Sabtu, 23 Januari 2016

Mencintai Tuhan vs Pacaran

Sudah bukan hal aneh pacaran dianggap bukan budaya yang Islami. Paling tidak oleh sebagian umat Muslim. Yang melarang pun dengan pertimbanga yang bermacam-macam. Ada yg menggunakan pertimbangan normatif, dalil-dalil syara dengan pertimbangan pahala dan dosa. Ada juga yang menggunakan pertimbangan rasional semata, misalnya : mengganggu konsentrasi belajar, belum cukup umur dll.

Alasan klasik lain yang kadang, menurut saya betul tetapi terlalu di dramatisir adalah bahwa "cinta sejati manusia itu Tuhan". Lucunya, argumentasi dipakai ketika seseorang di tembak dan menolaknya karena cinta manusia itu di bawah cintanya kepada Tuhan.

Aduh-aduh... bagaimana mungkin cinta kepada manusia dibandingkan dengan cinta kepada Tuhan. Tidak ada sambungannya secara langsung. Kalau mau dipaksa di sambung-sambungin ya nyambung. Tapi sebenarnya kondisi itu seperti menolak cinta seseorang karena mencintai kakak kandung lebih besar daripada mencintai teman sekelas.

Apaaa inihh... !!!

Apakah rasa cinta itu sebuah benda? Sehingga cinta itu ada jenis-jenisnya? Ada besar-kecilnya? Ada cinta yang disana, ada cinta yang di sini. Apakah berpacaran dan bersuami istri itu otomatis di dalamnya ada cinta?

Tak perlu dijawab. Direnungkan saja.

Saya jadi ingat perkataan seorang guru ngaji, ketika ia membahas tentang mencintai dan bertaqarub (berusaha dekat) kepada Allah. Ia mengatakan untuk memahamkan cinta kepada Allah sulit dilakukan kepada orang yang belum pernah pacaran. Dengan pecaran kita memahami dan bisa membayangkan kata-kata indah antara kekasih dan yang dikasihi. Ketika setiap suara adalah suara kekasih, setiap makanan adalah makanan hasil masakan sang kekasih bahkan setiap gerakan kekasih adalah bagai gerakannya sendiri hingga ia sulit membedakan dirinya dengan sang kekasih.

Ah... tapi sudahlah. Pacaran kadang memang sudah jadi budaya modern penuh ego, hedonis, gaya hidup dan tak lagi murni cinta.

Bagaimana soal berdua-dua-an dan bersepi-sepi?

Dibagian kedua akan saya singgung sisi fiqihnya...
#sokpahamfiqih B-)

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons