Kamis, 04 September 2025

Indonesia Hari Ini....

Rusuh dan kacau menyelimuti beberapa kota di Indonesia. Seorang kawan dari India yang saya temui tempo hari pun menunjukkan rasa kagetnya dengan apa yang terjadi di Indonesia. Meskipun obrolan kecil kami diselipi tawa dan canda, di dalam hati ini tetap ada kesedihan. Mengapa Indonesia dikenal melalui berita buruk.


Menyusuri sekilas berita-berita mainstream dan sosial media, topik kerusuhan, penjarahan, siapa dalang di balik penjarahan dan tindakan represif aparat menggunakan gas air mata kelihatannya akan terus jadi headline. Sosok Ferry Irwandi jadi sorotan. Dengan gaya bicara dan kritikan yang tajam namun khas anak muda mendapatkan perhatian sekaligus pujian. Sepertinya, tahun ini adalah milik Ferry Irwandi. Di atas semua itu, kepiawaiannya berkomunikasi telah membawa perubahan trend aktivisme di kalangan anak muda dan mahasiswa. Sampai mana ini semua akan membawa perubahan, masih kita tunggu. Untuk saat ini cukup kita berterima kasih, dia telah menjadi satu batu pijakan kultur pergerakan dan aktivisme masa kini.

Kembali ke masalah yang diderita bangsa ini, trigger dari erupsi protest dan kekecewaan, tidaklah tunggal. Pertama, persoalan ekonomi menjadi satu penyebab yang cukup kuat, meskipun pemerintah merilis capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Ini yang menjadi pendorong keresahan dan akhirnya erupsi kemarahan dan protest sebulan belakangan ini. Lalu, persoalan komunikasi publik pemerintah secara umum dan kompetensi (komunikasi dan kinerja) anggota dewan secara khusus juga tidak bisa dilewatkan. Apalagi kalau kita bicarakan juga kinerja penegak hukum dan menurunnya kepercayaan masyarakat, bahkan sejak beberapa tahun belakangan.

Tentu, permasalahan ini bukan sekadar tentang siapa dalang dari penjarahan dan tindakan represif, tapi lebih dari itu ini adalah pucuk dari gunung es yang bisa jadi kita sendiri yang sedikit demi sedikit ikut menimbunnya.

Permasalah kompetensi anggota dewan berkaitan dengan lemahnya kepercayaan dan popularitas partai-partai di mata masyarakat, ditambah dengan impotensi mereka turun dan mendengar aspirasi masyarakat. Secara struktur, penyaringan anggota-anggota dewan diperparah dengan proses pemilihan berbiaya tinggi yang membuat "hubungan terlarang" politisi-pengusaha-pejabat publik semakin kabur tapi mesra. Korbannya adalah kepentingan publik dan mereka yang secara suara (saat pemilu) tidak menarik dan populer.

Tentu korupsi (keuangan dan kekuasaan) harus diberantas segera, karena itu yang kentara saat ini dan paling menguras air mata dan emosi masyarakat. Namun, saat tensi semakin menurun, semangat menuju perbaikan akan mengalami ujian dahsyat. Maka, proses politik pemilihan pemimpin (pemilihan anggota dewan, pemimpin daerah dan pemimpin nasional) haruslah semurah dan seterbuka mungkin. Saat ini "suara" pemilih mungkin memang dijual murah, tapi apabila dikalikan ratusan juta orang, angkanya jadi fantastis bahkan untuk ukuran seorang pengusaha kelas nasional sekalipun. 

Roda dan siklus mahalnya proses pemilihan ini juga harus dibawa ke proses pemilihan aparatur sipil dan keamanan negara, terutama kepolisian. Kompetensi anggota kepolisian harus dikawal oleh kompetisi dan keterbukaan pemilihan calon polisi. Semua ini perlu untuk menjamin proses seleksi berlangsung efektif, efisien dan pastinya semurah mungkin. Ini harus dilakukan dengan terencana tapi pasti, karena retorika perubahan sudah biasa terdengar dari mulut pejabat publik dan politisi. 

Ini secuplik pandangan dari mata dan jiwa yang jauh terpisah dengan tanah air. Mungkin bukan solusi yang diimpikan semua orang, tetapi sebuah perubahan harus berawal dari pemikiran yang mendalam dan perubahan struktur-struktur yang selama ini tidak terlihat tapi sangat berpengaruh.

Terima kasih.

Birmingham, 04/09/2025
 

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons