Senin, 26 April 2010

PNS Sayang, PNS Malang

Menjadi pegawai negeri menjadi dambaan jutaan orang di Indonesia. Adanya jaminan pensiun menjadi salah satu faktor pendorong. Faktor pendorong lain adalah kepastian kerja yang lebih terjamin. Berbeda dengan swasta yang selalu ada kemungkinan PHK. Apalagi untuk buruh perusahaan yang dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini bayangan PHK seolah terlihat di depan mata.

Sekian ribu mahasiswa setiap tahun berlomba-lomba menjadi PNS. Tentu saja, ribuan diantara mereka harus tersingkir dan mencari kesempatan lowongan CPNS di lain tempat atau menunggu tahun depan. Perbandingan jumlah lulusan dengan lowongan CPNS yang njomplang membuat persaingan seperti memperebutkan putri raja.

Bila dihitung dari jumlah peminat bisa jadi profesi PNS lebih dicari orang daripada anggota legislatif atau dokter. Dokter dan anggota legislatif (aleg) memang menjanjikan finansial yang lebih baik daripada PNS biasa. Namun, akses menjadi PNS yang relatif lebih ringan daripada dokter dan aleg membuat kelas menengah-bawah berlomba-lomba mengisinya

Kawan-kawan penulis telah mengikuti berbagai ujian, tes atau wawancara untuk menjadi PNS. Sebagian besar gagal. Bahkan ada yang mendaftar di 4 tempat, namun semuanya gagal. Ada yang 3 tahun berjuang barulah ia dapat menembus persaingan menjadi PNS. Ada yang apatis dengan dibukanya lowongan CPNS karena persaingannya yang terlalu ketat ada juga yang karena mencurigai adanya ‘main mata’ antara peserta seleksi dan panitia seleksi. Segala sesuatu yang dibutuhkan banyak orang memang mudah dimanfaatkan orang untuk kepentingan pribadi.

Profesi yang dicari berjuta-juta orang ini ternyata menuai banyak kritik. Birokrasi biaya tinggi, bertele-tele, kuno, penuh pungli, tidak disiplin, telat dan bermalas-malasan telah menjadi cap yang melekat pada sebagian besar PNS. Seolah-olah status PNS menjadi sekadar kepentingan praktis semata, yaitu demi gaji bulanan dan uang pensiun semata, sementara kualitas kerja adalah urusan nomor dua.

Bila sebagian PNS melenggang dengan uang berlimpah, beban kerja rendah, jam kerja yang gampang diakali, bos yang bisa diajak kong-kalikong dst - ternyata ada sebagian PNS yang mengalami nasib kurang beruntung. Mereka adalah yang benar-benar bekerja untuk pelayanan. Hidup mereka terpencil di pulau-pulau dan daerah-daerah yang tak tersentuh. Kita tak pernah mendengar kisah hidup mereka. Dan para pejabat di pusat pun melupakan mereka. Mereka menjadi permata tersembunyi. Merekalah permata sebenarnya yang menjadi tulang punggung pejabat dan PNS-PNS di perkotaan yang dedikasinya belum tentu lebih baik.

Pada era Yusuf Kalla, ada seorang guru yang berpuisi dan menggambarkan sekolahnya sebagai kandang ayam. Saya kira itu penggambaran yang tepat para PNS yang entah mengapa terpinggirkan.

Di satu sisi PNS begitu dipuja dan dicari. Di sisi lain ada PNS yang terpinggirkan. terpojokkan, tertindas keadaan atau mungkin sistem.

051209

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons