Senin, 06 September 2010

Gaya Kepemimpinan Presiden Kita Dalam Segelas Air

Tulisan ini tidak hendak menilai pribadi masing-masing presiden. Ini hanya mengulas gaya kepemimpinan. Bisa jadi gaya kepemimpinan mereka bukan cerminan sifat personal masing-masing presiden. Maksud saya adalah, kalau dalam tulisan ini mengandung kritik itu hanyalah sekadar kritik gaya kepemimpinan. Bisa jadi keseharian mereka sebagai manusia biasa – sebagai suami/istri, bapak/ibu amat baik dan terhormat. Buktinya mereka lebih terkenal daripada penulis.

· Soekarno

Bila diibaratkan gelas, bung karno adalah gelas yang airnya melimpah dan tak pernah habis. Ia menuangkan isi gelasnya kepada siapa saja. Gelas demokrasi diisi, gelas nasionalisme diisi, gelas Islam diisi, gelas komunisme diisi juga. Pokoknya semua gelas diisi. Semua diterima oleh gelasnya Soekarno.

Ribuan orang terinspirasi oleh retorika pidatonya. Pemuda-pemudi terbakar semangatnya oleh orator ulung ini. Hingga sekarang masih banyak penggemarnya yang setia memelihara peninggalannya, baik berupa kutipan kata-kata maupun gambar hingga. . . . kuburannya.

· Soeharto

‘Gelas’ kepemimpinan H.M Soeharto merupakan yang paling unik. Gelas Soeharto sebenarnya penuh dan mampu menenggelamkan siapa saja. Namun, begitu bertemu orang gelasnya di kosongi. Semua orang merasa didengar dan diterima. Semua air masuk ke dalam gelasnya Soeharto. Semua orang yang ‘minta petunjuk’ kepadanya selalu diterima. Dan tak seorang pun menyadari apakah sang presiden sebenarnya marah, menolak atau menerima dengan ikhlas. Maka tak ada seorang pun yang merasa dimanfaatkan. Itulah kemenangan gelas kepemimpinan Soeharto, semua orang merasa telah mengisi gelasnya Soeharto, padahal mereka sedang tenggelam dalam air kekuasaannya.

Tak percaya ? Coba cari indikator kecerdasan atau kebodohan Soeharto ? Pasti sulit dicari. Karena tak ada yang benar-benar bisa menelitinya maka tak ada yang mampu menjungkalkan Soeharto (sebelum reformasi).

· BJ Habibie

Gelas kepemimpinan sulit di teliti. Karena begitu Habibie mendapat gelas kepemimpinan dari Soeharto, sekejap kemudian gelasnya hilang. Kepemimpinanya memang seumur jagung. Mungkin karena tak mampu mengimbangi gerakan lincah bola mata ahli pesawat terbang ini.

· Gus Dur

Gelas kepemimpinan Gus Dur juga salah satu yang terunik. Gelas kepemimpinan Gus Dur tak punya dasar alias gelasnya bolong. Siapapun menuangkan air ke dalam gelasnya maka air itu akan keluar lagi. Berapapun air dimasukkan ke dalam gelas kepemimpinannya, sebesar itu pula air itu hilangh entah kemana.

Ada gelas maupun tak ada gelas, karakter kepemimpinan Gus Dur ya tetap seperti itu. Seperti apa ? Ya, seperti itu. Gitu aja kok repot, lha wong jelas keliatan. Kalau bingung yang salah sendiri. Siapa suruh mbaca ini ? Sana mbaca komik aja..!

· SBY

Gelas kepemimpinan SBY adalah yang paling modern. Gelas SBY selalu penuh. Orang yang melihatnya akan terkagum-kagum karena ternyata isinya penuh, pas dengan tinggi bibir gelas, airnya jernih. Gelas kepemimpinannya dilarang kurang walaupun setetes. Apalagi kalau sampai kosong…Dilarang keras! Gelas kepemimpinan bagi SBY harus penuh, kalau tidak penuh memalukan. Semua harus kelihatan perfect. Bahkan bunga di teras istana pun harus hijau segar (ingat ketika Bush datang ke istana Bogor, SBY sempat memeriksa tanaman di pot teras istana-mungkin kalau ada yang setangkai yang layu akan disuruh diganti).

Efek dari gelas yang penuh, tak ada yang air lagi yang bisa mengisi gelas kepemimpinan SBY.

· Megawati

Sangat disayangkan Megawati tak mengenal gelas, sehingga tak jelas bagaimana kepemimpinan Megawati. Tak jelas apakah kepemimpinan Megawati berupa cangkir, gelas teh, botol, jirigen atau bahkan drum. Tak jelas apakah isinya air, minyak atau lumpur.

Jadi, bagaimana karakter kepemimpinannya ? Ya.. ngga jelas

Adaptasi dari Kenduri Cinta, Cak Nun – 3 September 2010

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons