Sabtu, 29 Agustus 2009

Mengapa Indonesia Memilih Demokrasi !

Mengapa Indonesia memilih Demokrasi (sebagai sistem berbangsa dan bernegara) ? Demokrasi tampaknya telah terlanjur dijadikan idola oleh banyak orang. Demokrasi terlanjur menjadi kata-kata yang semua orang menganggap dirinya telah memahami. Seperti kata "globalisasi" dahulu. Sekarang ia telah tenggelam oleh slogan-slogan lain.

Menurut saya, Indonesia memilih Demokrasi sebagai sistemnya karena diarahkan. Demokrasi barat - oleh Amerika - dibuat seolah-olah adalah tanaman di pekarangan kita sendiri. Maksudnya, demokrasi dibuat seolah-olah cocok dan berasal dari Indonesia (dan negara dunia ke 3 lainnya). Padahal sudah jelas worldview barat yang diawali pemikiran positivistik dan sekuler Yunani-lah yang melahirkannya. Demokrasi tidak punya akar sama sekali dengan karakter asli Indonesia apalagi Islam.Prof. T. M. Hasbi Ash-Shiddiqy misalnya, dalam bukunya Ilmu Kenegaraan menyatakan, Fiqh Islam mengkritik sistem demokrasi dalam berbagai seginya, dan merupakan kesalahan fatal menganggap Islam itu serupa dengan demokrasi.Pertama, demokrasi modern saat ini terlalu meletakkan faktor kebangsaan, geografis, dan ras sebagai pengikat antar manusia, atau dalam praktek menekankan citizenship. Tak jarang itu menimbulkan sikap fanatik bangsa. Dan itu jelas berbeda dengan Islam. Dalam pandangan Islam, aqidahlah tali pengikat utama antar muslim, di manapun ia berada, sebab Rasul diutus untuk semua manusia.
Kedua, tujuan demokrasi -baik kapitalis maupun sosialis- semata-mata bertumpu pada faktor materi. Keagungan bangsa, kemajuan ekonomi, peralatan pertahanan, menjadi tujuan utama dan satu-satunya. Itu jelas berbeda dengan Islam, di mana kebahagiaan dunia dan akhiratlah tujuan utamanya. Ibnu Khaldun (700H) pernah menulis: „Imamah itu adalah untuk mewujudkan kemaslahatan akhirat dan kemaslahatan dunia yang kembali kepada kemaslahatan akhirat. Sebab, segala kemaslahatan dunia dalam pandangan Islam harus diserasikan dengan kemaslahatan akhirat“.

Ketiga, demokrasi terlalu memberikan kekuasaan mutlak kepada rakyat. Rakyat berhak membuat undang-undang, apapun bentuknya. Asumsi demokrasi: suara rakyat itu pasti benar, lebih benar dari suara Tuhan, sebab salah satu fondasi demokrasi adalah sekularisasi (pemisahan persoalan rakyat dari persoalan agama). Padahal tak jarang, suara rakyat mayoritas bertentangan dengan prinsip kebenaran (seperti kasus UU anti minuman keras atau anti merokok di beberapa negara bagian USA, yang gagal dalam referendum).

REALITAS
Benarkah demokrasi pasti mencerminkan kehendak rakyat? Terlalu tergesa-gesa untuk membenarkannya. Faktanya, itu tidak mungkin terjadi. Sistem apapun di dunia ini tidak mungkin menciptakan rakyat sebagai pengatur, sebab praktek hukum adalah kegiatan pengambilan keputusan, yang dengan sendirinya bersifat individual, tidak mungkin kolektif, apalagi melibatkan semua rakyat. Barangkali peran rakyat tak lebih sekedar mengemukakan pendapat, itupun jika diperlukan, dalam hal yang menyangkut sebagian dari mereka.
Di Athena kuno, kota kelahiran demokrasi, tidak seluruh rakyat memerintah. Yang punya hak menganjurkan undang-undang hanyalah sekitar 20 tokoh, sementara rakyat hanya mampu menyuarakan setuju atau tidak - ini pun tidak semua rakyat, karena budak, wanita dan orang asing tidak punya hak suara.

POLITICS POCKET DICTIONARY O

O

OAU :
abbr of Organization of African Unity
OECD :
abbr of Organization for Economic Cooperation and Development
Oligarchy :
1. a form of government in which a small group of people hold all the power
2. a political system that is controlled by a small group of individuals, who govern in their own interests
Oligopoly :
control of goods or services in a given market by a small number of companies.
Ombudsman :
A public official who is appointed to investigate complaints by individuals about the activities of government agencies.
Omnibus Bill :
From the Latin meaning "for all," an omnibus legislative bill contains many miscellaneous provisions
Open Society :
A society, such as the U.S. and most European countries, in which individuals have freedom of movement and there are no restrictions on travel to and from other countries; public buildings and officials are relatively accessible, secrecy is at a minimum and there is a free flow of information
Opportunism :
The practice of adapting one's actions to gain (in politics) any short-term personal advantage that may be available, but without regard for principle or long-term consequences.
Opposition :
The party or parties in a legislative body that are against the party or parties that control the legislature
Oppression :
Severity, especially when practiced by a government that puts too heavy burden upon its citizens, in terms of taxes or unjust laws.


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

POLITICS POCKET DICTIONARY A

A


Absolute :

1. having power without limit or restriction 2. existing independently and not in relation with somebody else
Absolutism :
(politics) the principle that those responsible for government should have power without limit or restriction
Activism :
the policy of vigorous action to bring about political change
Ageism :
the practice of treating people unfairly because of
their age, especially because they are considered to old
Agnostic :
a person who is not sure whether or not God exists
Altruism :
concern for the needs and feeling of other people above one’s own
Anachronism :
1. a person, a custom or an idea regarded as old fashioned or no longer appropriate
2. the place of something in the wrong historical period
Anarchy :
1. the absence of government or control in society
2. disorder, confusion
Anarchism :
the political believe that there should be no laws or government
Anarchist :
a person who believes there should be no laws or government, or who favours political disorder
Anglo-Saxon :
1. a person whose ancestors ware English
2. an English person of the period before the Norman Conquest
3. (also old English) the English language before about 1150
Antagonism :
(toward somebody or something) a feeling of hostility or opposition
Anthropomorphic :
treating gods or animal as human in form and personality
Anthropomorphism :
believe that gods or animal is as human in form and personality
Agitation :
in a political sense, refers to keeping an issue or a debate constantly before the public; as in there was considerable agitation for political reform in China in the late 1980s. Usually used to refer to opposition to the status quo (in communist countries, those who campaigned for human rights would often be referred to as agitators by the government.)

Aristocracy :
the highest social class; people of noble birth.

Atheism :
the believe that God does not exist


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

Profil Kehidupan Nicolo Machiavelli: Pangeran Kekuasaan

Nicolo Machiavelli bisa disebut sebagai “The Child of Renaisans” (anak zaman Renaisans). Ia dilahirkan di Italia, tepatnya di kota Florence pada tahun 1467. Ayah Machiavelli adalah seorang ahli hokum bernama Bernardo Machiavelli. Bernardo adalah seorang pengagum sejarah masa-masa klasik Yunani dan Romawi. Tak heran Bernardo akrab dengan karya-karya klasik Cicero seperti Phillipus, On Moral Obligation dan The Making of an Orator, serta membaca History karya Livius. Di kemudian hari karya Livius ini menjadi kerangka dasar pemikiran dan argumentasi karya monumental Machiavelli, The Prince.
Pada umur 6 tahun Machiavelli telah mulai belajar bahasa latin. Machiavelli pada umur 12 tahun, belajar ilmu-ilmu kemanusian kepada Paulo Ronsiglione. Di bawah bimbingan Ronsiglione inilah pada umur 14 tahun Machiavelli sudah mampu menulis karangan dalam bahasa latin menggunakan metode humanis standar meniru gaya-gaya penulisan klasik.
Menjelang dewasa Machiavelli kuliah di Universitas Florence. Di sana ia mempelajari karya-karya klasik kepada Marcelo Adriani. Di kemudian hari hubungan baik antara Machiavelli, ayahnya dan Adriani menjadi factor penting naiknya Machiavelli memangku jabatan sekretaris di negaranya.
Pada usia 25 tahun Machiavelli menjadi saksi hidup perjuangan seorang politikus moralis, Girolamo Savonarola. Sosok Savonarola dipandang sebagai sosok yang alim, memiliki reputasi dan otoritas cemerlang serta menguasai berbagai disiplin ilmu, khususnya filsafat. Sosoknya yang kharismatis memukau Machiavelli muda. Sayang, ketegaran dan fanatisme politik Savonarola mengahadapi penguasa tiran Italia menemui kegagalan. Dan Machiavelli menjadi saksi hidup peristiwa itu. Termasuk peristiwa penangkapan, penyiksaan dan eksekusi - dengan dibakar inkuisisi gereja atas perintah Paus Alexander VI atas tuduhan hendak mendirikan Negara teokratik demokratik mengkritik kehidupan mewah dan korup Cosimo de Medici serta dianggap menyebarkan ajaran sesat. Peristiwa ini mempengaruhi Machiavelli dan menyadarkannya bahwa mereka yang bersenjata akan dapat menaklukan mereka yang tidak bersenjata.

