitutional or not.
Judiciary :
The branch of government, and the system of courts, that interprets the law
Junta :
The term for a military government.
Jurisdiction :
The right of a political or legal authority to exercise that authority over a territory, subject or person, as in the case came under the jurisdiction of the district court.
Jurisprudence :
The science of law, or a system of laws.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY F

F

Fascism :
A class of political ideologies (and historical political regimes) that takes its name from the movement led by Benito Mussolini that took power in Italy in 1922. Mussolini's ideas and practices directly and indirectly influenced political movements in Germany (especially the Nazi Party), Spain (Franco's Falange Party), France, Argentina, and many other European and non-European countries right up to the present day.
Fatalism :
the believe that events are decided by fate; the acceptance of all that happens as inevitable

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY E

E

EEC :
abbreviation of European Economic Community (now usually known as the European Union)
Earmarked : To set aside for a special purpose, as when in a budget, funds are earmarked for certain projects.
ECU :
abbr European Currency Unit. The unit of money the European Union.
Ecclesiastical :
Pertaining to church matters, as in ecclesiastical courts, ecclesiastical history, etc.
Economic Warfare:
Conflict between nations over economic issues, that results in each side taking action against the other, to raise tariffs, restrict imports, or boycott the others' goods.
Economics :
The science of the allocation of limited resources for the satisfaction of human wants.
Economy :
The entire system of production, distribution, and consumption of goods and services in a country.
Ecumenical :
Universal. Used in reference to cooperation, understanding and unity between different churches, as in the ecumenical movement.
Ecumenism :
The ecumenical movement within Christian churches, which has been a notable feature of Christianity over the last 30-40 years. Also refers to the cultivation of greater understanding and tolerance between different religions.
Egalitarianism :
The doctrine that advocates equal political and social rights for all citizens. As such, egalitarianism is enshrined in the U.S. constitution. It does not mean that all people should be equal, but that they should all have equal opportunity.
Election :
The process by which public or private officials are selected from a field of candidates by the marking of ballots in a vote.
Electorate :
All the people in a district that are eligible to vote in elections.
Eleventh hour :
The last moment; only moments before it would be too late, as in, "the arrival of the U.S. cavalry at the eleventh hour saved the settlers from an Indian attack."
Elite :
An exclusive, carefully selected group or class, usually small, which possesses certain advantages, either of wealth, privilege, education, training, status, political power, etc. One might refer. Example, to the governing elite of a country, or to the U.S. marines as an elite force.
Elitism :
The doctrine that advocates leadership by a select group or elite. Elitism is not something that any U.S. politician would openly advocate, since it runs counter to the democratic ideal. However, it often proves a useful term when one politician wants to snipe at another one.
Emancipation :
setting free from slavery or oppression, as in the Emancipation Proclamation, a declaration by President Abraham Lincoln that became effective in 1863, that all the slaves who were in the Confederate States, who were in rebellion against the United States, were free men.
Embargo :
1. A government-imposed ban on trade with a specific country. For example, the U.S. has a trade embargo on Cuba; a similar embargo imposed on trade with Vietnam was lifted in 1994.
2. Embargo can be imposed on a particular commodity only, as when the U.S. imposed a grain embargo on the Soviet Union as a protest against the Soviet invasion of Afghanistan in 1979.
Emir :
The title of various Muslims rulers
Empire :
1. A group of countries or states that have a single ruler or ruling power
2. Large number of commercial organization controlled by one person or group
EMS :
abbr European Monetary System. A financial arrangement linking the currencies of some EU countries to the ECU.
EMU :
abbr Economic and Monetary Union. (of) The European Union, a program to achieve full economic unity in the ECU, including use of the ECU as a common currency.


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY U

U

-------------UNDER CONSTRUCTION--------A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons