Sabtu, 29 Agustus 2009

Profil Kehidupan Nicolo Machiavelli: Pangeran Kekuasaan

Nicolo Machiavelli bisa disebut sebagai “The Child of Renaisans” (anak zaman Renaisans). Ia dilahirkan di Italia, tepatnya di kota Florence pada tahun 1467. Ayah Machiavelli adalah seorang ahli hokum bernama Bernardo Machiavelli. Bernardo adalah seorang pengagum sejarah masa-masa klasik Yunani dan Romawi. Tak heran Bernardo akrab dengan karya-karya klasik Cicero seperti Phillipus, On Moral Obligation dan The Making of an Orator, serta membaca History karya Livius. Di kemudian hari karya Livius ini menjadi kerangka dasar pemikiran dan argumentasi karya monumental Machiavelli, The Prince.
Pada umur 6 tahun Machiavelli telah mulai belajar bahasa latin. Machiavelli pada umur 12 tahun, belajar ilmu-ilmu kemanusian kepada Paulo Ronsiglione. Di bawah bimbingan Ronsiglione inilah pada umur 14 tahun Machiavelli sudah mampu menulis karangan dalam bahasa latin menggunakan metode humanis standar meniru gaya-gaya penulisan klasik.
Menjelang dewasa Machiavelli kuliah di Universitas Florence. Di sana ia mempelajari karya-karya klasik kepada Marcelo Adriani. Di kemudian hari hubungan baik antara Machiavelli, ayahnya dan Adriani menjadi factor penting naiknya Machiavelli memangku jabatan sekretaris di negaranya.
Pada usia 25 tahun Machiavelli menjadi saksi hidup perjuangan seorang politikus moralis, Girolamo Savonarola. Sosok Savonarola dipandang sebagai sosok yang alim, memiliki reputasi dan otoritas cemerlang serta menguasai berbagai disiplin ilmu, khususnya filsafat. Sosoknya yang kharismatis memukau Machiavelli muda. Sayang, ketegaran dan fanatisme politik Savonarola mengahadapi penguasa tiran Italia menemui kegagalan. Dan Machiavelli menjadi saksi hidup peristiwa itu. Termasuk peristiwa penangkapan, penyiksaan dan eksekusi - dengan dibakar inkuisisi gereja atas perintah Paus Alexander VI atas tuduhan hendak mendirikan Negara teokratik demokratik mengkritik kehidupan mewah dan korup Cosimo de Medici serta dianggap menyebarkan ajaran sesat. Peristiwa ini mempengaruhi Machiavelli dan menyadarkannya bahwa mereka yang bersenjata akan dapat menaklukan mereka yang tidak bersenjata.

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons