aku musafir
pencari "ya"
berbekal “tidak”
di lembah dusta
di sini persinggahanku
kini meja makanku
bertenda cinta
berlantai duka
kerjaku memungut sisa
dari jalan manusia
semua yang dia buang
bagiku tersayang
diam tak bergeming "striku
baik dan buruk sahabatku
teknologiku salah benar
hiburanku kebohongan
mari berjalan
tak usah bergandengan tangan
yang masih sayang dirinya slamat tinggal….
Aku termangu membaca karya penyair tak terkenal itu. Namun, lebih termangu lagi mendengar pidatonya menjelang pemakaman anaknya. Di dekat liang lihat. Jenazah sang anak di atas kedua tangannya. Ia berkata, "Ya Allah, maafkan aku yang tak mampu mendidik anakku dengan baik, hingga Kau harus turun tangan sendiri mengambilnya dan menjadikannya asuhanMu.."
Ku jadi ingat peristiwa setengah tahun lalu. Ketika itu kami - aku dan kakak-kakakku - menjadi orang terakhir yang meninggalkan makam ayahku. Kami hanya bisa berdoa. Saat itu aku belum menyadari kesalahanku. Kini - di hari Jumat yang berkah ini, aku menyadari kesalahan-kesalahanku. Ku panjatkan sejumput doa dan pengakuan.."Ya Allah, ampunilah kesalahanku karena tak mampu menyediakan 'surga' dunia yang layak untuk ayahku, hingga Engkau harus turun sendiri mengambil ayahku dan menempatkan beliau di surgaMu"
Purwokerto, 7 Maret 2014
0 comments:
Posting Komentar