Jumat, 28 Agustus 2009

Teori Teroris

Peristiwa tanggal 13 Juli kemarin amat mengagetkan semua orang. Bom meledak pagi-pagi. Saat semua orang asik dengan aktivitasnya. Ada yang sarapan, ada yang olahraga, ada yang jogging ada yang sedang sibuk siap-siap ke kantor atau ada pula yang sedang buru-buru pergi ke kantor. Dan begitu meledak, semua aktivitas tersebut berhenti. Semua orang kaget. Sebagian besar orang geram dan kesal. Maksud saya, amat sangat geram dan kesal.
Polri adalah pihak yang jenggotnya paling banyak terbakar. Mereka pihak yang paling gusar. Bertambah gusar lagi setelah pengepungan belasan jam di Temanggung yang diharapkan menangkap Noordin ternyata meleset. Tayangan live berjam-jam – konon salah satu TV swasta dapat spot pengamatan istimewa karena ada deal bisnis dengan yang berwenang – ternyata “hanya” menayangkan penangkapan kaki tangan Noordin.
Setelah peristiwa tersebut, media terbiasa menyebut istilah “jihad”, “dakwah”, “pengajian” dan sejenisnya. Disinyalir para teroris, beroperasi di sekitar aktivitas-aktivitas –dalam tanda kutip- tadi. Bagi saya itu bagus. Masyarakat umum, terutama muslim, sudah terlalu lama berjauhan dengan istilah-istilah itu. Dan saat ini masyarakat mulai mencoba mengenalnya kembali, term-term yang dahulu telah amat dekat dengan kehidupan mereka.


Mengawasi Dakwah Ulama
Setelah term-term Islam dibahas dengan intens di media, sepertinya semua orang sudah seopini dan sepemahaman. Masyarakat, media dan polisi sudah paham bagaimana seharusnya para dai berdakwah. Masyarakat, media dan polisi juga sudah tahu bagaimana seharusnya term “jihad” dijelaskan oleh para dai. Tak heran muncullah keinginan untuk mengawasi dan membatasi cara dai berdakwah. Atau dengan bahasa Wakadivhumas Polri (SCTV, “Barometer” 260809), “perlu ada sosialisasi” mengenai dakwah yang damai dan penjelasan makna jihad secar benar.
Bila Polisi benar-benar mengawasi para dai – seperti di Spanyol dan Amerika – di bulan Ramadhan, Polisi benar-benar over acting, kata Umar Abduh (pengamat terorisme). Ketua Umum – dalam acara tersebut - pun tak setuju dengan pengawasan yang akan dilakukan Polisi tersebut.
Bagi saya, pengawasan oleh polisi ataupun sosialisasi oleh Depag – seperti diungkap Wakadivhumas – intinya sama. Poin pentingnya bukan salah para dai yang selama ini telah berdakwah secara salah. Bukan juga salah dai yang selama ini telah menerangkan makna jihad secara tidak benar – walaupun menurut pengalaman saya amat jarang para dai menyinggung masalah jihad secara sekilas atau mendalam. Polisi telah benar mencari para penjahat dan mereka yang merusak ketentraman masyarakat. Para dai telah benar menyampaikan nasihat-nasihat agama. Hanya setiap kita yang tak pernah mau belajar agama dengan benar. Term-term jihad telah lama kita lupakan dan tak terpahami, karena kita tidur saat Jumatan. Selama ini kita betul-betul merasa butuh pengetahuan agama hanya ketika akan zakat, nikah atau cerai. Jadi, masihkah kita menyalahkan para remaja-remaja yang memahami jihad secara salah ?
Cara Menangkap Noordin
Saya jadi ingat beberapa serial kriminal barat di TV. Para detektif secara ajaib bisa menemukan persembunyian penjahat setelah berdiskusi lima atau tujuh menit. Apa yang mereka diskusikan ? Mereka mendiskusikan apa yang dipikirkan penjahat pada kondisi saat itu. Intinya, para dektektif berusaha berpikir dan ber-keaadaan-psikologi seperti penjahat. Mungkin itu yang harus dilakukan Polisi.
Sayang, Noordin pun pasti berpikiran seperti itu. Lima tahun dalam pelarian dan hampir tertangkap beberapa kali pasti memberinya banyak “ilmu”. Dia mestinya telah paham akan apa yang akan dilakukan Polri. Sehingga Noordin tinggal berpikir secara berkebalikan dengan apa yang dipikir, direncanakan, dilakukan oleh Polisi agar bisa terus berlari. Gampang Toh ?
Tinggal Polisi dan BIN yang harus berpikir mbulet-mbulet. Apa yang akan dilakukan dan dipikirkan Noordin bila dia telah tahu rencana dan cara berpikir Polisi sementara dia sendiri belum tahu Polisi sudah tahu bagaimana cara berpikir Noordin? Bingung ga. Begitulah pusingnya Polri dan BIN (btw, kalau Polri dan BIN masih bingung memecahkan pertanyaan seperti diatas berarti mereka kalah dari FBI yang telah memecahkan kondisi tersebut pada tahun 1950-an. hebatnya lagi formula pemecahannya secara matematis. Di posting berikutnya akan saya bahas).
Tenang saja pak polisi, “sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh kalau ditembak”.
*****
Kutunggu kau kutunggu, kunanti kau kunanti
Walau sampai akhir hayat ini
(footer:lagu “kunanti oleh punkrockjalanan, lagu amat populer namun lahir dan besar di jalanan)
(mungkin begitu nyanyian Polri saat ini)

Sabtu, 22 Agustus 2009

Tommy, Ayo Kita Main Balapan Lagi (saja) !

Kritik Politik Minggu Ini

Hutomo Mandala Putra – nama berwibawa ini pertama kali saya dengar di acara olahraga TVRI waktu SD, tiba-tiba muncul jadi bakal calon Ketua Umum Partai Golkar. Kemunculannya memunculkan skeptisme. Tetapi, saya yakin ada sebagian yang menyambut dengan terbuka. Pihak yang skeptis bisa jadi karena munculnya Tommy menambah berat persaingan yang memang sudah ramai. Namun, bisa jadi karena mereka lebih memandang Tommy sebagai atlet balap daripada politikus.

Pada masa Orde Baru, Tommy memang aktif di Golkar. Tetapi, track record-nya tak terdengar. Posisi apa yang dia miliki tak banyak yang tahu. Ia kalah populer dibanding kakak tertuanya – Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut. Lagi-lagi – saat itu ia lebih populer sebagai pembalap.
Golkar saya pandang partai yang amat dinamis dan paling... progresif menghadapi perubahan. Masih jelas bagaimana image Golkar pasca runtuhnya Soeharto. Saat itu, image status quo begitu terasa. Ibarat seorang anak, ia masih di bawah bayang-bayang orang tua. Namun, sedikit demi sedikit para decision maker di tubuh partai beringin ini menyesuaikan diri. Mereka lebih terbuka terhadap perubahan dan mulai menerapkan kultur baru dalam dunia politik Indonesia. Itu bisa dilihat dari diadakannya Konvensi Partai Golkar pada tahun 2004 yang memunculkan nama Wiranto. Tradisi konvensi ini benar-benar baru dan di Indonesia Partai Golkar menjadi pionirnya.

Keterbukaan dan pragmatisme – mau berubah sesuai kebutuhan, ini bak gula yang mengundang semut berdatangan. Tercatat Surya Paloh, Aburizal Bakrie Jusuf Kalla hingga Yudi Krisnandi ‘menyemut’ di partai ini. Langkah konkret dan praktis yang mengundang banyak ‘semut’ ini bisa jadi karena pengalaman punggawa-punggawa Golkar yang pintar bermanuver demi kepentingan partai di masa Orde Baru. Rupanya, ilmu mereka masih dipakai hingga sekarang.

Kembali ke Tommy. Di luar masalah AD/ART dan tetek bengek lainnya yang –katanya, bisa mengganjal Tommy karena sudah 5 tahun vakum dari kepengurusan, langkah Tommy terbilang berani. Bagi saya Tommy terlalu berani, karena belakangan ini Tommy lebih dikenal sebagai selebriti. Dan seperti selebriti lainnya yang saat ini masuk DPR – baca dunia politik, mereka bukan politikus. Atau paling tidak belum menjadi politikus. Tommy belum layak dan mampu menjadi decision maker. Ia masih menjadi decision maker bagi dirinya sendiri. Ketika langkah hari ini konsisten ia pertahankan dan tidak ‘hangat-hangat tahi ayam’, ia bisa berhasil. Tentu saja bukan tahun ini.

Pertanyaannya, maukah Tommy melangkah dari bawah lagi ? Maukah ia meninggalkan ‘jalan tol’ khas masa orde baru – begitu muncul langsung punya posisi ?
----------------------
Pameo bahwa aktifitas politik adalah mengemban amanat rakyat dan demi kepentingan rakyat, lama-lama terdengar mirip dongeng sebelum tidur. Fiktif tetapi orang (berlagak) mempercayainya dan terlelap dibuatnya. Jika, fakta-fakta politik dijejerkan satu per satu, masa politik benar-benar untuk rakyat saya kira masih harus kita tunggu. Mungkin cukup lama.
Lebih baik mari kita tidur saja dan tak usahlah ditemani dongeng pengantar tidur.

Bagaimana menurut Anda ?


Purwokerto, 20 Agustus 2009

Rabu, 19 Agustus 2009

Belajar Ilmu Politik Bag 2

Kajian ilmu politik dapat menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, bersifat deskriptif analitik, menekankan proses, bersifat induktif dan menurut W. R. Torbert (1981: 141-151) sering disebut sebagai collaborative inquiry. Sedangkan pendekatan kuantitatif berusaha untuk tidak terpengaruh koleksi data. Instrumennya yang bervariasi, seperti psychometic yang dibentuk mapan melalui tes (menguji dan menstandarisasi daftar observasi, baik wawancara terbuka maupun tertutup) menggunakan metode statistik untuk meneliti data dan menyimpulkan sebagai hasil penelitian. Dengan kata lain, pendekatan kuantitatif mencoba ke hal-hal objektif, artinya yang mereka ingin mengembangkan suatu pemahaman yang “apa adanya”, tidak terikat pada penyimpangan pribadi, nilai-nilai dan pikiran-pikiran tentang keistimewaan sesuatu yang diteliti, serta bersifat deduktif (Borg dan Gall, 1989: 23-24)

Secara umum, tugas ilmuwan politik adalah
bagaimana memberikan penjelasan retrodiktif kepada masyarakat, daripada hanya memberikan analisis-analisis kritis dan deskripsi-deskripsi yang panjang lebar.

