Tak perlu kaget ada Singapore Idol, India Idol atau Philipines Idol. Tapi kalau ada "Afganistan Idol" tentu suatu yang unik. Negara tempat bin Laden berada memang unik. Beberapa tahun lalu negeri ini penuh kekacauan. Untuk memilih presiden saja butuh campur tangan Amerika dan PBB. Negara yang konon sebagai salah penghasil penghasil opium terbesar di dunia ini ternyata tergolong negeri dengan tradisi Islam yang kuat. Hal unik lain lagi adalah negeri miskin ini ternyata amat ditakuti negara kaya raya dan kuat yang jaraknya ribuan km, seperti Amerika dan Inggris.
Baru-baru ini di Afgnistan diselenggarakan "Afganistan Stars" adapatasi dari American idol. Sebuah ajang yang amat digemari anak-anak muda di sana. Tak heran dengan jumlah pemuda sebesar 60% dari seluruh populasi program seperti ini masuk rating teratas.
Di ajang ini juga ada peserta wanita bernama Elaha Sorur. Suatu pemandangan yang tak akan ditemui di masa perang ataupun ketika Taliban berkuasa.
Masa Depan Afganistan = Modal dan Hiburan ?
Tak terlalu sulit melihat apa saja yang akan digemari penduduk miskin di sana. Dengan pendapatan per kapita kurang dari 2 $ per (1 $ = -/+ Rp 10.000) hari, hiburan-hiburan murah macam TV dan radio akan laris manis dijual. Apa yang terjadi dengan Afgnistan mungkin akan mirip dengan Indonesia pasca Orla. Pasca kekacauan rakyat perlu hiburan untuk melupakan perang.
Ibarat negara Romawi yang sibuk perang, perlu sebuah 'pengalihan' agar rakyat tak kritis atas apa yang terjadi dengan tentara dan negaranya. Maka Romawi mengadakan pertarungan Gladiator. Dalam konteks Afganistan 'Gladiator' itu adalah TV, penyanyi-penyanyi dan musik-musik. Sayangnya, dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak akan ada hiburan yang khas Afgnistan, yang akan muncul adalah hiburan ala barat. Karena dari sanalah para pemegang keputusan dan kebijakan bisnis maupun politik baru saja pulang setelah melarikan diri dari situasi chaos di negerinya sendiri.
Baru-baru ini di Afgnistan diselenggarakan "Afganistan Stars" adapatasi dari American idol. Sebuah ajang yang amat digemari anak-anak muda di sana. Tak heran dengan jumlah pemuda sebesar 60% dari seluruh populasi program seperti ini masuk rating teratas.
Di ajang ini juga ada peserta wanita bernama Elaha Sorur. Suatu pemandangan yang tak akan ditemui di masa perang ataupun ketika Taliban berkuasa.
Masa Depan Afganistan = Modal dan Hiburan ?
Tak terlalu sulit melihat apa saja yang akan digemari penduduk miskin di sana. Dengan pendapatan per kapita kurang dari 2 $ per (1 $ = -/+ Rp 10.000) hari, hiburan-hiburan murah macam TV dan radio akan laris manis dijual. Apa yang terjadi dengan Afgnistan mungkin akan mirip dengan Indonesia pasca Orla. Pasca kekacauan rakyat perlu hiburan untuk melupakan perang.
Ibarat negara Romawi yang sibuk perang, perlu sebuah 'pengalihan' agar rakyat tak kritis atas apa yang terjadi dengan tentara dan negaranya. Maka Romawi mengadakan pertarungan Gladiator. Dalam konteks Afganistan 'Gladiator' itu adalah TV, penyanyi-penyanyi dan musik-musik. Sayangnya, dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak akan ada hiburan yang khas Afgnistan, yang akan muncul adalah hiburan ala barat. Karena dari sanalah para pemegang keputusan dan kebijakan bisnis maupun politik baru saja pulang setelah melarikan diri dari situasi chaos di negerinya sendiri.
0 comments:
Posting Komentar