Selasa, 12 April 2016

Thank You

Aku belum tidur sampai sekitar jam 12 malam. Entah apa yang merasukiku. Lagu sendu kudengarkan. Kata seorang teman, bila orang suka mendengarkan lagu seperti ini dia sedang feeling blue. 

Entahlah. Aku tak mengerti tentang cinta. Sudah lama aku yakin aku tak akan jatuh cinta. Bukan karena trauma. Karena cinta adalah pilihan. Kau bebas mencintai siapapun yang kau ingin. Masalahnya adalah bagaimana caranya mencintai dengan alasan dan cara apa kau lakukan. Tak penting siapa yang kau cinta, yang jadi pertanyaan adalah mengapa dan bagaimana kau mencintainya.  
Andaikan kau ada di depanku, aku pun bingung akan bilang apa. Karena aku tak pernah berpikir bahwa akan mudah mendapatkanmu. Kurasa posisiku sekarang ibarat serdadu yang baru pulang dari peperangan dan menemukan kampung halamanku telah berubah total. Dan aku pun kesulitan mengenali orang-orang terdekatku. Yang paling sulit adalah mereka pun tak mengenaliku. Padahal aku adalah anak mereka, saudara mereka, kakak mereka, tetangga mereka yang telah lama pergi berperang. Tentu saja kini aku telah berubah. Sekarang aku adalah seorang serdadu yang punya tugas berat, dihantui resiko kematian, tak pernah yakin apakah bulan depan masih tetap hidup-namun aku tetap anak kecil yang dulu mereka kenal. Aku tetap kasih sayang itu. Bukankah peluru yang dahulu aku hindari, musuh yang kubunuh demi mempertahankan nyawaku adalah demi pertemuan ini? Pertemuan dengan orang yang menyayangiku dan selalu ada hatiku. 

Hidup mungkin adalah tentang dengan siapa kita akan menikah ? Hidup mungkin adalah tentang seperti apa kita akan menjalani hari-hari kita esok pagi ? Hidup mungkin tentang kenyamanan bergaul dengan orang-orang yang telah lama kita kenal dan tak akan menuntut kita berubah sedikitpun. Hidup mungkin tentang apa yang kita rasakan semata. Titik. Bila menyenangkan jalani, bila menyusahkan tinggalkan. 

Maafkan, kadang aku merasa hidup bukan sekadar tentang dengan siapa kita akan menikah. Bukan juga tentang bagaimana besok pagi kita menjalani hari, apakah dengan model rambut cepak atau gondrong, bukan juga tentang apakah kita akan terus bercelana jin atau celana kain. Hidup bukan juga sekadar tentang penghormatan orang disekitar kita, pujian dan sanjungan. Hidup bukan pula tentang rasa nyaman di hati kita pribadi. 

Aku selalu teringat orang yang terus berjuang seharian hanya demi uang 4000 perak. Padahal hidupnya tak cukup ditutupi dengan 4000 perak. Namun dia terus bekerja keras. Meski harus narik becak. 24 jam menunggu dan hanya dapat satu penumpang. Mengapa ia melakukannya ? Aku selalu heran dengan orang yang bertahan dalam posisi berlawanan dengan ortu, hanya karena mempertahankan calon suami pilihannya sendiri. Walau harus menanggung siksaan, badan kurus dan hati yang terus terkoyak. Mengapa ia melakukannya ? Apa yang ia cari ? Aku tak mengerti mengapa sahabatku terus memakai kaos kaki, padahal kakinya sakit (luka/infeksi). Hanya untuk mempertahankan agar aurat tak kelihatan. Mengapa kalian semua begitu kukuh mempertahankannya ? Apa yang kalian cari ? Aku hanya bertanya. Aku hanya belajar. Semoga jawabannya tak tuntas agar aku tak berhenti belajar. 

Kau pasti sudah tidur sekarang. 

Aku tak tahu akan menjadi apa akhir kisah kita. Biarkan semua mengalir dan waktu akan menjawab mengapa aku selalu menunggu. Dahulu aku berharap kau ada di depanku dan akan kujelaskan semua mengapa dulu ku meninggalkanmu.