Secara garis besar, politik cenderung terbagi menjadi dua kubu :

  1. Hight Politics (Politik tinggi), adalah ilmu politik yang mempelajati tingkah laku politik para elite yang membuat keputusan, mereka percaya bahwa kepribadian dan mekanisasi para elite adalah kunci pembuat sejarah. Mereka pun percaya bahwa perluasan kekuasaan dan kepentingan diri dapat menjelaskan perilaku sebagian besar kaum elite.

  2. Low Politics (Politik bawah), bagi para ilmuwan yang menganutnya, mereka percaya bahwa perilaku politik massa memberikan kunci untuk menjelaskan episode-episode politik utama, seperti halnya beberapa revolusi yang terjadi. Selain itu, bagi mereka kharisma, plot, maupun blunder para pemimpin kurang begitu penting dibanding dengan perubahan nilai-nilai kepentingan dan tindakan kolektivitas (O’Leary, 2000;790)

Teori Kenegaraan

Politik selalu dikaitkan dengan negara. Diakui atau tidak membahas mengenai persoalan kenegaraan menjadi sesuatu yang berdaya magnet tinggi. Tidak hanya bagi para pemikir dan pengamat politik namun juga rakyat biasa.

Teori kenegaraan dianggap sebagai teori yang paling komprehensif dalam memberikan perhatian bagi teori kontemporer, pemikiran politik, administrasi publik, kebijakan publik, sosiologi politik dan hubungan internasional (O’Leary, 2000;794). Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan ilmu politik kontemporer memfokuskan pada organisasi negara dalam sistem demokrasi barat. Berkaitan dengan demokrasi barat ini, ada dua masalah yang mesti dipecahkan. Pertama, hingga tingkat mana negara demokrasi dikontrol oleh rakyatnya ? Ini masalah klasik dalam demokrasi tetapi sering terlupakan. Alih-alih dibahas lebih mendalam, sebagian orang menurunkan level penekanan pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan baru “Sejauh mana negara demokrasi dikontrol oleh orang yang paling kuat dalam masyarakat ?”. Sayangnya, orang yang paling kuat dalam masyarakat kadangkala memiliki kepentingan yang amat berbeda dengan kepentingan masyarakat umum kebanyakan.

Berbicara mengenai negara, tidak mungkin melepaskan diri dari bagaimana asal mula sebuah negara muncul. Dan kemunculan sebuah negara tidak pernah tidak dilatar belakangi lahirnya sebuah peradaban manusia, yang kuat dan konsisten membangun pemikiran dan (tentu saja) peradabannya sendiri. Oleh karena itu,pembahasan mengenai manusia dan peradaban tak terelakan.

Peradaban dan Manusia

Huntington (1996) dalam masterpiece-nya, mengatakan bahwa :

Sejarah manusia adalah sejarah peradaban itu sendiri. Tidak mungkin berbicara tentang sejarah perkembangan manusia – yang membentang di seluruh peradaban, dari Sumeria Kuno dan Mesir hingga peradaban Klasik, dari Meso-Amerika hingga peradaban Kristen, . . . Islam dan . . .peradaban Cina dan Hindu

Arnold Toynbee mengatakan :

suatu peradaban tak ubahnya seperti makhluk organis : lahir, berkembang, matang dan pada akhirnya mengalami pembusukan. Maka, dalam sejarah umat manusia banyak ‘tengkorak-tengkorak peradaban’ yang terkubur dalam sejarah selama ribuan tahun. Meskipun telah menjadi tengkorak peradaban tersebutakan mampu melahirkan kembali peradaban baru”

Para ahli sejarah, sosiolog dan antropolog dunia telah mengajukan gagasan masing-masing mengenai definisi, asal-mula, kemunculan-kejatuhan serta keterkaitan satu peradaban dengan peradaban lain. Mereka itu antara lain Max Weber, Emille Durkheim, Oswald Spengler, Pitirim Sorokin, Arnold Toynbee, Alfred Weber, A.L. Kroeber, Philip Bagby, Carrol Quiqley, Rushton Coulborn, Christopher Dawson, S.N. Eisenstadt, Fernand Braudel, William H. McNeil, Adda Bozeman, Immanuel Wallerstein, Felipe Fernandes-Armesto dan banyak lagi. Tentu perlu waktu untuk menguraikan pendapat mereka satu per satu, namun ada poin-poin penting yang menyatukan pendapat para ahli.

Pertama, peradaban dipandang sebagai antonim dari barbarisme, nomaden, bodoh, primitif tak terpelajar dan lain-lain. Kualitas-kualitas ‘buruk’ tadi tidak ditemukan pada masyarakat yang berperadaban sehingga muncullah pendapat bahwa berperadaban adalah baik, tidak berperadaban adalah buruk.

Pendapat ini dikembangkan para pemikir Perancis di abad XVIII. Namun, pemikiran seperti ini pun sebenarnya pernah ada di khasana ilmu pengetahuan Islam. Hadharahi, sebagai padanan kata peradaban ternyata memiliki makna (secara bahasa) tempat tinggal di suatu wilayah yang beradab (seperti kota), sedangkan al-hadhir adalah orang-orang yang tinggal di kota-kota dan desa-desa.

Kedua, peradaban adalah sebuah entitas kultural. Peradaban dan kebudayaan sama-sama menunjuk pada seluruh pandangan hidup manusia dan suatu peradaban adalah bentuk yang lebih luas dari kebudayaan. Artinya, peradaban dan budaya bisa dianggap sebagai sinonim.

Ketiga, setiap peradaban selalu bersifat komprehensif. Dengan kata lain peradaban selalu bersifat totalitas. Peradaban adalah entitas paling luas dari budaya. Perkampungan-perkampungan, wilayah-wilayah, kelompok-kelompok etnis, nasionalitas-nasionalitas, perlbagai kelompok keagamaan, seluruhnya memiliki perbedaan kultur. Melkoii menyatakan,

(peradaban – pen) memiliki suatu derajat integrasi tertentu. Setiap bangunannya terumuskan melalui saling keterkaitan antara masing-masing bagian dengan keseluruhannya. Jika sebuah peradaban terdiri dari pelbagai negara, maka masing-masing negara tersebut akan memiliki hubungan “yang lebih” dibanding dengan negara-negara yang berbeda peradaban, yang mungkin justru akan lebih sering terlibat dalam pertikaian, dan hubungan antara masing-masing sebatas hubungan diplomatis. Mereka (negara-negara berbeda peradaban – pen) akan lebih sering tergantung dalam bidang ekonomi, dan kesamaan hanya dalam kaitan dengan hal-hal yang bersifat estetis dan filosofis.”


Keempat, peradaban bisa runtuh dalam waktu (relatif) singkat, namun ia berkembang, beradaptasi dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Realitas yang tidak mudah mati begitu saja. Peradaban bisa tidur dan tak pernah terdengar lagi dalam catatan sejarah, namun ia tidak tidur.

Kelima, peradaban bersifat lintas negara (cross nation) dan lintas batas-wilayah (cross border). Ini terjadi karena peradaban adalah entitas kultural, bukan entitas politis atau pun entitas pemerintahan.

Peradaban-peradaban Besar

Ada banyak pendapat mengenai berapa jumlah peradaban-peradaban besar di dunia. Huntington (1996) menyatakan ada 8 (delapan) peradaban mayor kontemporer di dunia ;

  1. Peradaban Tionghoa/Cina

  2. Peradaban Hindu

  3. Peradaban Islam

  4. Peradaban Ortodoks

  5. Peradaban Barat

  6. Peradaban Amerika Latin

  7. (mungkin) Peradaban Afrika.iii



i Hizbut Tahrir Indonesia, “Keniscayaan Benturan Peradaban”, Pustaka Thariqul Izzah, hal 5

ii Richard Parker, “The Myth of Global News” , New Perspective Quarterly, 41-44 dalam Samuel P Huntington, “Benturan antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia”

iii Huntington ragu karena sebagian besar sarjana peradaban tidak mengakuinya kecuali Brauder

Sabtu, 15 Agustus 2009

Belajar Politik

Belajar Politik Belajar Meraih, Mengawasi, Melanggengkan atau Mengahancurkan Penguasa. Terserah Anda

Definisi ilmu politik :

  • Pendekatan Institusionalis

Roger F. Soltau. (1961)

Political science is the study of the state, it’s aim and purposes .... the institution by which these are going to be realized. It’s relations with it’s individual members and other state.”

Ilmu politik adalah kajian tentang Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara Negara dengan warga Negaranya serta dengan Negara lain.

  • Pendekatan Kekuasaan

Laswel (1950:240)

Ilmu politik sebagai disiplin ilmu empiris pengkajian tentang pembentukan dan pembagian kekuasaan, serta tindakan politik seperti yang ditampilkan seseorang dalam perspektif kekuasaan.

Robson. (1954:24

Political science is concerned with the study of power in society, its nature, basis, processes, scape and result. The focus of interest of the political scientist centers on struggle to gain or retain power, to exercise power of influence over other people or to resist that exercise”

Ilmu politik adalah ilmu yang memfokuskan mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki/alamiah, dasar, proses, ruang lingkup dan hasilnya. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan... kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.

