Jumat, 07 Agustus 2009

Ramadhan dan Cermin

Insya Allah, Ramadhan ini akan lebih bermakna, kata Santo. Seorang kawan, yang masih berstatus mualaf. Dengan rendah hati dia selalu mengaku sebagai mualaf. “Penyerehan diri” yang ia lakukan memang baru berumur dua tahun, namun semangat segala amal aktifitasnya telah melebihi mereka yang terlahir muslim.
Aku hanya berusaha agar Ramadhan ini tidak lebih buruk dari kemarin, kata Ari, seorang sahabat yang ternyata begitu banyak menyimpan kesulitan namun selalu terpancar kegembiraan di wajahnya. Ah, ingin rasanya Ari ini aku temukan dengan Santo yang begitu bersemangat beribadah di bulan ini. Dengan bertemunya mereka semoga ada hati kecil yang berubah, ada pucuk semangat yang segera tumbuh dan semoga juga ada kehangatan ukhuwah yang muncul- yang selama ini begitu sulit aku temukan.
Tak pernah aku temukan Ramadhan seperti ini, begitu menyenangkan dan aku merasa begitu dekat dengan Alloh SWT, kata Iwan seorang mahasiswa yang untuk pertama kalinya mengecap Ramadhan bersama-sama aktifis kerohanian kampus. Aku kemudian berharap dalam hati kecil ini agar ini menjadi awal perubahan besar dalam dirinya. Karena aku yakin ini adalah bulan dimana akan turun ‘mukjizat’ karena dahulu Al Qur’an pun diturunkan pada bulan ini. Kabulkan ya Alloh . . . !
Ada tiga orang yang kutulis di sini, tapi pasti ada pribadi-pribadi lain di luar sana yang punya kisah dan cerita yang sarat makna dan pelajaran bagi kita semua. Namun, mereka hanyalah cermin yang sebetulnya pada bulan lain pun mereka hadir di depan kita. Hanya pada bulan ini cermin-cermin itu begitu jelas kita lihat, karena Insya Alloh mata-mata hati kita telah terbasuh dengan nikmatnya puasa.
Tapi jangan tertipu dengan cermin-cermin itu. Ingat ! Cermin adalah alat untuk melihat diri. Jangan sampai pandangan kita hanya tertumpu pada cermin, kembalikanlah pandangan itu pada diri kita. Sering kita melihat orang lain namun penglihatan itu tak kembali kepada diri kita sendiri. Begitu banyak cermin dan pelajaran dari orang lain yang kita ambil di bulan ini, namun apa pengaruhnya bagi kita ?
Kesalehan dan ketaatan memang bukan hanya untuk diri sendiri, namun harus ada waktu di mana kita diam, berhenti dan mencoba merasakan apa yang telah kita kerjakan selama ini.
Semoga Ramadhan kita bermakna.
05102006-oldversion

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons