Sebentar lagi Idul Fitri. Anak-anak mulai merengek kepada ibu mereka, meminta baju baru. Anak-anak laki-laki mulai merengek kepada ayah mereka dibelikan spatu baru. Sementara yang dewasa, beranak dan bercucu diam-diam pun menginginkan hal yang baru. Entah, mobil baru atau TV baru. Beberapa yang berekonomi kecil berharap bisa membersihkan rumah dan lingkungan di hari yang fitri nanti. Itu saja.
Gema semangat pemeberantasan korupsi (kalau ada) pun mulai disirami gairah baru. Dua orang calon nahkoda KPK telah ditentukan. Mereka adalah Busyro Muqodas dan Bambang Wijoyanto. Dua-duanya bukan nama asing di dunia hukum Indonesia. Silakan anda korek-korek track record mereka,tetapi saya kurang begitu tertarik. Bukan karena susah mencari informasi apa saja yang prestasi atau pekerjaan yang pernah mereka lakukan, tetapi karena kebanyakan masyarakat Indonesia pun tak akan mengetahuinya dan menganggap itu penting. Tetanggaku tak kenal mereka. Teman-temanku di FB juga adem ayem. Paling hanya satu dua yang membahas. Setelah itu mereka lebih tertarik kepada perut dan uang masing-masing.
Orang di sekitarku tak perduli siapa ketua KPK. Rakyat tak punya uang yang bakal di korupsi. Mereka merasa tak punya uang di BI. Pak tani di desa ku tak punya uang di BUMN-BUMN, jadi biarin aja mau dikorupsi atau tidak. Uang di BUMN yang punya orang-orang berdasi. Rakyat tidak. Mereka paling kebagian tak seberapa, ketika uang itu dibagikan lima tahun sekali saat pemilu.
Mungkin aku pun tak perlu mengurusi siapa ketua KPK. Akan ku kubur kegelisahan terhadap bangsa ini di suasana gembira 1 Syawal. Menggoda anak-anak kecil sampai mereka menangis, setelah itu kubagikan kue-kue kecil.
Konon para pemimpin bukanlah mereka yang berhasil mencapai target semata. Konon pemimpin bukan orang yang paling ditakuti. Namun, pemimpin adalah mereka yang mampu membawa rakyat ke padang rumput yang hijau dan penuh kesejahtraan. Bak seorang gembala memanjakan ternaknya. Mungkin itu karena itulah Muhammad saw pernah jadi gembala di masa kecil, agar jadi pemimpin yang pengayom dan pelindung.
Gema semangat pemeberantasan korupsi (kalau ada) pun mulai disirami gairah baru. Dua orang calon nahkoda KPK telah ditentukan. Mereka adalah Busyro Muqodas dan Bambang Wijoyanto. Dua-duanya bukan nama asing di dunia hukum Indonesia. Silakan anda korek-korek track record mereka,tetapi saya kurang begitu tertarik. Bukan karena susah mencari informasi apa saja yang prestasi atau pekerjaan yang pernah mereka lakukan, tetapi karena kebanyakan masyarakat Indonesia pun tak akan mengetahuinya dan menganggap itu penting. Tetanggaku tak kenal mereka. Teman-temanku di FB juga adem ayem. Paling hanya satu dua yang membahas. Setelah itu mereka lebih tertarik kepada perut dan uang masing-masing.
Orang di sekitarku tak perduli siapa ketua KPK. Rakyat tak punya uang yang bakal di korupsi. Mereka merasa tak punya uang di BI. Pak tani di desa ku tak punya uang di BUMN-BUMN, jadi biarin aja mau dikorupsi atau tidak. Uang di BUMN yang punya orang-orang berdasi. Rakyat tidak. Mereka paling kebagian tak seberapa, ketika uang itu dibagikan lima tahun sekali saat pemilu.
Mungkin aku pun tak perlu mengurusi siapa ketua KPK. Akan ku kubur kegelisahan terhadap bangsa ini di suasana gembira 1 Syawal. Menggoda anak-anak kecil sampai mereka menangis, setelah itu kubagikan kue-kue kecil.
Konon para pemimpin bukanlah mereka yang berhasil mencapai target semata. Konon pemimpin bukan orang yang paling ditakuti. Namun, pemimpin adalah mereka yang mampu membawa rakyat ke padang rumput yang hijau dan penuh kesejahtraan. Bak seorang gembala memanjakan ternaknya. Mungkin itu karena itulah Muhammad saw pernah jadi gembala di masa kecil, agar jadi pemimpin yang pengayom dan pelindung.
0 comments:
Posting Komentar