  • Pendekatan Pengambil Keputusan (Decision Maker Approach)

Joyce Mitchel (1969:4-5)

“ Politics is collective decision making or the making of public policies for entire society.

Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan public untuk suatu keseluruhan masyarakat.

Deutsch (1970: 5)

“Politics is the making of decision by publics mean”

Politik adalah pembuatan keputusan oleh alat-alat politik.

  • Pendekatan Pengambil Kebijakan (Public Policy Approach)

Hogerwerf (1972: 38-39)

Objek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah, proses terbentuknya, serta akibatnya. Pengertian kebijakan di sini adalah membangun secara terarah melalui penggunaan kekuasaan.

Easton (1971: 128)

Ilmu politik . . . . . study of the making of public policy “Studi tentang terbentuknya kebijakan umum”

  • Pendekatan Pembagian Kekuasaan (Distribution Approach)

Loswell (1950:128)

“Politik adalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana ?”

Easton (1965)

Sistem politik adalah keseluruhan dari interaksi yang mengatur pembagian nilai secara autoritatif (berdasarkan wewenang untuk dan atas nama masyarakat).

Rabu, 12 Agustus 2009

SOLUSI ISLAM DALAM KONSERVASI ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

ISLAM DALAM KONSERVASI ALAMMuqadimah

Alam dan lingkungan hidup tidak terpisahkan dari manusia. Dan peran manusia adalah sebagai sosok yang memakmurkan bumi termasuk memelihara alam dan lingkungan hidup.

Secara ekonomis alam dan lingkungannya sangat berharga dan penting. Telah banyak dicatat kerugian yang diakibatkan kerusakan alam dan lingkungan, baik secara langsung seperti permbalakan liar (ilegal logging), maupun tidak langsung seperti sedimentasi di waduk ataupun bendungan yang membuat PLTA tidak beroperasi sehingga menurunkan daya listrik. Pada kondisi tertentu keadaan ini mengakibatkan pemadaman bergilir yang akhir-akhir ini sering terjadi. Dalam skala yang lebih luas, bumi terancam oleh pemanasan global dan efek rumah kaca yang dapat menenggelamkan pulau-pulau dan kota-kota tertententu di dunia.

Berbagai tindakan telah dilakukan oleh negara-negara di dunia. Dalam Konverensi Tingkat Tinggi tentang lingkungan hidup di Kyoto, Jepang beberapa kesepakatan telah dicapai untuk mengurangi emisi setiap negara. Namun, Amerika Serikat tidak ikut menandatangani perjanjian penurunan emisi tersebut. Sebuah arogansi yang untuk kesekian kalinya ditampakkan.


Dalam khasanah ilmu pengetahuan barat, konservasi merupakan cabang dari ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal dari akar kata yang sama dengan ekonomi, yaitu oikos (rumah tangga). Sehingga ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, yaitu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan benda-benda mati disekitarnya. Dalam perspektif Islam, menjaga lingkungan hidup adalah kewajiban, yaitu sebagai salah satu kewajiban manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sehingga menjaga lingkungan hidup bukan hanya didorong oleh pertimbangan ekonomis semata. Di sinilah perbedaan pandangan hidup Islam dengan
yang lain.


Institusi Konservasi Alam Dalam Islam


  1. Hima’


Hima’ adalah kawasan hukum dimana dilarang untuk diolah dan dimiliki seseorang (pribadi), sehingga ia tetap menjadi wilayah yang dipergunakan bagi siapapun sebagai tempat tumbuhnya padang rumput dan tempat mengembalakan hewan. Al Mawardi dalam Al Ahkaamus-sulthaaniyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah menetapkan suatu tempat seluas 6 mil menjadi hima’ bagi kuda-kuda kaum muslimin dari kalangan Muhajirin dan Anshar.


Menurut As Suyuti dan para fuqoha, sebuah kawasan dapat menjadi hima’ dengan empat syarat, yaitu :


  1. berdasarkan keputusan pemerintah


  2. Dibangun
    berdasarkan ajaran Allah SWT – untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahtraan umum


  3. Tidak
    boleh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat sekitar


  4. Harus
    mewujudkan manfaat yang nyata bagi masyarakat


Maka, hima’ adalah istilah yangpaling tepat untuk mewakili istilah daerah konservasi dalam Islam.

Berdasarkan kekhususannya ada 5 jenis Hima’ :


  1. Wilayah
    dimana menggembalakan hewan tidak diperbolehkan

  2. Wilayah
    dimana menggembalakan hewan diperbolehkan hanya pada musim tertentu

  3. Wilayah
    perlindungan lebah; menggembalakan hewan dilarang pada musimbunga/semi

  4. Wilayah
    hutan; dilarang menebang pohon

  5. Wilayah
    suaka lingkungan untuk daerah/komunitas tertentu (kota, desa, dusunatau suku tertentu), misalnya hutan kota, hutan adat dll


Hima’ – yang telah diakui oleh FAO – memiliki ukuran berbeda-beda. Hima’ Al-Rabadha, yang dibangun
oleh Khalifah Umar ibn Khatan dan kemudian diperluas oleh Khalifah Utsman, adalah salah satu yang terbesar. Membentang dari Ar Rabadhah di barat Najd hingga ke daerah sekitar kampung Dariyah. Pada tahun 1965 ada kurang lebih 3000 hima’ di Arab Saudi. Sebagai peninggalan Islam, sampai sekarang banyak hima’-hima’ di Arab Saudi yang masih memiliki keanekaragaman hayati dan habitat-habitat biologi penting.


  1. Iqta

Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh negara kepada para investor atau pengembang dengan pernjanjian kesanggupan untuk mengadakan reklamasi (perbaikan lahan yang digarap). Oleh karena itu dalam menggarap Iqta, harus ada jaminan tanggung jawab dan keuntungan baik untuk investor penggarap maupun untuk masyarakat sekitarnya.

Apabila penggarap telah membangun lahan tersebut menjadi produktif, maka dia tidak bisa memindahtangankan lahan tersebut kepada orang lain. Apabila lahan tersebut selama 3 tahun ditelantarkan, maka penguasa negara bisa mencabut hak pakai penggarap lahan dan mengalihkannya kepada pihak lain yang ingin menghidupkan tanah tersebut. Lahan yang digunakan untuk Iqta adalah lahan yang di dalamnya tidak ada kepentingan umum, misalnya sumber daya air, kepentingan ekosistem dan tidak menimbulkan masalah baru bagi daerah sekitar pada masa penggarapan. Dalam kawasan tersebut juga harus dipastikan tidak terdapat sumber daya mineral atau keuntungan umum lain yang seharusnya dikuasai oleh pemerintah untuk kemaslahatan orang banyak.

  1. Harim

Harim adalah lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan sumber-sumber air. Harim dapat dimiliki atau dicadangkan oleh kelompok atau individu ataupun kelompok.Biasanya harim terbentuk bersamaandengan keberadaan ladang dan persawahan, tentu saja luas kawasan ini berbeda. Di dalam sebuah desa, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan hewan ternak atau mencari kayu bakar. Akses masyarakat ke tempat ini pun dimudahkan; dapat ditempuh tidak lebih dari satu hari pada hari yang sama. Yang penting dalam harim ini adalah adanya kawasan yang masih asli (belum dirambah), tidak dimiliki individu namun menjadi hak milik umum. Pemerintah dapat mengadministrasikan atau melegalisasi kawasan ini untuk keperluan bersama.

Pada era Turki Utsmani harim digunakan untuk menunjukkan suatu area (di sekitar rumah) yang terlarang bagi laki-laki asing (untuk memasukinya). Kata harim sendiri berarti suatu hal yang pribadi, sangat dihormati dan dimulyakan.


Ihya al-Mawat


Tanah sebagai unsur lingkungan paling mendasar mendapat perhatian lebih dalam Islam. Semangat menghidupkan (Ihya) kawasan mati/tidak produktif (al mawat) merupakan anjuran kepada setiap muslim untuk mengelola lahan supaya tidak ada kawasan yang terlantar.
Menghidupkan di sini termasuk juga menjaga dan memelihara kawasan tertentu untuk kemaslahatan umum dan mencegah bencana. Semangat menghidupkan lahan ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang-undangan harus akomadatif dalam mengelola dan menerapkan peraturan pemilikan lahan secara konsisten.


Daya Dukung Lingkungan

Sumber daya alam yang ada sebenarnya telah disediakan oleh Allah SWT lebih dari cukup untuk semua makhluk di muka bumi, termasuk manusia. Namun, berbagai pelanggaran dan ketamakan membuat sumber daya yang ada rusak dan tidak terdistribusikan dengan baik sehingga tidak bisadimanfaatkan dengan adil dan maksimal. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dalam memanfaatkan sumber daya alam yang adatermasuk air, hutan, tanah, minyak dan gas dll.

Daya dukung lingkungan terhadap semua bentuk aktifitas manusia mestid iperhatikan. Daya dukung lingkungan adalah total potensi lingkunganyang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas produktif. Misalnya, penggunaan tanah sebagai lahan penggembalaan seperti terlihat pada gambar 1, menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan yang baik akan tercapai pada tingkat penggunaan lahan sebesar 30 % - 70 % dari keseluruhan potensi yang ada.



Dalam diagram 1, daya dukung lingkungan bisa digunakan hingga 100 %. Namun, bila digunakan maksimal hingga 100 % (Q1) maka kualitas lingkungan akan menjadi sangat buruk, karena lahan habis untuk penggembalaan, tidak ada saluran pengairan, putusnya rantai makanan karena species yang homogen dan akhirnya keseimbangan ekosistem pun rusak. sebaliknya. Sementara bila potensi lingkungan yang digunakan
terlalu sedikit maka lahan yang ada tidak memberikan manfaat maksimal. Oleh karena itu, penggunaan potensi lahan hingga 50 % dipandang sebagai pemakaian maksimal. Dengan toleransi kerusakan yang maksimal yaitu pada angka 1.


