Aku mahasiswa masa kini. Kaum terpelajar yang memiliki posisi tinggi di masyarakat. Tak sembarang orang bisa jadi mahasiswa dan lulus sebagai sarjana. Selalu cerdas memecahkan permasalahan dan bukan orang bodoh yang terlunta-lunta. Ilmu kami tinggi dan menjadi pertanda tingginya posisi dan jabatan kami kelak.
Aku mahasiswa masa kini. Bergaul dengan buku dan perpustakaan. Masa depan cerah adalah kepastian bagi ku. Setiap pekerjaan yang prestisius, bergaji tinggi dan membanggakan tengah menunggu kami. Maka, membaca dan mengerjakan tugas adalah keseharian kami. Kami tak mau diganggu untuk berdiskusi dan demo di jalanan. Buat apa turun ke jalan kalau hari depan tak pasti. Buat apa berteriak di depan gedung parlemen, buat apa orasi di depan polisi, buat apa berdebat dengan pejabat kampus, buat memobilisasi masa, buat apa pusing berdiskusi hingga larut malammembicarakan negara dan pemerintah? Buat apa semua itu dilakukan ? Karena besok kami harus kuliah, besok kami harus mencari kerja lalu mencari suami atau istri dan mempertahankan kebahagian keluarga. Itulah realita hidup yang akan kami songsong. Ya, kebahagian keluarga. Kebahagian keluarga yang cukup uang, rumah mapan dan mobil yang mewah lah cita-cita kami dan masa depan kami.
Aku mahasiswa masa kini. Aku rajin belajar, tapi aku juga gaul. Senin sampai Sabtu aku belajar, tapi aku punya baju model masa kini, aku hafal lagu-lagu boyband dan girlband yang sedang ngetop. Meski aku kaum terpelajar, aku juga bersosialisasi. Dan tentu saja sosialisasi yang bergaya mahasiwa. Facebook dan Twitter adalah pergaulan kami. Bahasa kami berbeda dengan pedagang asongan. Update status kami menunjukkan ke-enceran otak kami. Update status kami menunjukkan level pergaulan kami dan level uang yang kami miliki. Update status kami adalah pemberitahuan pada dunia apa yang sedang kami lakukan, sekaligus menunjukkan kami bukan warga negara kelas dua dan manusia bodoh yang hanya bisa bergelimang lumpur di pasar-pasar bau sampah.
Aku mahasiswa masa kini. Kami punya planning yang sudah dihitung target dan strateginya : kapan lulus ? kapan nikah? Kapan punya anak ? Kerja di bidang apa dan dimana? Kapan punya rumah? Bagaimana modelnya ? Berapa harganya ? Bagaimana bayarnya? Kapan punya mobil ? Apa merknya ? Apa warnanya ? Kapan ganti ponsel baru? Kapan belanja baju ? Kapan makan di tempat terfavorit di kota ini ? Kapan mencoba makan di kafe yang baru buka ? Pokoknya semua sudah secara modern, intelektual, efektif dan efesien dirancang. Itulah hidup kami yang – pastinya – terprogram dengan baik dan berkelas. Karena itu, kamilah para bunga-bunga bangsa. Para pendiri bangsa –disurga sana- pasti bangga melihat kesuksesan kami, kecerdasan kami dan bagaimana kami menjadi warga sukses di tengah masyarakat. Bila ada survey yang menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, maka itu semua adalah kontribusi kami – para kaum terpelajar. Kamilah yang menjadi penyumbang terbesar kesejahteraan bangsa. Siapa lagi kalau bukan kami ? Tidak mungkin para tukang becak? Apalagi pemulung-pemulung yang dengan bodohnya memilih memulung daripada sekolah ?
Kami mahasiswa masa kini. Jangan tanyakan soal moral kepada kami ! Kami adalah penjaga moral bangsa yang selalu berdiri paling depan bicara tentang hati nurani dan kebenaran. Kami bukan orang bodoh yang rela menukar idealisme dengan uang atau makan di tempat eksklusif. Kami bukan pelacur yang memandang keperawanan dan seksualitas adalah sesuatu yang bisa diperjual-belikan. Kami bukan orang-orang seperti itu. Kami kaum yang terpelajar sekaligus mulia, sehingga tak mungkin kami mengorbankan moral dan idealisme. Kami selalu menjunjung tinggi Tuhan dan aturan di atas kepala kami. Buktinya nilai agama kami A. Kalau ada nilai yang lebih tinggi dari “A”, kami pun amat layak mendapatkannya. Bahkan lebih dari itu, obrolan kami setiap hari adalah tentang solusi permasalahan bangsa dan isu-isu politik serta kenegaraan terkini. Kami bukan komunitas murahan yang hanya membicarakan fashion, film, sinetron atau sekadar cowok/cewek mana yang paling keren di kampus. Kami selalu menjunjung tinggi budaya dan kesopanan di mana kami tinggal. Kami selalu hormat pada tetangga-tetangga kos. Tak pernah kami membunyikan musik keras-keras di kamar-kamar kos kami. Selalu kami membantu warga sekitar membersihkan lingkungan, berpartisipasi di acara 17-an, takziyah ketika ada yang meninggal dan terlibat dalam setiap kegiatan RT, RW apalagi Kelurahan.
Indonesia pasti berterima-kasih atas apa yang kami lakukan. Jangan tanyakan masa depan Indonesia pada penjual tempe ! Jangan tanyakan masa depan negara kepada tukang becak ! Jangan tanyakan masa depan ekonomi Indonesia pada pemulung kardus bekas yang mandi dua hari sekali ! Tanyakanlah kepada kami yang wangi-wangi ini ! Tanyakanlah kepada kami yang setiap hari mulus kulit kami tak pernah lupa diolesi lotion pemutih ! Tanyakanlah pada kami yang setiap hari ke kampus, yang setiap datang memakai baju, sepatu, tas dan parfum yang berbeda-beda !
Tanyakanlah pada kami !
Karena di tangan kamilah kunci kejayaan bangsa. Bukan pada kroco-kroco yang cuma pinter orasi dan tak pernah mandi.
Merdeka !
October 17, 2011
0 comments:
Posting Komentar