Senin, 16 Januari 2012

Benturan Islam vs Barat : 15 Perspektif Kontemporer

Benturan Islam vs Barat : 15 Perspektif Kontemporer Menurut Samuel Huntington


Pasca Perang Dingin satu-satunya pihak yang layak dijadikan musuh oleh Amerika adalah Islam. Dan hal ini dengan jeli telah diperkirakan oleh Prof. Samuel Huntington melalui bukunya yang berjudul “Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia”. Tak heran buku ini menjadi best-seller di era 90-an – bahkan mungkin sampai sekarang. Ulasan-ulasan konflik Islam-Barat masa kini pun masih merujuk buku ini sebagai acuan. Apa saja pernyataan Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Harvard ini ? Mari kita simak


1. “Barat tidak pernah memiliki agama satu besar. Agama-agama besar dunia seluruhnya adalah ‘produk’peradaban non-barat, dan dalam beberapa kasus – berlawanan dengan barat”.

2. “Benturan antar peradaban dari pandangan-pandangan politik – dihembuskan oleh barat dan dipicu oleh sebuah benturan antar peradaban antara kebudayaan vs agama”

3. “Hanyalah arogansi barat yang naif yang mengantarkan orang-orang barat beranggapan bahwa orang-orang non-barat akan menjadi “ter-baratkan” dengan mengkonsumsi barang-barang produksi barat”.
4. “Hanya dalam peradaban Hindu, agama dan politik terpisahkan secara nyata. Dalam Islam, Tuhan adalah Raja;…”

5. “Bagi negara barat negara-bangsa adalah puncak legalitas.
Kesukuan (tribalisme) dan agama (Islam) berperan dan senantiasa memainkan peran, yang menurut salah seorang sarjana Libia, signifikan dan unik dalam kaitan dengan perkembangan-perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politis di kalangan masyarakat Arab yang terejawantahkan ke dalam sistem-sistem politik”

6. “Dalam masyarakat Islam – kelompok, agama, suku dan ummah merupakan bangunan utama loyalitas dan komitmen, sedangkan negara bangsa kurang signifikan”

7. “Ide tentang kedaulatan negara-negara bertentangan dengan kepercayaan terhadapa kedaulatan Allah dan kekuasaan tertinggi (primacy) ummah”.

8. “Konsep ummah mengisyaratkan ‘ketidak-absahan’ sistem negara-bangsa dan menunjukkan adanya keyakinan bahwa ummah hanya dapat disatukan melalui peran-peran yang dijalankan oleh satu atau lebih negara inti . . . Konsep Islam sebagai kesatuan religio-politis mengandung arti bahwa negara inti – di masa lalu – hanya akan terjadi ketika kepemimpinan politik dan keagamaan – kekhalifahan dan kesultanan – terejawantahkan melalui sebuah institusi kekuasaan (pemerintahan) tunggal” hal 313

9. “Absennya negara inti Islam yang berperan sebagai negara inti merupakan faktor utama yang menjadi sebab terjadinya konflik-konflik internal maupun eksternal di kalangan masyarakat Islam”.
10. “Seperti Afrika Selatan, begitu halnya dengan Turki, setelah memahami betul bagaimana sebenarnya barat, melalui demokrasi dan sekularisme, tampaknya Turki juga “layak” untuk menjadi “pemimpin” Islam. Tapi, Turki harus menolak warisan Ataturk secara menyeluruh lebih daripada penolakan Rusia terhadap warisan Lenin”.

11. “Kalangan non-barat tidak ragu-ragu menunjukan adanya jurang pemisah antara prinsip Barat dan kebijakan Barat. Hipokris, standar ganda, dan “but nots” merupakan harga yang harus dibayar bagi pretensi-pretensi barat. Demokrasi pun dipropagandakan. Jika tidak, kelompok fundamentalis akan berkuasa; non-proliferasi ditujukan pada Iran dan Iraq, tetapi tidak pada Israel; perdagangan bebas diterapkan, tetapi tidak menyentuh pertanian; persoalan hak asasi manusia dipermasalahkan dalam kaitan dengan Cina, tapi tidak dengan Arab Saudi; agresi terhadap negara kaya minyak – Kuwait, menimbulkan reaksi, namun berbeda halnya dengan agresi terhadap Bosnia yang tidak memiliki sumber minyak. Standar ganda merupakan harga yang harus dibayar dari prinsip standard internasional”. Hal 325