Penutup


Syariat Islam mempunyai bentuk-bentuk dasar dan semangat konservasi yang jelas. Beberapa prinsip di atas dapat digunakan dalam usaha konservasi lingkungan dalam payung syariat Islam. Dewasa ini masalah konservasi lingkungan berkaitan dengan berbagai persoalan yang kompleks. Oleh karena itu, 3 institusi tadi harus didukung oleh konsistensi pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang adil, karena lingkungan selalu jadi korban ketika ekonomi masyarakat terpinggirkan. Peran politik dan penegakkan hukum juga tidak boleh ditinggalkan, terutama ketika harus menekan perusahaan-perusahaan multinasional untuk memenuhi kewajiban mereka memperbaiki lahan dan lingkungan yang telah mereka eksploitasi.


-----*-----

Daftar Pustka
Al Mawardi. 2000. Al Ahkaamus-sulthaaniyah wal-wilaayatud-diiniyah. Terj. Jakarta. Gema Insani Pers

Soerjani, Mohammad. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. UI Pers


Majalah

Mangunjaya, Fachrudin Majeri. Lingkungan Hidup dan Konservasi Alam
dalam Perspektif Islam. Majalah Islamia Vol. III No. 2







Bagian I : Nicolo Machiavelli

Nicolo Machiavelli bisa disebut sebagai “The Child of Renaisans” (anak zaman Renaisans). Ia dilahirkan di Italia, tepatnya di kota Florence pada tahun 1467. Ayah Machiavelli adalah seorang ahli hokum bernama Bernardo Machiavelli. Bernardo adalah seorang pengagum sejarah masa-masa klasik Yunani dan Romawi. Tak heran Bernardo akrab dengan karya-karya klasik Cicero seperti Phillipus, On Moral Obligation dan The Making of an Orator, serta membaca History karya Livius. Di kemudian hari karya Livius ini menjadi kerangka dasar pemikiran dan argumentasi karya monumental Machiavelli, The Prince.

Pada umur 6 tahun Machiavelli telah mulai belajar bahasa latin. Machiavelli pada umur 12 tahun, belajar ilmu-ilmu kemanusian kepada Paulo Ronsiglione. Di bawah bimbingan Ronsiglione inilah pada umur 14 tahun Machiavelli sudah mampu menulis karangan dalam bahasa latin menggunakan metode humanis standar meniru gaya-gaya penulisan klasik.

Menjelang dewasa Machiavelli kuliah di Universitas Florence. Di sana ia mempelajari karya-karya klasik kepada Marcelo Adriani. Di kemudian hari hubungan baik antara Machiavelli, ayahnya dan Adriani menjadi factor penting naiknya Machiavelli memangku jabatan sekretaris di negaranya.

Pada usia 25 tahun Machiavelli menjadi saksi hidup perjuangan seorang politikus moralis, Girolamo Savonarola. Sosok Savonarola dipandang sebagai sosok yang alim, memiliki reputasi dan otoritas cemerlang serta menguasai berbagai disiplin ilmu, khususnya filsafat. Sosoknya yang kharismatis memukau Machiavelli muda. Sayang, ketegaran dan fanatisme politik Savonarola mengahadapi penguasa tiran Italia menemui kegagalan. Dan Machiavelli menjadi saksi hidup peristiwa itu. Termasuk peristiwa penangkapan, penyiksaan dan eksekusi - dengan dibakar inkuisisi gereja atas perintah Paus Alexander VI atas tuduhan hendak mendirikan Negara teokratik demokratik mengkritik kehidupan mewah dan korup Cosimo de Medici serta dianggap menyebarkan ajaran sesat. Peristiwa ini mempengaruhi Machiavelli dan menyadarkannya bahwa mereka yang bersenjata akan dapat menaklukan mereka yang tidak bersenjata.

Karier Politik Machiavelli

(bersambung di bag II)

Selasa, 11 Agustus 2009

AC Manullang: ''SBY didukung CIA''

Menurut mantan Direktur Bakin, AC Manulang, AS sudah mempersiapkan SBY jauh hari untuk jadi presiden. AS bahkan mengrim 60 ribu Intelijen CIA ke Indonesia Hidayatullah.com--Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), AC Manulang mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah jauh-jauh hari menyiapkan calon presiden (capres) dari militer untuk menjadi presiden. Termasuk Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Karena itu, pemilihan presiden secara langsung yang untuk kali pertama digelar di Indonesia, tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS). Melalui agen intelijennya, CIA, AS ingin agar presiden Indonesia mendatang berasal dari purnawirawan militer. Demikian analisa yang disampaikan pengamat intelijen, AC Manullang.

Menurut mantan Direktur Bakin ini, capres berlatar militer dianggap mampu menjalankan grand strategy global AS, yaitu memberantas terorisme. "Sipil dianggap tidak mampu menindak tegas kelompok Islam radikal, yang oleh Amerika disebut sebagai geng teroris di Indonesia," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Manullang menambahkan, pada pemilu presiden putaran pertama lalu, CIA dihadapkan pada dua pilihan yang imbang, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya dianggap memahami grand strategy global AS tersebut. Namun belakangan, sebelum masa pencoblosan 5 Juli lalu, Wiranto lebih cenderung mendekati kelompok Islam garis keras. Karena itu, akhirnya CIA mendukung SBY.

"Kenapa Wiranto nggak didukung CIA? Dia itu dekat dengan kelompok Islam, yang oleh Amerika dicap sebagai separatis. Kita lihat hasil pemilu di Pesantren Al-Zaytun, lalu hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang beberapa pekan sebelum pemilu presiden. Jelas sekali, mereka menolak SBY dan mendukung Wiranto. Ini semua dilaporkan anggota CIA ke CIA Pusat di Amerika. Lalu pimpinan CIA menginstruksikan agar Wiranto jangan didukung," ujarnya.

Dengan demikian, tambah Manullang, siapa yang harus didukung CIA sudah jelas, karena tinggal satu calon. Megawati tidak mungkin, karena dianggap telah gagal menjalankan misi CIA. Amien Rais pasti tidak akan didukung CIA, karena dianggap salah satu pimpinan Islam garis keras. Sedang Hamzah Haz, tak pernah masuk pilihan karena pasti tidak akan menang. "Jadi Amerika itu sudah mempersiapkan SBY sejak jauh-jauh hari untuk jadi presiden," katanya.

Ditanya apakah dukungan CIA itu diketahui SBY atau Jusuf Kalla, Manullang mengatakan, CIA tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Namun, lanjut dia, siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung. "Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia," kata Manullang.

Doktor sosiologi politik lulusan Universitas Mainz Jerman ini yakin, sebenarnya siapapun yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu di Indonesia.

Alasan dia, kerja AS sangat profesional. Untuk menjalankan misinya di Indonesia, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif lalu. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. "Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut Manullang menilai, siapapun capres yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu presiden putaran kedua. "Siapa yang akan jadi presiden Indonesia ke depan, sebenarnya namanya sudah ada di tangan Amerika. Kan mereka yang men-setting. Bahkan bukan hanya Indonesia, CIA juga berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia," ujarnya.

Setelah itu, masih menurut Manullang, presiden yang didukung CIA akan dikendalikan oleh AS. Jika sesudah terpilih mengkhianati AS, mereka tak segan-segan menembak mati bahkan menghancurkan negaranya. "Lihat Usamah bin Ladin atau Saddam Hussein. Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia, Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Usamah kerja sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi presiden, juga karena dukungan Amerika," ujarnya.

Karena itu, tegas Manullang, siapapun yang jadi presiden mendatang, rakyat harus bersatu mendukungnya. "Sebab, hanya persatuan dan kesatuan rakyat yang mampu membendung misi Amerika di Indonesia. Jangan sampai Indonesia di-Iraq-kan," ujarnya memberi pesan.

Indikasi dukungan AS terhadap salah satu capres, sebenarnya sejak beberapa waktu lalu sudah muncul ke permukaan. Amien Rais dalam wawancaranya dengan majalah Gatra, mengatakan kekalahan dirinya dalam pilpres putaran pertama antara lain karena yang dihadapi adalah kekuatan raksasa. Ketua Umum PAN itu mengaku memperoleh banyak informasi otentik bahwa AS membekingi salah satu capres. "Mereka sudah menjalin kerja sama cukup matang. Saya menyadari bahwa yang saya hadapi tidak main-main," kata Amien. (Suara Karya/cha)

Membasmi Pornografi Dengan Insektisida Demokrasi

“……Di Indonesia rata-rata terjadi 5 sampai 6 orang perempuan diperkosa perhari dan di Amerika Serikat berdasarkan angka statistik nasional 683.280 orang pertahun perempuan diperkosa (Buku Islam the Choice of Thinking Women). Adapun Penelitian di Ontario Kanada membuktikan 77% dari pelaku sodomi dan 87% pemerkosa perempuan mengaku menonton secara rutin bacaan dan tontonan porno. (Thomas Bombadil; British National Party) – Republika, 29/5/1994.”

