Ingat kaya lupa bahagia, itulah tema banyak kehidupan. Ketika miskin tidak bisa makan enak karena tidak punya uang, setelah kaya lagi-lagi tidak bisa makan enak karena dilarang dokter. Tatkala hidup sederhana tidak sempat berbahagia bersama keluarga karena terlalu sibuk mencari nafkah, setelah kaya lagi-lagi tidak bisa berbahagia bersama keluarga karena keburu bubar (ada yang cerai, ada yang meninggal).
Sebagaimana dicontohkan oleh kehidupan Presiden AS Barrack Obama yang latar belakangnya tidak disukai banyak orang (orangtua bercerai ketika umurnya masih kanak-kanak, dipelihara ayah tiri di negeri yang jauh dll), yang terpenting bukan apa yang terjadi dalam kehidupan, melainkan bagaimana mengolahnya menjadi indah.
Serupa simfoni dengan alat musik yang beragam, hidup juga berisi beragam bahan (naik-turun, dipuja-dicaci), tetapi ia yang berhasil mengolah bahan-bahan kehidupan akan mendengar simfoni indah dalam diri. Serupa sampah yang diolah indah oleh ibu pertiwi menjadi bunga, bahkan kemarahan pun bisa diolah menjadi keteduhan. Inilah tanda-tanda manusia yang mulai kaya rasa sekaligus kaya makna.
Berempati dengan kehidupan yang kelelahan seperti inilah yang menjadi gaya Gede Prama dalam menulis. Dengan kejernihan pikiran dan kebijakan yang menonjol dibanding penulis-penulis lain di Indonesia, Gede Prama dengan bijak mengajak para pembacanya untuk mengejar harta secukupnya, kemudian mengalokasikan waktu untuk mengolah bahan-bahan kehidupan menjadi panorama indah kehidupan.
Pwt, 24 Jun (Gramedia/Kompas 19 Jun 09)
0 comments:
Posting Komentar