Cinta mungkin tak terlalu kuat menyatukan perbedaan yang ada. Cinta mungkin terlalu menyesakkan untuk menyatukan perbedaan yang selalu muncul. Cinta mungkin hanya sekadar pemanis bibir dimana kenyamanan pribadi dan omongan orang bisa mengalahkannya. Cinta mungkin hanya sekadar hiasan di novel dan film-film dimana dia harus diusir dari kehidupan nyata, karena kehidupan nyata hanya membutuhkan barang-barang dan kenyamanan badani bukan ketulusan hati dan kasih sayang. Cinta mungkin hanya fantasi di saat remaja dan harus dihilangkan ketika dewasa, karena orang dewasa hanya membutuhkan pekerjaan, uang, status, rumah, makan dan minum-tak lebih. Cinta adalah hayalan di kepala, karena ia tak mampu menyatukan apapun. 

Maaf, kadang aku seperti wanita. Terlalu mendramatisir. Kadang terlalu rasional, sehingga ada beberapa hati yang harus menanggung akibatnya. 

 -3 bulan terakhir di tahun 2008-

Jumat, 01 April 2016

Inflasi Hiburan

Ini pandangan manusia lho. Manusia bisa skeptis dan sinis. Namun Tuhan tidak dan saya
kira memang begitu. Tetapi, tulisan ini tidak dalam rangka menghentikan orang-orang yang
beribadah dan memakai jilbab/kerudung. Bagaimanapun kualitas aktivitas mereka saat ini.
Oleh karena itu, saya ingin menyoroti yang masih jarang dibahas. Yaitu hiburan di bulan
Ramadhan. Kondisi yang menarik adalah, justru tayangan hiburan di bulan Ramadhan malah
tambah banyak. Tayangan religius pun nambah, tetapi saya kira persentasenya kalah. Saya
belum punya data statistik pasti namun dari yang kita lihat seperti itulah kelihatannya.
Sebelum, berbuka dan sahur ada tayangan sinetron, lawak, musik, variety show (lawak,
talkshow atau quiz) mengambil durasi hampir 1 jam. Ada yang lebih. Bagi saya itu semua
adalah hiburan. Meski ada yang beralasan itu semua bermuatan religius. Namun, akan makin
jelas kelemahannya bila ditanya berapa persentase muatan religiusnya. Tidak terlalu
banyak nampaknya.

Bagi saya persentase muatan religius, bukanlah berita tentang keramaian di bulan
Ramadhan, kebiasaan selebriti di bulan Ramadhan dan sejenisnya. Bulan Ramadhan adalah
bulan membangun ruhiyah. Ruhiyah adalah kualitas ‘sinyal’ manusia terhadap Allah. Bila
telepon seluler menguat sinyalnya karena dekat dengan BTS, ‘sinyal’ manusia dan Allah
SWT menguat ketika manusia dekat dengan Allah. Caranya dengan terus menerus taat pada
perintahnya. Seolah-olah engkau Melihatnya atau paling tidak engkau merasakan bahwa Dia
mengawasimu.
Selamat Berpuasa.

250809

Selasa, 29 Maret 2016

Bocah Ingusan Dan Cinta Monyet

Flashback saat ini menjadi kegiatan yang menyenangkan. Aku bisa melihat sisi lain dari diriku yang tersembunyi atau terlupakan oleh peranku saat ini. Peran yang dipengaruhi status, posisi pekerjaan dan tuntutan lingkungan.

Aku pernah jadi bocah ingusan yang sok paham cinta monyet. Tulisanku yang menjadi saksi "peranku" sebagai bocah ingusan yang jatuh cinta (monyet) terbilang cukup sukses. Aku bisa tersenyum membacanya.
Semoga orang lain pun bisa tersenyum dan terhibur oleh tulisanku. Ini dia tulisanku.