Dus….perdebatan pro kontra terhadap RUU APP membuat kita orang merasa perlu untuk angkat bicara. Konon katanya, menurut kita orang persoalan pornografi dan pornoaksi bukan lagi menjadi permasalahan individu sekedar di kamar tidur, di atas kasur, di bawah selimut atau sebatas di balik celana dalam, tetapi telah menjadi permasalahan sosial masyarakat yang dapat ditemui hampir di setiap ruang dan waktu : TV, Koran, Tabloid, Internet, Casing Handphone, Screen saver, Poster di Balik Pintu, Binder Kuliah, Bungkus Nasi, Aquarium, - bisa jadi nanti - ada di map absensi, di balik KHS atau di kaos OKFE ( tapi jangan diharapin ya…. …..!) dsb…..
Berbicara tentang pornografi tidak akan terlepas soal rangsangan birahi dan kemolekan tubuh perempuan (man version). Termasuk bagaimana meluruskan logika kita tentang rangsangan birahi. Kebutuhan nafsu birahi berbeda dengan keinginan seseorang akan kebutuhan terhadap suatu benda yang lain. Ketika orang dihadapkan dengan sebongkah emas milik orang lain, tentu tidak semua orang memberikan reaksi yang sama. Bagi orang yang tidak pernah mempunyai emas tentu ia sangat berkeinginan untuk memiliki emas itu dan bisa jadi keinginan untuk merampoknya sangat tinggi, tetapi ketika seorang yang kaya raya yang di rumahnya memiliki banyak bongkahan emas dan jumlahnya jauh lebih besar dari emas yang ada di hadapannya itu tentu orang tersebut tidak begitu tertarik dan bahkan menganggapnya sebagai hal biasa. Lain halnya dengan persoalan birahi, -misalnya-ada seorang gadis cantik nan molek telanjang aduhai di depan kita orang (….waktu mengetik tulisan ini….ihhhh mesum..!) tentu akan memberikan “getaran” yang sama pada setiap lelaki (kecuali yang homrenk….!). Tak peduli lelaki itu sudah punya istri atau tidak, bahkan seandainya istrinya ada 4 dan lebih cantik pun kita orang yakin lelaki itu akan terangsang. Karena apa………?
Karena rangsangan birahi adalah kebutuhan naluriah/instingtif (gharizah) yang terdapat pada diri setiap manusia normal. Fakta membuktikan naluri ini akan aktif ketika ada rangsangan dari luar dirinya. Mustahil seorang laki-laki normal yang melihat tiang listrik di jalanan kemudian terangsang untuk bersenggama dengan perempuan, lain halnya ketika laki-laki menonton film porno, melihat majalah bugil, atau menatap wanita telanjang tentu rangsangan birahi pasti ada, bukan soal ngeresnya otak laki-laki yang lantas harus disalahkan, tetapi pikiran ngeres itu timbul karena memang adanya rangsangan dari luar. Oleh karena itu se-ngeres-ngeresnya pikiran laki-laki tak mungkin terangsang dengan tiang listrik. Apakah iya ketika lelaki normal melihat gadis perempuan seksi telanjang di kolam renang atau di pinggir pantai tidak terangsang….? (kita orang sih pasti terangsang…!) Jadi sangatlah beralasan untuk mengurangi efek pornografi maka harus dikurangi hal-hal yang dapat menimbulkan rangsangan birahi tersebut.
Dalih bahwa permasalahan bangsa misalnya masalah ekonomi jauh lebih penting dari sekedar masalah pornografi atau moral, dan harus diselesaikan dulu masalah ekonominya, ternyata fakta berkata lain. Negara yang sudah terbukti sebagai negara mapan secara ekonomi pun (misalnya AS) justru memiliki permasalahan moral dan pornografi yang kacau termasuk maraknya perkosaan atau pun free sex (lihat data di atas). Artinya masalah ekonomi memang penting tapi tidak menjadi alasan untuk kemudian meremehkan masalah moral dan tidak ada bukti bahwa mapannya perekonomian dengan sendirinya akan meningkatkan kualitas moral tanpa adanya suatu aturan main yang jelas dan sifatnya mengikat, (kecuali kita memang menempatkan moralitas ditempat rendah atau tong sampah…..).
Terkait dengan peran pemerintah dalam mengatur moralitas rakyatnya, tentu kita tidak bisa menganut sebuah teori –misalnya Teori Negara Penjaga Malam- dengan mengabaikan tujuan dan visi-misi negara itu. Bagaimana pun juga kita sudah tahu bahwa negara Indonesia bukanlah negara tanpa tujuan. Ada tujuan luhur yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan Dasar Negara Pancasila yang salah satunya yaitu mewujudkan masyarakat yang beradab. Lalu kalau tanggung jawab moral hanya dibebankan kepada pemuka agama atau pemimpin adat, lalu dimana peran negara dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini. Ya sudah kalau sekedar formalitas, kita buang saja Pembukaan UUD itu ke tong sampah. (…eh nggak ding…takut dipenjara…!). Padahal kita semua paham negaralah yang dengan perangkat hukumnya memiliki kekuatan strategis dalam merekayasa masyarakatnya. Jadi buat apa ada perangkat hukum kalau permasalahan yang ada di masyarakat diabaikan dan pemerintah lepas tangan. Kecuali kalau kita memang menempatkan moralitas ditempat rendah atau tong sampah, maka negara tidak usah ikut campur dan mari kita kampanyekan “Moralitas Selera Gue” ( bisa disingkat MSG….biar mudah dihapal bagi kita orang yang tertarik)
Satu hal yang perlu dicermati secara cerdas tentang RUU APP ini, yang sering menimbulkan adanya persepsi yang tidak cerdas bahkan bagi mahasiswa sekalipun (mungkin sebagai bukti cacat intelektualitas) yaitu persepsi picik “kacamata kuda” yang menjustifikasi RUU APP ini sebagai Islamisasi, Talibanisasi, Arabisasi, Wahabisasi dll. Padahal dalam soal pornografi dan pornoaksi Islam sudah memiliki batasan yang jelas : Perempuan hanya boleh menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya dan Laki-laki boleh menampakan seluruh tubuhnya kecuali bagian tubuh antara Pusar sampai lutut). Dus …..tidak perlu kompromi dan perdebatan kalau kita mengacu kepada ajaran Islam. Sedangkan dalam Draf RUU APP aturan Islam sama sekali tidak dilirik….kutu kupret…!Apalagi Taliban yang sudah diperkosa Amerika karena Pornopolitik Amerika yang tidak memiliki etika sebagai bukti bahwa ternyata Amerika pun yang katanya Arjuna Demokerasi malah menjadi Durjana Demokerasi….Membunuh Demokerasi dengan mengatas namakan demokerasi.
Oh iya, konon katanya banyak TKW Indonesia yang diperkosa di Arab Saudi padahal wanitanya berpakaian tertutup, kita orang jadi bingung : yang tertutup aja diperkosa apalagi yang terbuka…? Di apain ya…? Oh iya mungkin naluri/instink kejantanan orang arab beda apa ya….?
Kita orang akan mendukung Pornografi dan Pornoaksi dan akan menolak RUU APP kalau selama satu minggu ke depan : di BUSER, PATROLI, TIKAM, SERGAP dan TKP benar-benar bersih dari Berita Perkosaan, Pencabulan, Pelecehan atau Perselingkuhan.

Matur Nuhun nggih. Maaf kalo ada yang tersinggung, terganggu, tertabrak, dengan tulisan ini. Maklum lagi belajar nulis, konon katanya suka banyak yang salah. Sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang. Amin……………Salam kita orang. (21/05/06)

NB (Nambah) : Kayane Judule gak nyambung …..ya ?!
Untuk edisi blog, judul sudah diganti. Judul asli "Membasmi Pornografi dengan Pupuk Pornoaksi"
Biaz Community CP : 085232955602

MID NIGHT THOUGHT

Sejenak aku terkenang saat pertama masuk ke kampus. Aku bukan siapa2. Memang aku tahu; aku harus meneruskan apa yang telah kulakukan di SMU, namun aku tak tahu mengapa harus seperti itu. Mungkin itu dogma. Dogma yang benar. Dogma dari Alloh SWT, A LOT OF THANK'S FOR THAT GIVT

Tak pernah terbayang bahwa suatu saat nanti mungkin, aku harus memerankan diri sebagai seorang yang mengorbankan waktu, uang, perasaan, hoby, cita2, kecintaan bahkan nyawa sekalipun pada sesuatu yang AGUNGNYA tak pernah terbayangkan. Tak pernah terbersit bahwa, ada kemungkinan ketika aku harus memberikan segala yang kusuka, kucinta, kudambakan, kunanti, kujaga, kusayang, kucari, kulindungi, kuimpikan, kusimpan, kusembunyikan, kuhargai, kubanggakan ... pada sesuatu yang aku sendiri tak pernah bisa tahu seberapa MULYANYA.Tak pernah terbayangkan bahwa, ada yang harus lebih kuperjuangkan daripada sekedar menghemat jatah uang satu bulan. Tak pernah terpikir bahwa, ada yang sesuatu yang harus lebih kupikirkan daripada sekedar memperbagus penampilan di depan lawan jenis. Tak pernah aku mengira bahwa, ada sesuatu yang harus lebih kupertahankan daripada sekedar pujian teman, tetangga, dosen bahkan ortu. Tak pernah aku memperkirakan bahwa, ada yang harus lebih aku serukan daripada sekedar teriak "Hidup Mahasiswa !" atau "Gantung Koruptor kelas kakap !" Tak pernah aku meyakini bahwa, untuk memperjuangkan cita2 besar ternyata bisa dimulai dari pertanyaan kecil seperti "Eh, kamu sudah solat belum ?" atau membaca buku ringan macam "Mengapa Harus Pacaran ?". Tak pernah terbersit dalam hati aku akan punya keluarga yang mempunyai cita dan keyakinan yang sama sehingga tak akan pernah merasa nyaman ketika cita dan keyakinan itu belum diperjuangkan bersama-sama. Tak pernah aku berkeinginan menjadi orang yang bercita-cita untuk menjadi “terkorban”, padahal itu adalah cita2 para pejuang sejati.

