Minggu, 04 Oktober 2015

Maldini vs Beckham

Mereka adalah dua pesepakbola terkenal di dunia. Mereka berdua adalah ukuran standard tingkat kegandrungan seseorang terhadap sepakbola. Bila anda tidak tahu mereka berdua berarti anda bukan pecinta sepakbola. Anda hanya suka dan tertarik saja. Atau mungkin ada malah membencinya. Teruslah membaca karena tulisan ini tidak hanya ditujukan untuk para pecinta sepakbola.

Baru-baru ini David Beckham, salah satu ikon sepakbola, fashion dan pop culture dunia, curhat di media sosial. Hatinya hancur ketika salah satu anak laki-lakinya tidak ingin melanjutkan lagi bermain sepakbola di akademi. Alasannya, setiap orang selalu membandingkan dirinya dengan sang ayah. Dan dia tidak nyaman dengan tekanan sosial seperti itu. Ya, setiap orang punya ide, bakat dan preferensinya sendiri, tapi tekanan publik terlalu besar. Dan menurut saya, sang anak, memilih mundur dari dunia sepakbola daripada berkonfrontasi dengan publik bahwa dirinya bermain karena dia menginginkannya. Bukan karena ayahnya adalah pe sepakbola juga.

Anak David Beckham adalah tipikal anak modern yang terekspose ekspektasi publik dengan standard kebaikan dan "kenormalan" tertentu. Lihatlah generasi Paolo Maldini anak Cesare Maldini, dan juga Casper Schemechel. Mereka mampu mengatasi tekanan itu. Karir mereka tak melulu sebanding dengan sang orang tua. Tapi mereka sadar mereka bermain untuk diri mereka sendiri. Untuk menambah contoh, bisa juga kita lihat anak Johan Cruiff dan anak Pele. Mereka tetap bermain sepakbola, entah apa pun pendapat orang,entah sejelek apa pub pencapaian mereka. Selain mereka berempat masih ada beberapa pemain lagi yang berhasil bermain di bawah bayang-bayang sang ayah. Perbedaan mereka dengan anak David Beckham adalah mereka tidak lahir di era digital dimana gaya, pendapat dan kritik menjalar hanya dengan sentuhan jari.

Hipotesis bahwa era informasi digital dan media sosial mempengaruhi kepribadian dan pilihan sikap seseorang amatlah sulir ditolak. Terutama di kalangan anak muda (13 - 30 tahun) kalau tidak boleh menyebut semua umur. Ukuran baik, cantik, kekinian dll menjadi lebih nyata. Ukurannya lebih mudah dicari dan dibuat, karena medianya adalah teks, gambar atau video di media sosial. Karena ukurannya yang relatif mudah dicari dan dibuat maka fondasi mental dan sikap seseorang yang tercipta pun rapuh, serapuh membuat teks, gambar atau audio visual yang kontra.

Pada kasus bayang-bayang orang tua yang menghantui anak David Beckham, kritik, pendapat dan ekspektasi publik atau ekspektasi orang tua adalag keniscayaan. Seniscaya anda adalah anak dari orang tua anda. Seniscaya Joko Wi adalah orang Solo. Tetapi itu hanyalah personalitas seseorang yang tidak bisa dihilangkan. Namun, kepribadian adalah preferensi,keinginan dan cita-cita yang muncul dari perjalanan hidup seseorang. Perjalanan hidup seseorang akan berbeda satu sama lain,meskipun ia darah daging kita atau saudara kita. Kewajiban sang orang tua adalah mendampingi bahwa dirinya akan terus menemani perjalanan hidup sang anak di masa indah dan sulit atau pun di masa ia benar maupun salah.

Semoga era digital ini tetap mendorong setiap anak manusia yakin dan menemukan jalan dan hidupnya sendiri.

Minggu, 4 Oktober 2015

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons