Kadang-kadang sebuah peruntungan ditentukan oleh sebuah kitab kecil. Setidak ada sebuah risalah yang pernah ikut berpengaruh dalam satu tahapan hidup saya.Ketika saya berumur 18 tahun, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Fakultas Psikologi, sebuah cabang baru dari Universitas Indonesia. Bukan saya bercita-cita menjadi seorang psikolog; waktu itu saya bahkan tak tahu jelas apa gerangan ”psikologi” itu. Saya memilih pendidikan tinggi itu karena di sana, saya dengar, diajarkan tiga hal: psikologi, filsafat dan sosiologi. Di fakultas lain tidak.Dan itu semua gara-gara saya membaca, dengan agak terlampau tekun, sebuah buku tipis yang bernama Tifa Penyair dan Daerahnya, ditulis oleh H.B. Jassin lebih dari 30 tahun yang lalu. Koleksi tulisan itu, yang judulnya memang agak aneh, berisi pengantar...