Berikut tulisan lengkapnya :

Selamat Mengenang 

Apa yang terbaik untuk kita ? Bila ada yang bertanya seperti itu aku akan menjawab, ‘yang terbaik adalah apa yang telah terjadi dan apa yang ada sekarang” 

Ya, kehilangan tempo hari adalah yang terbaik yang menimpaku. Memiliki kenangan adalah yang terbaik bagiku. Coba pikir ? Kalau hubungan masa SMP ku terus dipelihara sampai sekarang, belum tentu kenangan yang terbentuk menyenangkan. Kalaupun kisah cintaku berjalan lancar sampai sekarang, rasa yang sebenarnya ada padaku dan padanya mungkin hanya jadi rahasia. Intinya, kenangan ini adalah anugrah. 

Intinya, ini yang terbaik terjadi pada kita. Intinya, sekerang aku mengetahui siapa dirimu. Harus diakui, rasa ini adalah ‘kehilangan’. Namun, siapatah diriku menentukan ia adalah milikku ? hehehe3x. aku hanya berhak memilikimu sebagai kenangan hikhik…2x Kan kenangan gratis dan ga ada surat izin memiliki kenangan (SIMK). Meski suatu saat aku ingin bertemu, namun sebisa mungkin keinginan ini tak di tumbuh kembangkan (tanaman kali).

Posisi kami masing-masing sudah tepat dan cukup baik. Ibarat tim sepakbola, pelatih sudah menempatkan aku diposisi yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan tim. Dan aku tak ingin merusak tim. Minimal aku tahu kau di sana-sampai suatu saat nanti aku melupakanmu. Ibarat superman yang kadang merindukan planet kelahirannya. Aneh memang bila seorang superman ‘homesick’, tetapi itulah manusia seutuhnya (superman kan manusia juga kan??).

Maka ijinkanlah barang sebentar aku menikmati apa yang berhak aku miliki yaitu ‘kenangan’.

Selamat Mengenang . . . .

Purwokerto  030809

Minggu, 27 Maret 2016

Tuhan Aku Berguru KepadaMu

Bahkan jadi murid Tuhan pun aku gagal
Tapi aku yakin ia menerima muridnya yang tinggal kelas
Kelasnya terbentang sejauh mata memandang
Nilainya dibagi selama nafas masih mengedari paru-paru

Memasuki sekolahMu pun aku terbentur gerbang
Hendak bagaimanakah aku akan mendaftar di sekolahMu

Aku tak akan mengaku binatang jalang, seperti Chairil
Atau menyatakan cinta bak kayu kepada api yang menjadikannya abu, seperti Sapardi

Teman-temanku penyair tak terkenal
Kisah hidupku tertulis di koran bungkus nasi
Mukaku jelaga yang menempel di langit kotor penjara

Tuhan aku berguru kepadaMu
Karena aku tahu Kau akan menerimaku kapan pun, dimana pun....

Minggu, 20 Maret 2016

Bekerja, Berusaha, Berbisnis

Apa arti dari ketiga kata itu?
Sama-sama mencari penghidupan. Itu kata saya yang tidak pernah sekolah bisnis. Sama-sama mencari uang. Kata anak-anak sekolah dan mahasiswa yang tengah merancang dimana akan bekerja nanti. Sama-sama kewajiban manusia hidup di dunia. Itu kata para ustad, kiai, pendeta, moralis dll. Sama-sama harus dimiliki oleh sang pacar. Kata mahasiswi yang berharap tahun ini dilamar sang kekasih. Sama-sama syarat gengsi dan harga diri. Kata mahasiswa tingkat akhir yang berencana bertemu calon mertua tahun depan.
Itulah definisi. Kata Tan Malaka dalam Madilog, definisi menentukan apa dan bagaimana sesuatu itu akan dibahas, dipahami dan kemudian -kalau tidak malas- dipraktekan. Begitu juga pekerjaan, usaha dan bisnis tadi. Bagaimana kita memilih, menjalankan, memamerkan atau menyembunyikan ketiga hal tadi adalah tergantung definisi mana yang kita ambil.
Lalu definisi mana yang paling benar? Jangan jangan semuanya benar!
Kalau memang kebenaran bersifat subjektif, maka empati, lapang dada dan kesedian untuk bernegosiasi secara adil adalah landasannya. Kalau memang kebenaran bersifat objektif, maka kebersamaan dan saling memahami dalam pencarian adalah landasannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons