Kritik Politik Minggu Ini
Pada masa Orde Baru, Tommy memang aktif di Golkar. Tetapi, track record-nya tak terdengar. Posisi apa yang dia miliki tak banyak yang tahu. Ia kalah populer dibanding kakak tertuanya – Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut. Lagi-lagi – saat itu ia lebih populer sebagai pembalap.
Golkar saya pandang partai yang amat dinamis dan paling... progresif menghadapi perubahan. Masih jelas bagaimana image Golkar pasca runtuhnya Soeharto. Saat itu, image status quo begitu terasa. Ibarat seorang anak, ia masih di bawah bayang-bayang orang tua. Namun, sedikit demi sedikit para decision maker di tubuh partai beringin ini menyesuaikan diri. Mereka lebih terbuka terhadap perubahan dan mulai menerapkan kultur baru dalam dunia politik Indonesia. Itu bisa dilihat dari diadakannya Konvensi Partai Golkar pada tahun 2004 yang memunculkan nama Wiranto. Tradisi konvensi ini benar-benar baru dan di Indonesia Partai Golkar menjadi pionirnya.
Keterbukaan dan pragmatisme – mau berubah sesuai kebutuhan, ini bak gula yang mengundang semut berdatangan. Tercatat Surya Paloh, Aburizal Bakrie Jusuf Kalla hingga Yudi Krisnandi ‘menyemut’ di partai ini. Langkah konkret dan praktis yang mengundang banyak ‘semut’ ini bisa jadi karena pengalaman punggawa-punggawa Golkar yang pintar bermanuver demi kepentingan partai di masa Orde Baru. Rupanya, ilmu mereka masih dipakai hingga sekarang.
Kembali ke Tommy. Di luar masalah AD/ART dan tetek bengek lainnya yang –katanya, bisa mengganjal Tommy karena sudah 5 tahun vakum dari kepengurusan, langkah Tommy terbilang berani. Bagi saya Tommy terlalu berani, karena belakangan ini Tommy lebih dikenal sebagai selebriti. Dan seperti selebriti lainnya yang saat ini masuk DPR – baca dunia politik, mereka bukan politikus. Atau paling tidak belum menjadi politikus. Tommy belum layak dan mampu menjadi decision maker. Ia masih menjadi decision maker bagi dirinya sendiri. Ketika langkah hari ini konsisten ia pertahankan dan tidak ‘hangat-hangat tahi ayam’, ia bisa berhasil. Tentu saja bukan tahun ini.
Pertanyaannya, maukah Tommy melangkah dari bawah lagi ? Maukah ia meninggalkan ‘jalan tol’ khas masa orde baru – begitu muncul langsung punya posisi ?
----------------------
Pameo bahwa aktifitas politik adalah mengemban amanat rakyat dan demi kepentingan rakyat, lama-lama terdengar mirip dongeng sebelum tidur. Fiktif tetapi orang (berlagak) mempercayainya dan terlelap dibuatnya. Jika, fakta-fakta politik dijejerkan satu per satu, masa politik benar-benar untuk rakyat saya kira masih harus kita tunggu. Mungkin cukup lama.Lebih baik mari kita tidur saja dan tak usahlah ditemani dongeng pengantar tidur.
Bagaimana menurut Anda ?
Purwokerto, 20 Agustus 2009
0 comments:
Posting Komentar