Itulah Ridho Alloh, sebuah "pengakuan" yang menjadi muara setiap gerak, langkah dan nafas setiap yang hidup.

Itulah Kehidupan Islami, alam di mana Ridho Alloh melingkupi segala sesuatu sehingga keikhlasan ibarat samudra, Iman adalah bumi, amanah adalah hujan , kasih sayang dalam ukhuwah adalah langit, amalan soleh adalah manusia, memberi adalah sungai, syariat adalah gunung2 dan burung-burung yang terbang adalah nasehat.

Sejenak aku beranjak mendekati cermin dan kemudian lirih berkata, “Bantu, jaga dan awasi aku dalam perjuangan ini, ya Alloh.”

Renungan : Amanah


TAUSIYAH

Tiba-tiba saya jadi ingat akan kisah para sahabat Rosul. Siapa sahabat rosul adalah mereka yang selalu berusaha meneladani Rosululloh. Tak heran mereka tercatat dalam sejarah sebagai generasi Islam terbaik. Namun yang patut di catat adalah bahwa mereka adalah manusia biasa seperti kita. Mereka punya nafsu dan harapan. Sama seperti kita. mereka juga punya cita-cita dan fitrah kemanusian. Sama 100 % dengan kita saat ini. Begini kisahnya : “Diceritakan khalifah mencari calon qadi (hakim pengadilan Islam). Lalu dipanggillah dua orang ulama terbaik zaman itu untuk dicalonkan mengemban amanah berat itu. Ketika dua-duanya ditawari mereka tidak menolak. Kedua-duanya saling memuji bahwa ulama yang satunyalah yang paling pantas mengemban amanah itu.”

Subhanallah menolak amanah ketika kita mampu memikulnya adalah dosa besar. Sebab amanah yang dipegang oleh yang bukan ahlinya akan menimbulkan kedzaliman dan kerusakan besar.

Hanya saja ketika pilihan itu datang kita harus bijak menjawab. Lihat contah kisah di atas. Tak ada penolakan karena amanah yang dipercayakan harus ditunaikan. Yang ada adalah saling memuji. Tak ada pembelaan diri. Tak ada sikap merendahkan diri karena lari dari amanah ibarat prajurit yang lari dari peperangan. Yang ada adalah sebuah sikap tawadu’ dan penghargaan. Di satu sisi mereka takut memegang amanah di sisi lain mereka memberi solusi. Sebuah sikap sadar diri yang dibungkus keikhlasan.

Subhanallah. Di dalam Islam besarnya amanah bukanlah tanda kemulyaan seseorang, namun orang yang mampu menunaikan amanahnya dengan baik sangat dihargai. Dan sungguh amanah tidak boleh dicari, karena amanah hakekatnya meletakan satu kaki kita di neraka dan kaki yang lainnya di surga. Sungguh situasi yang sangat kritis dan berbahaya. Tak heran mengapa Al Qur’an menyebutkan bahwa manusia sungguh bodoh karena mau menerima amanah sebagai khalifah di bumi, padahal makhlukyang lain tak berani mengemban amanah itu.

Sahabat, seorang aktifis dakwah punya jenjang karier. Setiap aktifis dakwah punya arahan seberapa besar amanah yang akan ia emban. Namun perlu diingat amanah dlam dunia dakwah bukanlah tanda kemulyaan. Bila engkau diberi amanah berarti engkau adalah orang yang siap melakukan pengorbanan. Pengorbanan seperti apa ? Pengorbanan untuk dikorbankan ? Dengan diberi amanah berarti engkaulah yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh. Tak ada yang berani mengambil resiko ini. Karena tak ada yang berani maka mau tidak mau harus ada yang dikorbankan. Dan bila kau yang bersedia berarti kaulah yang akan dikorbankan. Dan bila engkau yang dikorbankan berarti mulai sekarang siap-siap mempertanggungjwabkan amanahmu dihadapan Alloh-tanpa dibantu seorang pun.

Belajar pada rumput yang bergoyang

Hendaknya kita belajar pada rumput dilapangan atau di depan kost atau di depan rumah kita. Apa yang bisa kita pelajari dari situ? Rumput tak pernah protes kenapa ia di injak-injak. Ia tidak pernah mengeluh tidak punya posisi dan jabatan yang tinggi, seperti bunga dan pohon yang begitu menonjol dan memberi banyak manfaat kepada manusia. Ia tidak berhasrat menjadi bunga agar dikagumi keindahan warna dan aromanya. Ia tidak berharap jadi pohon dimana setiap orang kepanasan akan berteduh di bawahnya. Rumput bahagia ia karena ia tahu perannya adalah memberikan keserasian dan kenyamanan. Itu saja. Ia tahu posisinya dimana. Ia tahu perannya apa. Dan tak ada kebahagian yang lebih besar selain bekerja sesuai peran dan posisinya, meskipun tempatnya di bawah dan di injak-injak.

Senin, 10 Agustus 2009

Afganistan Idol: Masa Depan Afganistan ?

Tak perlu kaget ada Singapore Idol, India Idol atau Philipines Idol. Tapi kalau ada "Afganistan Idol" tentu suatu yang unik. Negara tempat bin Laden berada memang unik. Beberapa tahun lalu negeri ini penuh kekacauan. Untuk memilih presiden saja butuh campur tangan Amerika dan PBB. Negara yang konon sebagai salah penghasil penghasil opium terbesar di dunia ini ternyata tergolong negeri dengan tradisi Islam yang kuat. Hal unik lain lagi adalah negeri miskin ini ternyata amat ditakuti negara kaya raya dan kuat yang jaraknya ribuan km, seperti Amerika dan Inggris.

Baru-baru ini di Afgnistan diselenggarakan "Afganistan Stars" adapatasi dari American idol. Sebuah ajang yang amat digemari anak-anak muda di sana. Tak heran dengan jumlah pemuda sebesar 60% dari seluruh populasi program seperti ini masuk rating teratas.

Di ajang ini juga ada peserta wanita bernama Elaha Sorur. Suatu pemandangan yang tak akan ditemui di masa perang ataupun ketika Taliban berkuasa.

Masa Depan Afganistan = Modal dan Hiburan ?

Tak terlalu sulit melihat apa saja yang akan digemari penduduk miskin di sana. Dengan pendapatan per kapita kurang dari 2 $ per (1 $ = -/+ Rp 10.000) hari, hiburan-hiburan murah macam TV dan radio akan laris manis dijual. Apa yang terjadi dengan Afgnistan mungkin akan mirip dengan Indonesia pasca Orla. Pasca kekacauan rakyat perlu hiburan untuk melupakan perang.

Ibarat negara Romawi yang sibuk perang, perlu sebuah 'pengalihan' agar rakyat tak kritis atas apa yang terjadi dengan tentara dan negaranya. Maka Romawi mengadakan pertarungan Gladiator. Dalam konteks Afganistan 'Gladiator' itu adalah TV, penyanyi-penyanyi dan musik-musik. Sayangnya, dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak akan ada hiburan yang khas Afgnistan, yang akan muncul adalah hiburan ala barat. Karena dari sanalah para pemegang keputusan dan kebijakan bisnis maupun politik baru saja pulang setelah melarikan diri dari situasi chaos di negerinya sendiri.

Minggu, 09 Agustus 2009

Benarkah Noordin Top Telah Tewas?

Sebenarnya pertanyaan yang lebih menggelitik adalah benarkah ada sosok yang bernama Noordin m. Top ?
Ya, seperti dr. Azahari tidak ada bukti jelas tentang siapa sebenarnya dia. Kematian menggulung semua misteri ke dalam alam lain yang entah bagaimana kita bisa melihatnya. Kematian Dr. Azahari, Amrozi cs dan sekarang (katanya) Noordin M Top membawa pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang jaringan mereka ke alam kubur. Sampai sekarang kita tak pernah tahu bagaimana mereka semua mendapatkan uang untuk aksi mereka itu. Kalaupun mereka mendapatkan lewat jalur 'panas'-merampok misalnya- polisi terlalu pintar menangkap perampok, pencuri dan sejenisnya. Baru-baru ini saja, perampokan uang Bank BNI sebesar Rp 18 M bisa di pecahkan. Kalau Amrozi cs atau Noordin Top cs merampok pasti sudah dari dulu ketangkep. Kalau uangnya di transfer dari luar negeri, malah lebih gampang bagi polisi untuk melacaknya. Apalagi-kata seorang staf Kedutaan Arab Saudi yang kebetulan pernah jadi Uztad saya- dana-dana bantuan dari Timur Tengah pasca 9/11 sulit masuk ke secara elektronik, sehingga tren pengiriman uang pasca 9/11 adalah dibawa cash. Kalaupun Noordin cs dikirimin cash tentu mudah diendus polisi. Ga, mungkin kan bawa uang kertas Jutaan tanpa menimbulkan kejanggalan.
Yang membuat kejanggalan semakin besar adalah prosesi penyergapan Temanggung kemarin. Untuk lebih memudahkannya saya simpulkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut :

  • Ngapain Densus 88 berteriak 'Siapa di dalam?' hanya sekadar untuk tahu siapa di dalam - padahal situasi saat itu dikesankan berbahaya dan menegangkan ?
  • Kalau mereka (densus 88) bisa tahu ada teroris tinggal di situ - di sebuah desa yang notabene jauh, terpencil dan telah menangkap pemilik rumah dan keluarganya, urgensi apakah gerangan yang membuat densus menanyakan "siapa di dalam?" ?
  • Penyergapan kemarin tidak bisa dianggap terencana dan efektif karena hasilnya adalah kematian - padahal densus tak tahu siapa di dalam. Buktinya sang petugas menanyakan "siapa di dalam?'

