Pasca Perang Dingin satu-satunya pihak yang layak dijadikan musuh oleh Amerika adalah Islam. Dan hal ini dengan jeli telah diperkirakan oleh Prof. Samuel Huntington melalui bukunya yang berjudul “Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia”. Tak heran buku ini menjadi best-seller di era 90-an – bahkan mungkin sampai sekarang. Ulasan-ulasan konflik Islam-Barat masa kini pun masih merujuk buku ini sebagai acuan. Apa saja pernyataan Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Harvard ini ? Mari kita simak
1. “Barat tidak pernah memiliki agama satu besar. Agama-agama besar dunia seluruhnya adalah ‘produk’peradaban non-barat, dan dalam beberapa kasus – berlawanan dengan barat”.
2. “Benturan antar peradaban dari pandangan-pandangan politik – dihembuskan oleh barat dan dipicu oleh sebuah benturan antar peradaban antara kebudayaan vs agama”
3. “Hanyalah arogansi barat yang naif yang mengantarkan orang-orang barat beranggapan bahwa orang-orang non-barat akan menjadi “ter-baratkan” dengan mengkonsumsi barang-barang produksi barat”.
4. “Hanya dalam peradaban Hindu, agama dan politik terpisahkan secara nyata. Dalam Islam, Tuhan adalah Raja;…”
5. “Bagi negara barat negara-bangsa adalah puncak legalitas.
Kesukuan (tribalisme) dan agama (Islam) berperan dan senantiasa memainkan peran, yang menurut salah seorang sarjana Libia, signifikan dan unik dalam kaitan dengan perkembangan-perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politis di kalangan masyarakat Arab yang terejawantahkan ke dalam sistem-sistem politik”
6. “Dalam masyarakat Islam – kelompok, agama, suku dan ummah merupakan bangunan utama loyalitas dan komitmen, sedangkan negara bangsa kurang signifikan”
7. “Ide tentang kedaulatan negara-negara bertentangan dengan kepercayaan terhadapa kedaulatan Allah dan kekuasaan tertinggi (primacy) ummah”.
8. “Konsep ummah mengisyaratkan ‘ketidak-absahan’ sistem negara-bangsa dan menunjukkan adanya keyakinan bahwa ummah hanya dapat disatukan melalui peran-peran yang dijalankan oleh satu atau lebih negara inti . . . Konsep Islam sebagai kesatuan religio-politis mengandung arti bahwa negara inti – di masa lalu – hanya akan terjadi ketika kepemimpinan politik dan keagamaan – kekhalifahan dan kesultanan – terejawantahkan melalui sebuah institusi kekuasaan (pemerintahan) tunggal” hal 313
9. “Absennya negara inti Islam yang berperan sebagai negara inti merupakan faktor utama yang menjadi sebab terjadinya konflik-konflik internal maupun eksternal di kalangan masyarakat Islam”.
10. “Seperti Afrika Selatan, begitu halnya dengan Turki, setelah memahami betul bagaimana sebenarnya barat, melalui demokrasi dan sekularisme, tampaknya Turki juga “layak” untuk menjadi “pemimpin” Islam. Tapi, Turki harus menolak warisan Ataturk secara menyeluruh lebih daripada penolakan Rusia terhadap warisan Lenin”.
11. “Kalangan non-barat tidak ragu-ragu menunjukan adanya jurang pemisah antara prinsip Barat dan kebijakan Barat. Hipokris, standar ganda, dan “but nots” merupakan harga yang harus dibayar bagi pretensi-pretensi barat. Demokrasi pun dipropagandakan. Jika tidak, kelompok fundamentalis akan berkuasa; non-proliferasi ditujukan pada Iran dan Iraq, tetapi tidak pada Israel; perdagangan bebas diterapkan, tetapi tidak menyentuh pertanian; persoalan hak asasi manusia dipermasalahkan dalam kaitan dengan Cina, tapi tidak dengan Arab Saudi; agresi terhadap negara kaya minyak – Kuwait, menimbulkan reaksi, namun berbeda halnya dengan agresi terhadap Bosnia yang tidak memiliki sumber minyak. Standar ganda merupakan harga yang harus dibayar dari prinsip standard internasional”. Hal 325
12. “Sebagian orang barat, termasuk Presiden Bill Clinton, sepakat bahwa barat tidak mempunyai masalah dengan Islam, tetapi memiliki masalah dengan kelompok ekstrimis Islam. Selama empat ratus tahun, sejarah menunjukkan hal sebaliknya”
13. “Konflik abad XX antara demokrasi liberal dengan marxisme-leninisme hanyalah sebuah fenomena historis yang bersifat sementara dan supervisial jika dibandingkan dengan hubungan konfliktual antara Islam dengan Kristen”
14. “Islam adalah satu-satunya peradaban yang mampu membuat barat selalu berada dalam keraguan antara hidup dan mati, dan ia telah melakukannya setidaknya dua kali.”
15. “Islam adalah sumber instabilitas dunia karena ia tak memiliki kekuatan inti yang dominan. Berbagai negara seperti Arab Saudi, Iran, Pakistan, Turki dan barangkali Indonesia terilhami untuk menjadi “pemimpin” Islam, karenanya saling berlomba menunjukkan pengaruhnya di dunia Islam, tidak ada satupun dari negara-negara tersebut yang memiliki kekuatan yang secara otoritatif berbuat atas nama Islam dalam kaitan dengan konflik-konflik yang terjadi diantara kaum Muslim dan Non-Muslim”.
Sumber :The clash of civilizations and the remaking of world order by Samuel P. Huntington
1 comments:
Ass.wr.wb
tolong Banner nya di ganti saja pak.script mode B sudah kami sediakan
Terimakasih
Posting Komentar