12. “Sebagian orang barat, termasuk Presiden Bill Clinton, sepakat bahwa barat tidak mempunyai masalah dengan Islam, tetapi memiliki masalah dengan kelompok ekstrimis Islam. Selama empat ratus tahun, sejarah menunjukkan hal sebaliknya”

13. “Konflik abad XX antara demokrasi liberal dengan marxisme-leninisme hanyalah sebuah fenomena historis yang bersifat sementara dan supervisial jika dibandingkan dengan hubungan konfliktual antara Islam dengan Kristen”

14. “Islam adalah satu-satunya peradaban yang mampu membuat barat selalu berada dalam keraguan antara hidup dan mati, dan ia telah melakukannya setidaknya dua kali.”

15. “Islam adalah sumber instabilitas dunia karena ia tak memiliki kekuatan inti yang dominan. Berbagai negara seperti Arab Saudi, Iran, Pakistan, Turki dan barangkali Indonesia terilhami untuk menjadi “pemimpin” Islam, karenanya saling berlomba menunjukkan pengaruhnya di dunia Islam, tidak ada satupun dari negara-negara tersebut yang memiliki kekuatan yang secara otoritatif berbuat atas nama Islam dalam kaitan dengan konflik-konflik yang terjadi diantara kaum Muslim dan Non-Muslim”.

Sumber :The clash of civilizations and the remaking of world order by Samuel P. Huntington

Jumat, 06 Januari 2012

Serumpun, Beda Cerita

Indonesia dan Malaysia mulai membuat mobil nasional pada pertengahan 1980-an. Meski serumpun, hasilnya beda.


INDONESIA

1985
Astra menggagas proyek mobil nasional bernama Project X120. Proyek terhenti pada prototipe pertama.

2007
PT Super Gasindo Jaya mengembangkan Tawon, mobil bermesin 650 cc, 4 gigi, kecepatan 100 km per jam, dan dibanderol Rp 50-60 juta per unit.

2008
PT Inka dan BPPT mengembangkan GEA (Gulirkan Energi Alternatif), mobil berkapasitas 650 cc, muat 4 orang, dan dijual Rp 50 juta.

2010
Sukiyat dan siswa SMK Surakarta membuat Esemka Rajawali. Harganya dibanderol Rp 95 juta.


MALAYSIA

1983
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memerintahkan pembuatan mobil nasional.

1985
Produksi pertama, Proton Saga, diluncurkan.

2004
Proton meluncurkan Proton Gen-2, mobil pertama yang seluruhnya made in Malaysia.

2007
Proton Persona diluncurkan. Di Indonesia, Proton membuka jaringan retail di delapan kota dengan nilai investasi US$ 26 juta.

2008
Proton Saga diluncurkan.

2010
Proton Inspira diperkenalkan.
SUMBER: WIKIPEDIA | PDAT (DIOLAH DARI BERBAGAI SUMBER)

JAKARTA -- Pengamat industri otomotif Suhari Sargo mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam proyek mobil nasional. Soalnya, sejumlah proyek mobil dalam negeri yang pernah digarap mandek di tengah jalan. Bahkan, dibanding Malaysia, proyek mobil nasional di Indonesia jauh tertinggal.

"Kenapa? Inilah yang harus ditanyakan alasannya proyek itu tak kunjung terealisasi," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Sejumlah proyek mobil dalam negeri pernah digarap, misalnya Arina, Timor, dan Bimantara. Tapi proyek itu mandek. Belakangan mobil Esemka naik daun setelah Wali Kota Surakarta Joko Widodo menjadikannya sebagai kendaraan dinas. Aksi ini diikuti sejumlah tokoh, meski masih menjadi kontroversi terkait dengan izin, jaminan keamanan, dan keselamatannya.

Suhari mengatakan, untuk memajukan Esemka menjadi mobil nasional perlu proses panjang dan investasi besar. Proyek itu juga butuh dukungan pemerintah.

Indonesia memulai proyek mobil nasional sejak 1985, berselang dua tahun dari proyek serupa di Malaysia. Kala itu diluncurkan mobil Timor sebagai mobil nasional. Belakangan proyek mobil nasional itu mati karena berbagai sebab, mulai tak adanya dukungan dari pemerintah sampai pasar yang tak menyambut.

Suhari mengatakan, Malaysia mengambil langkah berbeda dengan memproduksi Proton. Pemerintah di sana serius bahkan berani berinvestasi besar untuk mewujudkan proyek itu. Karena itu, "Kini tinggal pemerintah, mau atau tidak."