090809

Sabtu, 08 Agustus 2009

SEPERTI IKAN DI LAUT atau HANCUR LEBUR…?

Saya sangat terkesan sekali ketika mendengar sebuah ungkapan…”Jadilah seperti Ikan di laut, walaupun air disekelilingnya asin tapi daging Ikan itu tidak ikut menjadi asin (kecuali ikan laut yang sudah dijemur dan diberi garam, yang kemudian kita kenal dengan nama “Ikan Asin” – salah satu menu favorite saya karena bisa menjadi sumber yodium). Kalau kita renungkan sejenak dengan mengkondisikan hati kita untuk menangkap sebuah makna dari ungkapan ini, kita akan menyelami sebuah lautan pesan yang di dalamnya terkandung sebuah hikmah : (bahasa gampangnya) ketika kondisi di lingkungan kita “tidak kondusif” maka kita harus berusaha untuk “tetap kondusif” minimal stabil – itu yang terbaik.

Tapi disisi lain “alam sekitar” konon bisa lebih kejam daripada ibu tiri (tapi tak sedikit juga ibu tiri yang hadir bagai “bidadari” terindah yang membawa lembar-lembar kasih sayang). Alam bisa saja membuat kita hancur lebur ketika kita memang tak sanggup untuk kokoh berdiri. Pertanyaannya : ketika panggilan “alam sekitar” telah bersahut-sahutan, menanti “kehadiran” kita untuk memenuhi undangannya, apa yang kemudian akan kita pilih – menjadi “seperti ikan di laut atau hancur lebur”……?

Memang pilihan itu bukan seperti pilihan dalam soal ujian, - yang ketika soal yang kita jawab keliru, maka nilai jelek adalah hasilnya dan mengulang adalah konsekuensinya – tidak juga seperti pilihan dalam Quiz untuk menjadi seorang Milyarder – yang ketika pilihannya keliru bisa jadi hasil yang telah didapat hilang semua. Tidak. Tidak sesederhana itu, ini memiliki konsekuensi yang sangat urgen, bukan hanya konsekuensi pribadi, tapi konsekuensi yang akan melibatkan puluhan “hati” manusia beserta prasangkanya (yang ketika prasangka itu buruk adalah ladang dosa) dan juga nasib “tunas-tunas” baru yang nanti akan tumbuh.

Sebuah pilihan yang tidak bisa diputuskan hanya dengan menghitung kancing. Tapi sebuah keputusan yang harus dipertimbangkan dengan akal sehat dan hati yang jernih plus emosi yang stabil (karena kalo emosi lagi “kena gempa” kabut-kabut hitam akan menyelimuti cahaya terang dari sebuah keputusan yang benar). Juga bukan sebuah pilihan yang harus diambil hanya dengan modal nekad, asal-asalan, mati konyol dan sejenisnya, tapi pilihan itu adalah awal dari sebuah “perjalanan”, perjalanan yang penuh rintangan Dalam “perjalanan” itu yang sangat dibutuhkan adalah bekal yang cukup dan energi yang memadai. Bekal yang nantinya akan membantu kita untuk tetap kuat bertahan. Juga dibutuhkan seseorang untuk menjadi teman (kalo ada). Tentu bukan teman “palsu” yang hanya bisa tertawa ketika datang bahagia, tapi tidak bisa menangis ketika duka melanda (bukan pula air mata buaya, kalo buaya lagi sedih). Tapi Teman Sejati yang mampu mendengar bait-bait syair lagu hati kita dan dia mampu menyanyikannya kembali ketika kita sedang lupa. Teman sejati yang mampu menjelaskan kemana arah garis yang lurus dan dia sendiri tidak mengabaikan garis itu.

Juga satu hal yang tak kalah pentingnya dalam “perjalanan” itu adalah bagaimana saluran komunikasi yang tak pernah putus. Ibarat sebuah pesawat laur angkasa, ketika hilang kontak dengan pangkalan tempat dia lepas landas, maka saat itulah waktu yang tepat untuk “nyasar’ kemana-mana (dan salah satu “nyasar” yang paling menyiksa adalah ketika tak mampu menyadari dimana posisi diri yang sebenarnya bahkan kesulitan untuk membaca ”arah angin” sekalipun – kata kakek saya ini namanya Linglung). Tanpa semua itu,….”perjalanan” tersebut hanya akan menjadi perjalanan yang melelahkan tanpa pernah menemui ujung yang dicita-citakan

Untuk yang terakhir kalinya, pertanyaan di awal tadi mungkin perlu ditulis ulang: ketika panggilan “alam sekitar” telah bersahut-sahutan, menanti “kehadiran” kita untuk memenuhi undangannya, apa yang kemudian akan kita pilih – menjadi “seperti ikan di laut atau hancur lebur”……? Padahal, sadar atau tidak sadar, “rahim ibunda” tempat kita dibesarkan telah memberi warna dalam pigmen kulit kita. Dan orang lain tak akan melihat daging atau tulang kita, tapi mereka akan melihat lapisan terluar dari kulit kita yang mampu di tangkap oleh indera penglihatan mereka. Maka ketika kulit itu telah berubah warna atau terkoyak-tergores luka, maka “ibunda”lah yang akan turut merasakan rintihan kesakitan, bahkan rasa malu sekalipun.

Sayangnya pertanyaan itu tidak layak dijawab dengan kata-kata dari mulut (karena kadang mulut terlalu banyak melahap makanan sehingga suaranya kadang terdengar sumbang) tidak pula dijawab dengan tulisan seperti tulisan ini (karena kadang kata-kata dalam tulisan hanya dibangun dari rangkaian huruf yang kadang-kadang memanipulasi ide-ide busuk menjadi sebuah karya yang indah). Pertanyaan ini juga tak layak dijawab kalo hanya sekedar ingin diperdengarkan kepada orang lain.

Pertanyaan ini harus dijawab dengan jawaban yang kita bisa mendengarnya ketika orang lain tidak mampu mendengarnya, kita mampu melihatnya ketika orang lain tak tahu keberadaannya, dan jawaban yang mampu berhembus ke dalam sumsum tulang belakang kita hingga kita mampu berdiri tegar menapaki liku-liku jalan setapak di “alam sekitar” untuk menuju ke sebuah titik yang telah kita tetapkan dan telah kita ulang ikrarkan dalam 5 kali sehari minimal.

Haruskan saya, kamu, engkau, anda, kami, bahkan kita, mencari jawaban itu sendirian?

(mengiringi sebuah malam yang semakin larut, ketika tetes-tetes karunia sedang dikucurkan dari langit…dihadapan sebuah “alat canggih dengan teknologi pas-pasan” Sabtu, 09.00 PM 25/06/’05 bukan sekedar menghabiskan detakan detik waktu yang terus berlalu) . [MED]


*Sang Penulis adalah sahabat baik saya.

Jumat, 07 Agustus 2009

Ramadhan dan Cermin

Insya Allah, Ramadhan ini akan lebih bermakna, kata Santo. Seorang kawan, yang masih berstatus mualaf. Dengan rendah hati dia selalu mengaku sebagai mualaf. “Penyerehan diri” yang ia lakukan memang baru berumur dua tahun, namun semangat segala amal aktifitasnya telah melebihi mereka yang terlahir muslim.
Aku hanya berusaha agar Ramadhan ini tidak lebih buruk dari kemarin, kata Ari, seorang sahabat yang ternyata begitu banyak menyimpan kesulitan namun selalu terpancar kegembiraan di wajahnya. Ah, ingin rasanya Ari ini aku temukan dengan Santo yang begitu bersemangat beribadah di bulan ini. Dengan bertemunya mereka semoga ada hati kecil yang berubah, ada pucuk semangat yang segera tumbuh dan semoga juga ada kehangatan ukhuwah yang muncul- yang selama ini begitu sulit aku temukan.
Tak pernah aku temukan Ramadhan seperti ini, begitu menyenangkan dan aku merasa begitu dekat dengan Alloh SWT, kata Iwan seorang mahasiswa yang untuk pertama kalinya mengecap Ramadhan bersama-sama aktifis kerohanian kampus. Aku kemudian berharap dalam hati kecil ini agar ini menjadi awal perubahan besar dalam dirinya. Karena aku yakin ini adalah bulan dimana akan turun ‘mukjizat’ karena dahulu Al Qur’an pun diturunkan pada bulan ini. Kabulkan ya Alloh . . . !
Ada tiga orang yang kutulis di sini, tapi pasti ada pribadi-pribadi lain di luar sana yang punya kisah dan cerita yang sarat makna dan pelajaran bagi kita semua. Namun, mereka hanyalah cermin yang sebetulnya pada bulan lain pun mereka hadir di depan kita. Hanya pada bulan ini cermin-cermin itu begitu jelas kita lihat, karena Insya Alloh mata-mata hati kita telah terbasuh dengan nikmatnya puasa.
Tapi jangan tertipu dengan cermin-cermin itu. Ingat ! Cermin adalah alat untuk melihat diri. Jangan sampai pandangan kita hanya tertumpu pada cermin, kembalikanlah pandangan itu pada diri kita. Sering kita melihat orang lain namun penglihatan itu tak kembali kepada diri kita sendiri. Begitu banyak cermin dan pelajaran dari orang lain yang kita ambil di bulan ini, namun apa pengaruhnya bagi kita ?
Kesalehan dan ketaatan memang bukan hanya untuk diri sendiri, namun harus ada waktu di mana kita diam, berhenti dan mencoba merasakan apa yang telah kita kerjakan selama ini.
Semoga Ramadhan kita bermakna.
05102006-oldversion

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons