W.S. Rendra (1967) Djakarta Dalam Puisi Indonesia
Sitti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
tak kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore
Aku bernyanyi di kamar mandi
Tubuhyu yang elok bersih kucuci
O, abang kekasihku
kutunggu kau di tikungan
berbaju renda
berkain baru)
Nasibmu sudah lumayan
Dari babu jadi selir kepala jawatan
Apa lagi
Nikah padaku merusak keberuntungan
ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore
mentari ngeloyor muntah di laut
mabuk nafas orang Jakarta
O, angin
O, abang
Sarapku sudah gemetar
menanti lidahu
njilati tubuhku)
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
hati kita mesti iklas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tanggung-tanggung menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua kebranian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
inilai ilum masyakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
rakyak kecil tak bisa ngalah melulu
(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore
Hari ini kamu mesti kulewatkan
karna lelakiku telah tiba
Malam ini
badut yang tolol bakal main akrobat
di dalam ranjangku)
Usahakanlan selalu menanjak kedudukanmu
usahakan kenal satu mentri
dan usahakan jadi selirnya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan istrinya
berarti ia tidak tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang penddikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang mentri
(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore
Kenanganku melayang ke saat itu
di tengah asyik nonton pawai
kau meremas pantatku
demikianlah kita lalu berkenalan
ialah setelah kutendang kakimu
dan sekarang setiap sore
bagaikan pisang yang ranum
aku rindu tanganmu
untuk mengupasnya)
Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah dia
Kemungkinan besar ia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menlai orang dari waktanya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakekat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi profesor atau guru
Itu celaka, uangnya tak ada
kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
Supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kami
dan waktanya licin seperti saya, nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta
(Lelawa terbang berkejaran
tandanya hari jadi sore
Opelet-opelet memasang lampu
Prempuan-prempuan memasang gincu
Dan, abang, pesankan padaku
di mana kita bakal ketemu)
(sumber : ceritanet.com)