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menegaskan, untuk urusan mobil nasional, pemerintah justru serius. Buktinya, kata dia, pihaknya memberi dana penelitian dan pengembangan bagi perusahaan yang berinovasi dalam proyek mobil nasional. Dia mencontohkan PT Wahana Cipta Karya Mandiri yang memproduksi mobil Arina dan PT INKA yang memproduksi mobil GEA. "Penelitian dan pengembangan itu juga melibatkan uji coba kualitas mobil," ujarnya.

Kini tinggal perusahaan itu yang mengembangkan produksi. Ihwal kondisi keuangan perusahaan dalam memproduksi dan strategi pemasarannya, kata Budi, "Pemerintah tidak ikutan lagi."

Kehadiran mobil Esemka membangkitkan kembali semangat menghidupkan proyek mobil nasional. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh ingin menghadiahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Tapi, juru bicara kepresidenan, Julian Aldrian Pasha, mengatakan Presiden belum bisa berkomentar. "Tapi Presiden mengapresiasi kreativitas dari siswa SMK 2 Surakarta itu," ujarnya di Istana Negara kemarin.l MARTHA THERTINA | RINA WIDIASTUTI | GADI MAKITAN | MUNAWWAROH | SUKMA

Urusan Mobil : Indonesia Kalah Telak Dibanding Malaysia

JAKARTA -- Pengamat industri otomotif Suhari Sargo mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam proyek mobil nasional. Soalnya, sejumlah proyek mobil dalam negeri yang pernah digarap mandek di tengah jalan. Bahkan, dibanding Malaysia, proyek mobil nasional di Indonesia jauh tertinggal.

"Kenapa? Inilah yang harus ditanyakan alasannya proyek itu tak kunjung terealisasi," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Sejumlah proyek mobil dalam negeri pernah digarap, misalnya Arina, Timor, dan Bimantara. Tapi proyek itu mandek. Belakangan mobil Esemka naik daun setelah Wali Kota Surakarta Joko Widodo menjadikannya sebagai kendaraan dinas. Aksi ini diikuti sejumlah tokoh, meski masih menjadi kontroversi terkait dengan izin, jaminan keamanan, dan keselamatannya.

Suhari mengatakan, untuk memajukan Esemka menjadi mobil nasional perlu proses panjang dan investasi besar. Proyek itu juga butuh dukungan pemerintah.

Indonesia memulai proyek mobil nasional sejak 1985, berselang dua tahun dari proyek serupa di Malaysia. Kala itu diluncurkan mobil Timor sebagai mobil nasional. Belakangan proyek mobil nasional itu mati karena berbagai sebab, mulai tak adanya dukungan dari pemerintah sampai pasar yang tak menyambut.

Suhari mengatakan, Malaysia mengambil langkah berbeda dengan memproduksi Proton. Pemerintah di sana serius bahkan berani berinvestasi besar untuk mewujudkan proyek itu. Karena itu, "Kini tinggal pemerintah, mau atau tidak."

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menegaskan, untuk urusan mobil nasional, pemerintah justru serius. Buktinya, kata dia, pihaknya memberi dana penelitian dan pengembangan bagi perusahaan yang berinovasi dalam proyek mobil nasional. Dia mencontohkan PT Wahana Cipta Karya Mandiri yang memproduksi mobil Arina dan PT INKA yang memproduksi mobil GEA. "Penelitian dan pengembangan itu juga melibatkan uji coba kualitas mobil," ujarnya.

Kini tinggal perusahaan itu yang mengembangkan produksi. Ihwal kondisi keuangan perusahaan dalam memproduksi dan strategi pemasarannya, kata Budi, "Pemerintah tidak ikutan lagi."

Kehadiran mobil Esemka membangkitkan kembali semangat menghidupkan proyek mobil nasional. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh ingin menghadiahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Tapi, juru bicara kepresidenan, Julian Aldrian Pasha, mengatakan Presiden belum bisa berkomentar. "Tapi Presiden mengapresiasi kreativitas dari siswa SMK 2 Surakarta itu," ujarnya di Istana Negara kemarin.

Selasa, 03 Januari 2012

Tema di awal tahun 2012

Tema di awal tahun 2012 masih tentang hati. Hati yang mengenang. Hati yang mengingat. Hati yang tersenyum ketika bertemu. Hati yang ternyata masih tetap bisa tersenyum-senyum sendiri walau dalam kesendirian.

