”Saya tak tertarik jadi pahlawan,” kata dokter itu.Mungkin tidak. Tapi pada suatu malam Korea yang dingin di bulan Januari 1987, dokter itu, Hwang Juck-Joon, menyaksikan sesuatu yang harus disaksikan dan menemukan sesuatu yang kemudian akan mencelakakannya. Polisi memanggilnya. Ia diminta memeriksa jasad seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Anak muda itu mati ketika sedang dalam pemeriksaan polisi.Hwang Juck-Joon – ia salah satu dari sedikit ahli patologi di Korea Selatan – memang waktu itu bekerja di Lembaga Nasional Penyelidikan Ilmiah, di bawah Kementerian Dalam Negeri. Dalam posisinya di situ, ia secara rutin diminta oleh pihak kepolisian untuk membantu mereka dalam menjejaki kejahatan.Ketika malam itu ia harus memeriksa tubuh mahasiswa yang mati itu, ia menemukan adanya pendarahan di dalam....