Istilah demokratisme mungkin aneh. Akan banyak yang menyanggah; 'tambahan -isme kan menunjukkan bahwa dia adalah ideologi, bukankah demokrasi itu sudah merupakan sebuah ideologi ?'. Kenyataannya tidak seperti itu. Silakan tanya ke warung-warung nasi atau ke pangkalan ojek dan becak. Tanyalah orang-orang di sana 'apa itu demokrasi?'; mereka paling tidak akan menjawab 'demokrasi itu milih langsung' atau 'demokrasi ya apa ya ? ya begitulah.. ' Begitulah keadaan orang kecil. Mereka sebenarnya tidak tahu apa yang mereka sendiri atau pemimpin-pemimpin mereka katakan. Mereka adalah korban-korban budaya 'demokrasi-tainment'. 'Demokrasi-tainment' adalah ketika di televisi seseorang berbicara penuh bunga, namun kata-kata yang di ucapkan bila ditelusur secara fakta maupun akademis amat memalukan akurasinya.Demokrasi menurut beberapa orang yang lebih intelek, disimpulkan dengan kalimat yang singkat dan padat 'demokrasi adalah tata-kelola negara dengan sistem perwakilan'. Sekilas keren, tetapi apa bedanya dengan komunisme dan sosialis yang -misalnya di Cina, ada juga partai-partai yang mengaku mewakili kepentingan rakyat.
Namun, pada kenyataannya demokrasi tidak pernah mewakili siapapun. Pembagian kekuasaan menjadi 3 pihak, yaitu eksekutif, yudakatif dan legislatif hanyalah kompromi di permukaan saja, sedangkan di hati mereka ada permusuhan yang tak pantas.
Demokrasi, sebagai sebuah sistem kenegaraan adalah cita-cita yang mensyaratkan beberapa hal. Pertama, orang-orang suci tanpa tendensi. Mereka ibarat malaikat. Tiga pos kekuasaan yang di perkirankan akan saling mengawasi ternyata justru menjadi pos penyimpangan yang saling acuh dan saling "tahu-sama-tahu". Saya jadi ingat ketika kecil, guru-guru saya menjelaskan bahwa Tuhan itu harus satu. Ia mutlak Esa. Bila ada Tuhan 3 atau 4 atau 5 atau lebih maka mereka akan bertengkar tentang urusan hamba-hambanya. Penguasa negara ibarat 'Tuhan', bila ada lebih dari satu maka akan ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, mereka saling mengawasi. Ini logika dan teknis yang amat rumit. Masing-masing punya kepentingan satu sama lain, namun di suruh mengawasi satu sama lain. Presiden mengawasi DPR ? dengan apa? Lha wong yang mendukung presiden ada banyak di DPR ?