Menurut mantan Direktur Bakin, AC Manulang, AS sudah mempersiapkan SBY jauh hari untuk jadi presiden. AS bahkan mengrim 60 ribu Intelijen CIA ke Indonesia Hidayatullah.com--Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), AC Manulang mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah jauh-jauh hari menyiapkan calon presiden (capres) dari militer untuk menjadi presiden. Termasuk Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Karena itu, pemilihan presiden secara langsung yang untuk kali pertama digelar di Indonesia, tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS). Melalui agen intelijennya, CIA, AS ingin agar presiden Indonesia mendatang berasal dari purnawirawan militer. Demikian analisa yang disampaikan pengamat intelijen, AC Manullang.
Menurut mantan Direktur Bakin ini, capres berlatar militer dianggap mampu menjalankan grand strategy global AS, yaitu memberantas terorisme. "Sipil dianggap tidak mampu menindak tegas kelompok Islam radikal, yang oleh Amerika disebut sebagai geng teroris di Indonesia," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Manullang menambahkan, pada pemilu presiden putaran pertama lalu, CIA dihadapkan pada dua pilihan yang imbang, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya dianggap memahami grand strategy global AS tersebut. Namun belakangan, sebelum masa pencoblosan 5 Juli lalu, Wiranto lebih cenderung mendekati kelompok Islam garis keras. Karena itu, akhirnya CIA mendukung SBY.
"Kenapa Wiranto nggak didukung CIA? Dia itu dekat dengan kelompok Islam, yang oleh Amerika dicap sebagai separatis. Kita lihat hasil pemilu di Pesantren Al-Zaytun, lalu hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang beberapa pekan sebelum pemilu presiden. Jelas sekali, mereka menolak SBY dan mendukung Wiranto. Ini semua dilaporkan anggota CIA ke CIA Pusat di Amerika. Lalu pimpinan CIA menginstruksikan agar Wiranto jangan didukung," ujarnya.
Dengan demikian, tambah Manullang, siapa yang harus didukung CIA sudah jelas, karena tinggal satu calon. Megawati tidak mungkin, karena dianggap telah gagal menjalankan misi CIA. Amien Rais pasti tidak akan didukung CIA, karena dianggap salah satu pimpinan Islam garis keras. Sedang Hamzah Haz, tak pernah masuk pilihan karena pasti tidak akan menang. "Jadi Amerika itu sudah mempersiapkan SBY sejak jauh-jauh hari untuk jadi presiden," katanya.
Ditanya apakah dukungan CIA itu diketahui SBY atau Jusuf Kalla, Manullang mengatakan, CIA tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Namun, lanjut dia, siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung. "Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia," kata Manullang.
Doktor sosiologi politik lulusan Universitas Mainz Jerman ini yakin, sebenarnya siapapun yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu di Indonesia.
Alasan dia, kerja AS sangat profesional. Untuk menjalankan misinya di Indonesia, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif lalu. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. "Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut Manullang menilai, siapapun capres yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu presiden putaran kedua. "Siapa yang akan jadi presiden Indonesia ke depan, sebenarnya namanya sudah ada di tangan Amerika. Kan mereka yang men-setting. Bahkan bukan hanya Indonesia, CIA juga berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia," ujarnya.
Setelah itu, masih menurut Manullang, presiden yang didukung CIA akan dikendalikan oleh AS. Jika sesudah terpilih mengkhianati AS, mereka tak segan-segan menembak mati bahkan menghancurkan negaranya. "Lihat Usamah bin Ladin atau Saddam Hussein. Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia, Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Usamah kerja sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi presiden, juga karena dukungan Amerika," ujarnya.
Karena itu, tegas Manullang, siapapun yang jadi presiden mendatang, rakyat harus bersatu mendukungnya. "Sebab, hanya persatuan dan kesatuan rakyat yang mampu membendung misi Amerika di Indonesia. Jangan sampai Indonesia di-Iraq-kan," ujarnya memberi pesan.
Indikasi dukungan AS terhadap salah satu capres, sebenarnya sejak beberapa waktu lalu sudah muncul ke permukaan. Amien Rais dalam wawancaranya dengan majalah Gatra, mengatakan kekalahan dirinya dalam pilpres putaran pertama antara lain karena yang dihadapi adalah kekuatan raksasa. Ketua Umum PAN itu mengaku memperoleh banyak informasi otentik bahwa AS membekingi salah satu capres. "Mereka sudah menjalin kerja sama cukup matang. Saya menyadari bahwa yang saya hadapi tidak main-main," kata Amien. (Suara Karya/cha)
Karena itu, pemilihan presiden secara langsung yang untuk kali pertama digelar di Indonesia, tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS). Melalui agen intelijennya, CIA, AS ingin agar presiden Indonesia mendatang berasal dari purnawirawan militer. Demikian analisa yang disampaikan pengamat intelijen, AC Manullang.
