Sabtu, 07 Desember 2019

Trans-National Network in International Finance Regulation

by Adi Rahmannur Ibnu

Trans-National Network (TRN) is a cooperation among countries concurred in achieving certain objective. This type of configuration is seemingly effective since the current and past experience in financial crises spreading around the globe is glued not only to a larger system than a domestic financial industry and regulation but also regulatory approach cross nations and its jurisdiction.

Trans-National Network (TRN) in international finance regulation sometimes poses underrated role. This inter-states cooperation has been received minor focus by government agencies after the difficulties converging each jurisdiction interests. Proven, some countries seem to firmly and stubbornly evading its implementation. The clean and clear example was the USA decision no to follow the capital adequacy requirements set in the Basel III documents. Japan followed this decision as well. Additionally, each country theoretically will put its domestic risks in a such unidentified manner which potentially weaken the international finance agreement such as Basel III. 

International finance regulation faces dilemma in choosing the appropriate mode of enforcement in one hand and convergence issue on the other hand. These choices are positioned here and there on a spectrum between extremely firm enforcement and soft-voluntary enforcement. To put it more pessimistically, financial crisis has severely reduced global confidence on the current financial regulation but formulating the newer and more robust one need more than coordination and investigation through TRN. This article tries to argue that TRN should not only function as a media to enforce the current regulation, indeed, TRN should orient the member countries to new horizon of cooperation and transparency.

to be continue

Selasa, 09 Juli 2019

UAS FEI Unida 2019

Minggu, 16 Juni 2019

Pikiran yang Dipetakan

Bila bumi sudah dipetakan sekitar ratusan tahun yang lalu, pikiran manusia telah dipetakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.

Adalah seorang Plato, sosok yang dikenal sebagai seorang filsuf yang lahir di era Yunani kuno 2000an tahun yang lalu ini telah merumuskan bagaimana pikiran - dalam hal ini argumentasi dan pertanyaan dirumuskan. Kemampuannya merumuskan pikiran dan argumentasi menyebabkan dia dapat mengoreksi, menguliti kelemahan dan "mengalahkan" lawan bicaranya melalui - ini keunikan Plato, dialog.Ironisnya, Plato sendiri meninggal dunia dengan cara "dipaksa" minum racun dengan tuduhan telah menyebarkan kekacauan umum melalui dialog-dialog yang dilakukannya. Pada era itu kegemaran Plato adalah berkeliling kota dan mengajak siapa pun yang ditemuinya berdialog. Plato berdialog di sembarang tempat; di pasar, di jalanan, di kedai, di tepi sungai, di tepi pantai dll. Melalui dialog itu Plato dituduh telah meracuni pemikiran sebagian besar kaum muda yang mengadopsi dan gandrung terhadap cara berpikir dan berlogika Plato.


Seperti apakah dialog atau tanya jawab yang sering kali Plato lakukan?

Kebiasaan Plato adalah menguji argumentasi lawan. Misalnya :

P: "Apa itu kebahagian?"
X: "Kebahagian adalah memiliki harta yang cukup."
P: "Apakah semua orang yang memiliki harta cukup bahagia? Apakah ada orang yang memiliki harta yang cukup tetapi tidak bahagia?"

[P=Plato, X=sosok anonim]

Cara menguji seperti itu dapat diterapkan ke berbagai konteks, misalnya dunia binatang. 
plato, logika, filosofi, filsafat

Pernyataan: Burung adalah binatang yang bisa terbang.
Pertanyaan: Adakah burung yang tidak bisa terbang? Adakah binatang yang bisa terbang namun TIDAK tergolong ke dalam bangsa burung?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini merangsang pikiran menemukan definisi baru atau definisi yang lebih tepat mengenai berbagi tema kehidupan. Mendorong manusia meluncur ke laut-laut baru, seperti Columbus yang "nekat" berlayar ke India namun tersesat ke benua Amerika. Bayangkan! Buah dari keberanian mengarungi wilayah baru, meski gagal dan tersesat tetap sebuah penemuan.

Columbus mungkin bersedih hati karena gagal menemukan India. Dan untuk menutupi kesalahannya, ia berteriak-teriak memanggil orang "Indian" Amerika sebagai bangsa India yang tinggal di Asia Selatan. Siapa sangka, sekian ratus tahun setelah kesalahnnya, Columbus terkenal di seluruh dunia sebagai penemu benua Amerika. 




Jumat, 26 April 2019

Keadilan dan Tujuan Hidup Manusia

Justice adalah istilah barat untuk keadilan. Saya jatuh cinta pada konsep keadilan yang ditawarkan oleh John Rawls melalui konsep fairness. Fairness tidak hanya jujur dan adil dalam aturan main. Fairness bukan ukuran, justru fairness adalah tujuan itu sendiri. Ia adalah keadaan ideal kehidupan antar manusia. Lebih lanjut, fairness adalah bentuk interaksi antar manusia yang ideal dan pada akhirnya akan mengantarkan pada kebahagian yang diidam-idamkan manusia sejak dahulu kala.

Dalam Islam istilah keadilan ditemukan dalam Al-Qur'an dalam istilah yang berbeda-beda. Ada wasath yang artinya pertengahan, tengah-tengah atau moderat. Ada juga qisth yang berarti kadar yang sama, sesuai. Selain itu ada 'adl dan mizan. Semua itu memiliki presisi dan konteksnya masing-masing. Dalam Islam semua kata-kata ini lahir dalam konteks mencari presisi dan spesifikasi terbaik untuk setiap kondisi. Dalam Islam, istilah-istilah yang sinonim dengan fairnesss ini lahir dari worldview yang berbeda dengan barat. Bagaimana istilah ini diderivasikan dari Al-Qur;an telah menunjukkan kuatnya tradisi Islam merumuskan apa itu adil, fair, baik atau istilah lain. 

Dari sini terlihat perbedaan keadilan dalam tradisi barat dan Islam. Islam memandang kebaikan dan keadilan adalah demikian karena didasari keyakinan dan worldview yang lebih luas yaitu iman (faith) kepada Allah SWT dan Al-Qur'an sebagai kalamullah.

Sabtu, 20 April 2019

Tebak Jenis Laporan keuangan

Dalam Perbankan syariah jenis lap keuangan apakah ini


?

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons