Tiba-tiba saya jadi ingat akan kisah para sahabat Rosul. Siapa sahabat rosul adalah mereka yang selalu berusaha meneladani Rosululloh. Tak heran mereka tercatat dalam sejarah sebagai generasi Islam terbaik. Namun yang patut di catat adalah bahwa mereka adalah manusia biasa seperti kita. Mereka punya nafsu dan harapan. Sama seperti kita. mereka juga punya cita-cita dan fitrah kemanusian. Sama 100 % dengan kita saat ini. Begini kisahnya : “Diceritakan khalifah mencari calon qadi (hakim pengadilan Islam). Lalu dipanggillah dua orang ulama terbaik zaman itu untuk dicalonkan mengemban amanah berat itu. Ketika dua-duanya ditawari mereka tidak menolak. Kedua-duanya saling memuji bahwa ulama yang satunyalah yang paling pantas mengemban amanah itu.”
Subhanallah menolak amanah ketika kita mampu memikulnya adalah dosa besar. Sebab amanah yang dipegang oleh yang bukan ahlinya akan menimbulkan kedzaliman dan kerusakan besar.
Hanya saja ketika pilihan itu datang kita harus bijak menjawab. Lihat contah kisah di atas. Tak ada penolakan karena amanah yang dipercayakan harus ditunaikan. Yang ada adalah saling memuji. Tak ada pembelaan diri. Tak ada sikap merendahkan diri karena lari dari amanah ibarat prajurit yang lari dari peperangan. Yang ada adalah sebuah sikap tawadu’ dan penghargaan. Di satu sisi mereka takut memegang amanah di sisi lain mereka memberi solusi. Sebuah sikap sadar diri yang dibungkus keikhlasan.
Subhanallah. Di dalam Islam besarnya amanah bukanlah tanda kemulyaan seseorang, namun orang yang mampu menunaikan amanahnya dengan baik sangat dihargai. Dan sungguh amanah tidak boleh dicari, karena amanah hakekatnya meletakan satu kaki kita di neraka dan kaki yang lainnya di surga. Sungguh situasi yang sangat kritis dan berbahaya. Tak heran mengapa Al Qur’an menyebutkan bahwa manusia sungguh bodoh karena mau menerima amanah sebagai khalifah di bumi, padahal makhlukyang lain tak berani mengemban amanah itu.
Sahabat, seorang aktifis dakwah punya jenjang karier. Setiap aktifis dakwah punya arahan seberapa besar amanah yang akan ia emban. Namun perlu diingat amanah dlam dunia dakwah bukanlah tanda kemulyaan. Bila engkau diberi amanah berarti engkau adalah orang yang siap melakukan pengorbanan. Pengorbanan seperti apa ? Pengorbanan untuk dikorbankan ? Dengan diberi amanah berarti engkaulah yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh. Tak ada yang berani mengambil resiko ini. Karena tak ada yang berani maka mau tidak mau harus ada yang dikorbankan. Dan bila kau yang bersedia berarti kaulah yang akan dikorbankan. Dan bila engkau yang dikorbankan berarti mulai sekarang siap-siap mempertanggungjwabkan amanahmu dihadapan Alloh-tanpa dibantu seorang pun.
Belajar pada rumput yang bergoyang
Hendaknya kita belajar pada rumput dilapangan atau di depan kost atau di depan rumah kita. Apa yang bisa kita pelajari dari situ? Rumput tak pernah protes kenapa ia di injak-injak. Ia tidak pernah mengeluh tidak punya posisi dan jabatan yang tinggi, seperti bunga dan pohon yang begitu menonjol dan memberi banyak manfaat kepada manusia. Ia tidak berhasrat menjadi bunga agar dikagumi keindahan warna dan aromanya. Ia tidak berharap jadi pohon dimana setiap orang kepanasan akan berteduh di bawahnya. Rumput bahagia ia karena ia tahu perannya adalah memberikan keserasian dan kenyamanan. Itu saja. Ia tahu posisinya dimana. Ia tahu perannya apa. Dan tak ada kebahagian yang lebih besar selain bekerja sesuai peran dan posisinya, meskipun tempatnya di bawah dan di injak-injak.
0 comments:
Posting Komentar