Menurut mantan Direktur Bakin ini, capres berlatar militer dianggap mampu menjalankan grand strategy global AS, yaitu memberantas terorisme. "Sipil dianggap tidak mampu menindak tegas kelompok Islam radikal, yang oleh Amerika disebut sebagai geng teroris di Indonesia," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Manullang menambahkan, pada pemilu presiden putaran pertama lalu, CIA dihadapkan pada dua pilihan yang imbang, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya dianggap memahami grand strategy global AS tersebut. Namun belakangan, sebelum masa pencoblosan 5 Juli lalu, Wiranto lebih cenderung mendekati kelompok Islam garis keras. Karena itu, akhirnya CIA mendukung SBY.
"Kenapa Wiranto nggak didukung CIA? Dia itu dekat dengan kelompok Islam, yang oleh Amerika dicap sebagai separatis. Kita lihat hasil pemilu di Pesantren Al-Zaytun, lalu hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang beberapa pekan sebelum pemilu presiden. Jelas sekali, mereka menolak SBY dan mendukung Wiranto. Ini semua dilaporkan anggota CIA ke CIA Pusat di Amerika. Lalu pimpinan CIA menginstruksikan agar Wiranto jangan didukung," ujarnya.
Dengan demikian, tambah Manullang, siapa yang harus didukung CIA sudah jelas, karena tinggal satu calon. Megawati tidak mungkin, karena dianggap telah gagal menjalankan misi CIA. Amien Rais pasti tidak akan didukung CIA, karena dianggap salah satu pimpinan Islam garis keras. Sedang Hamzah Haz, tak pernah masuk pilihan karena pasti tidak akan menang. "Jadi Amerika itu sudah mempersiapkan SBY sejak jauh-jauh hari untuk jadi presiden," katanya.
Ditanya apakah dukungan CIA itu diketahui SBY atau Jusuf Kalla, Manullang mengatakan, CIA tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Namun, lanjut dia, siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung. "Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia," kata Manullang.
Doktor sosiologi politik lulusan Universitas Mainz Jerman ini yakin, sebenarnya siapapun yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu di Indonesia.
Alasan dia, kerja AS sangat profesional. Untuk menjalankan misinya di Indonesia, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif lalu. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. "Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut Manullang menilai, siapapun capres yang didukung CIA pasti akan memenangkan pemilu presiden putaran kedua. "Siapa yang akan jadi presiden Indonesia ke depan, sebenarnya namanya sudah ada di tangan Amerika. Kan mereka yang men-setting. Bahkan bukan hanya Indonesia, CIA juga berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia," ujarnya.
Setelah itu, masih menurut Manullang, presiden yang didukung CIA akan dikendalikan oleh AS. Jika sesudah terpilih mengkhianati AS, mereka tak segan-segan menembak mati bahkan menghancurkan negaranya. "Lihat Usamah bin Ladin atau Saddam Hussein. Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia, Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Usamah kerja sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi presiden, juga karena dukungan Amerika," ujarnya.
Karena itu, tegas Manullang, siapapun yang jadi presiden mendatang, rakyat harus bersatu mendukungnya. "Sebab, hanya persatuan dan kesatuan rakyat yang mampu membendung misi Amerika di Indonesia. Jangan sampai Indonesia di-Iraq-kan," ujarnya memberi pesan.
Indikasi dukungan AS terhadap salah satu capres, sebenarnya sejak beberapa waktu lalu sudah muncul ke permukaan. Amien Rais dalam wawancaranya dengan majalah Gatra, mengatakan kekalahan dirinya dalam pilpres putaran pertama antara lain karena yang dihadapi adalah kekuatan raksasa. Ketua Umum PAN itu mengaku memperoleh banyak informasi otentik bahwa AS membekingi salah satu capres. "Mereka sudah menjalin kerja sama cukup matang. Saya menyadari bahwa yang saya hadapi tidak main-main," kata Amien. (Suara Karya/cha)
2 comments:
ass,
beginilah bila muslim mendukung yahudi maka bila yahudi masuk lubang biawak maka muslim pun masuk lubang biawak karena muslim yang menkhianati agamanya adalah lebih buruk dari biawak karena dia percaya dengan kekuatan mahluk daripada ALLAH SWT sedangkan dunia ini adalah asbab ALLAH SWT yang beri dan kematian adalah milik ALLAH SWT maka barangsiapa yang membela agamanya dengan dakwah dan amal dan bersiap-siap menuju peperangan dengan yahudi dan dajjal di akhir zaman maka ALLAH SWT telah sediakan surga untuknya yang luasnya 10x dunia ini
wass
seharusnya umat Islam tuh bukan hanya dzikir, tapi juga mikir
gimana caranya tidak hanya mengandalkan do'a tapi juga usaha
tidak hanya menunggu taqdir, tapi juga ikhtiar
Posting Komentar