Apa kabarmu hari ini?

Aku menanyakannya seolah-olah kau ada ada di depanku. Kuakui kulakukan ini tidak hanya padamu. Kulakukan ini sampai Dia memutuskan kepastian untukmu dan untukku. Mungkin ini sapaan terakhirku dalam tulisan. Karena besok – mungkin, hatiku telah berubah atau tak layak lagi aku menyapamu. Sekalipun dari sebuah tulisan yang hanya aku dan debu-debu kamarku yang membacanya.

Syair-syair pendek adalah kesukaanku. Karena langsung mengatakan inti-inti persoalan. Semakin banyak kumenulis, semakin terlihat aku ingin berlama-lama dengan tema ini.

Ada satu yang lucu. aku jarang sekali menulis nama orang dalam tulisanku. Hmm padahal aku sendiri yang akan membacanya. Hahaha.. aku bahkan malu pada diriku sendiri. namamu kadang terselip dalam ucapan-ucapan hatiku. Dalam mimpi kadang aku tak sengaja mengucapkan namamu. Padahal yang didepanku adalah orang lain. Ya itulah mimpi. Allah memberikan ilham dan pertanda pada orang-orang suci lewat mimpi. Sementara Allah memberiku mimpi untuk ‘meledekku’. Namun, aku tak marah dengan pemberian mimpi macam itu. aku hanya tertawa. Aku hanya menertawakan mimpi lucuku itu.

Awal 2011 akan kau awali dengan sesuatu yang baru. Tak tahu aku apa itu. namun, dilihat dari gaya tulisanmu. Kau bahagia. Antusias. Optimis. Dan bahagia. Harus berkata apa lagi aku? Nikmati harimu. Selamat menyusun bata-bata hidupmu.

Minggu, 01 Januari 2012

Sejarah Isitilah Politik "Nation State"

Sejarah Konsep "Nation State"



Berbicara politik tak akan lepas dari pembahasan negara. Dalam bahasa Inggris negara dikenal dengan "nation" atau "state". Untuk selanjutnya kita sebut dengan negara.

Tema yang menarik dari pembahasan negara adalah; apakah negara adalah sebuah institusi pemerintahan? Apakah sebuah struktur penguasa resmi (legal rules)? Sebuah sub-sprecies dari masyarakat? ataukah sebuah bangunan nilai dan kepercayaan atas sebuah masyarakat sipil (civil society) ?

Sejarah Konsep Negara (nation state)
Kata "nation state" berasal dari bahasa latin stare (yang berarti berdiri) dan status (yang berarti bangunan atau kondisi). Cicero dan Ulpian pernah menggunakan ungkapan "status civitatis" atau "status regni" yang bermakna "kondisi sang penguasa", "kepemilikan atas kekuasaan" atau "elemen-elemen yang diperlukan untuk menjaga stabilitas".

Status dan kekuasaan biasanya diperoleh melalui hubungan kekeluargaan,jenis kelamin, profesi dan yang paling berpengaruh adalah kepemilikan harta benda.

Dalam bahasa Inggris dan Prancis modern masih dapat kita temukan makna ini. Kata "state" atau "estate" dalam bahasa Inggris dan kata "etat" dalam bahasa Prancis, mengimplikasikan arti yang sama yaitu sosial status atau profesi.Dalam bahasa Spanyol juga ditemukan kata "estado". Jadi, negara (state) adalah pihak yang memiliki otoritas dan kekuasaan terbesar. Kekuasaan yang dimaksud termasuk mampu menjamin kemakmuran dan ketertiban umum.

Inilah yang menjadi ciri khas kebudayaan politik barat. Politik sinonim dengan status, kepemilikan kekuasaan atau benda-benda material. Sehingga, materialisme menjadi pondasi yang kuat bagi institusi politik yang ada. Pondasi yang bersifat i-materi dan ideologis kurang begitu berperan dalam kehidupan kemasyrakatan dan perpolitkan. Mungkin ini juga yang mengakibatkan menurunnya institusi agama, seperti gereja dalam mengelola negara dan pemerintahan. Tak heran demokrasi barat punya dua ciri yang khas, yaitu materialis dan sekuler.

Sumber : Encyclopedia of government and politics/edited by Mary Hawkesworth and Maurice Kogan.
This edition published in the Taylor & Francis e-Library, 2002.
ISBN 0-415-03092-7
Download Bukunya : klik disini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons